Tulisan ini mencoba menganalisis mengapa sebagian orang lebih memilih
meninggalkan model pengembangan desain instruksional ADDIE untuk beralih kepada model pengembangan
desain interaksional SAM
(Successive Approximation Model). Dalam tulisan ini penulis tidak
akan menjustifikasi salah satu model kepada kesimpulan BENAR dan SALAH akan
tetapi penulis hanya akan
membahas mengenai perbedaan mendasar antara kedua model pengembangan instruksional tersebut (ADDIE dan SAM). Penulis juga akan
menjelaskan mengapa Michael Allen mengkritik model pengembangan
instruksional ADDIE dan
apa kelebihan dari model interaksional SAM.
Sebagaimana kita ketahui ADDIE adalah
akronim dari sebuah proses linear yang terdiri dari lima tahapan besar yang
harus dilalui secara bertahap yaitu tahap Analysis, Design, Developt, Implementation, dan Evaluation. Model pengembangan instruksional ADDIE adalah sebuah model
instructional design klasik yang awalnya dikembangkan di
dunia militer dan merupakan akar dari model-model instructional design yang lain (Payne, 2016). Sedangkan SAM atau Successive Approximation
Model merupakan model instructional design yang dikembangkan oleh Michael Allen seorang
pioneri e-learning pada tahun 2012 di Amerika, dimana SAM memiliki delapan langkah kecil secara berulang yang
tersebar ke dalam tiga tahapan yaitu tahap persiapan (preparation
phase), tahap
iteratif desain (iterative design phase), dan tahap interatif pengembangan
(iterative development
phase) (Jung H., dkk., 2019).
Dalam tahap
persiapan (preparation
phase) terdiri dari dua aktifitas yaitu mengumpulkan
informasi (information gathering) dan SAVVY Start (brainstorming,
sketching, dan prototyping). Dalam tahap iteratif desain (design)
terdiri dari dua aktifitas yaitu perencanaan proyek (project planning)
dan desain tambahan (additional design), dan pada tahap iteratif pengembangan
(development)
terdiri dari empat langkah yaitu design proof, Alpha, Beta, dan Gold.
Perbedaan Inti Antara ADDIE dan
SAM
Secara lebih spesifik perbedaan dari
kedua model pengembangan desain instruksional ADDIE dan SAM ini dapat dilihat dari beberapa
karakteristik atau indikator pembeda yaitu proses, efisiensi waktu,
fleksibilitas, kebutuhan dan kolaborasi tim, dan sistim evaluasi. Penjelasan
ringkas dari setiap indikator pembeda sebagaimana penulis sederhanakan dalam
bentuk tabel berikut ini.
INDIKATOR
PEMBEDA |
ADDIE |
SAM |
Proses |
Linear, dari fase ke fase (bereskan fase sebelumnya sebelum melangkah ke
fase selanjutnya) |
Rekursif dan Iteratif (berulang / bersiklus secara agile / gesit /
fleksibel) |
Efisiensi Waktu |
Lamban dan berkepanjangan |
Gesit dan cepat (agile) |
Fleksibilitas |
Lebih kaku (sulit untuk kembali ke fase sebelumnya, jika
ada kesalahan perlu restart total) |
Lebih fleksibel (memungkinkan kembali ke fase sebelumnya,
karena evaluasinya cepat) |
Kebutuhan dan Kolaborasi Tim |
Kurang Kolaboratif (bisa saja SME/client tidak paham isi produk,
stakeholder seringkali dilibatkan diakhir fase. Dapat berjalan bagaimana
kondisi tim) |
Lebih Kolaboratif (keterbukaan dibangun sejak awal, pelibatan
stakeholder dari awal. Butuh teamwork yang solid) |
Sistim Evaluasi |
Bersifat final di setiap fase |
Kolaboratif dan berkelanjutan |
Proses
Perbedaan paling utama dari model
pengembangan desain
instruksional ADDIE dan SAM adalah pada karakteristik prosesnya. Proses pada model
ADDIE dilakukan secara menyeluruh dan linier pada setiap fase besarnya.
Yang berarti bahwa satu fase harus selesai dan disempurnakan sebelum pindah
pada fase berikutnya. Pergerakannya yang linier membuat produk yang dikerjakan
harus benar-benar ditinjau sebelum bergerak maju setiap waktu. Hal ini bisa
saja menghambat serta menyebabkan prosesnya menjadi agak rumit. Pergerakan
linear ini juga berpotensi menyebabkan sulitnya atau bahkan mustahil untuk mundur
pada fase sebelumnya. Apabila di tengah perjalanan suatu proyek ditemukan
kesalahan atau sesuatu ide yang baru, ini bisa berakibat diperlukan pengolahan
penuh atau dilakukan perbaikan dari awal. Sedangkan proses pada model SAM
dilakukan secara rekursif dengan memecahkan persoalan kepada step-step yang
lebih kecil. Perjalanannya bersifat lebih iteraktif yaitu berulang ataupun
secara bersiklus yang dilakukan dengan gesit atau agile. Artinya bahwa
beberapa langkah dapat terjadi atau dilakukan pada saat yang bersamaan. Hal ini
memungkinkan perjalanan suatu proyek untuk mundur ke step atau bahkan fase
sebelumnya apabila terjadi perubahan dan koreksi atau muncul ide yang lebih
baik di tengah-tengah perjalanan proyek.
Efisiensi waktu
Perbedaan karakteristik proses dari
kedua desain instruksional ini akan dijabarkan ke beberapa karakteristik
turunan agar kita lebih memahami perbedaan keduanya, yaitu pada karakteristik
efisiensi waktu. Karena prosesnya yang bersifat linear dan membutuhkan
penyempurnaan di setiap fase menyebabkan perjalanan model ADDIE menjadi lebih
lambat dan berkepanjangan. Sedangkan model SAM berpotensi lebih gesit atau
cepat karena konstruksi ide dibangun sejak awal dengan proses yang berulang.
Selain itu model SAM ini memungkinkan beberapa langkah dilakukan secara
bersamaan sehingga pada pelaksanaannya dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Fleksibilitas
Dari karakteristik fleksibilitas, model ADDIE akan berpindah dari satu fase ke fase
berikutnya apabila dirasa produk sudah sempurna pada masing-masing fase yang
telah disepakati oleh beberapa komponen pemangku kepentingan. Sehingga apabila
terjadi kesalahan akan sulit untuk kembali pada proses sebelumnya atau bahkan
harus mengulangi semuanya dari awal. Sedangkan model SAM bersifat lebih fleksibel
karena evaluasi dilakukan secara berkelanjutan. Sehingga apabila ditemukan
kesalahan dapat segera dilakukan perbaikan dan dapat saja mundur ke step atau
fase sebelumnya dan tidak perlu mengulangi semuanya dari awal.
Kebutuhan dan kolaborasi tim
Selanjutnya perbedaan pada
karakteristik kebutuhan dan kolaborasi tim. Dalam model ADDIE proses komunikasi
lebih banyak terjadi pada akhir setiap fase. Sehingga bisa saja subject
matter expert atau client tidak sepenuhnya paham mengenai isi dari
produk yang sedang dibangun. Sedangkan dalam model SAM kolaborasi benar-benar
dilakukan dan dibangun sejak awal terutama melalui proses brainstorming, sketching,
dan prototyping
pada step-step sejak awal yang diistilahkan dengan SAVVY Start (Allen,
2007: 110; Rimmer, 2016).
Jika pengembangan dalam fokus pembelajaran di sekolah, maka kolaborasi
SAM harus terjadi antara instructional designer (bisa Pengembang
Teknologi Pembelajaran), Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, guru (fasilitator),
dan bahkan siswa (Wintarti, dkk., 2019).
Proses kolaborasi antar semua pemangku
kepentingan ini juga tetap dijaga dan dilakukan sepanjang perjalanan proyek
pada setiap step dan fase yang dilakukan sehingga model ini lebih terbuka dan
diketahui oleh semua pihak. Namun konsekuensi akan hal ini adalah bahwa
dibutuhkan teamwork yang benar-benar solid dan komunikasi yang baik
antar semua komponen team.
Sistim evaluasi
Model ADDIE membutuhkan proses evaluasi di setiap fase namun hanya bersifat sumatif dan biasanya akan bersifat final ketika ingin melanjutkan ke fase berikutnya. Sedangkan dalam model SAM evaluasi lebih bersifat kolaboratif dan memungkinkan masukan yang bersifat konstruktif dari semua anggota tim. Evaluasi yang dilakukan juga bersifat berkelanjutan pada semua step yang dilakukan secara cepat dan fleksibel.
Beberapa Kritik Michael Allen
Terhadap ADDIE
Michale Allen mengembangkan model SAM
ini berdasarkan beberapa kritik atas kelemahan dari model ADDIE. Menurut Allen (2007:
xvi) desain instruksional yang baik harus memiliki dua faktor utama yaitu; (1) mengandung
unsur CCAF (Context, Challenge, Activity, dan Feedback) dan
pembelajaran harus bermakna (meaningful), mudah diingat (memorable),
dan memotivasi (motivational).
Pembelajaran perlu adanya beberapa
pengalaman belajar yang disebut CCAF yang terdiri dari Context (konteks) di mana siswa/pebelajar harus ditempatkan dalam pembelajaran
yang bersifat kontekstual dengan permasalahan yang dihadapi
oleh siswa. Challenge (tantangan), untuk menjaga agar
pelajar tetap fokus pada hasil belajar yang kita laksanakan.
Kemudian Activity (aktifitas), pelajar harus melakukan sesuatu
ketika belajar. Aktivitas pembelajaran ini harus dibuat semirip mungkin dengan
kemungkinan apa yang dilakukan pada kehidupan nyata. Terakhir adalah Feedback (imbal balik)
sebagai konsekuensi dari
pilihan dan tindakan apakah pembelajaran sudah baik atau belum dan apakah pembelajaran telah
mencapai hasil dan berguna bagi pebelajar.
Allen menginginkan agar
pengalaman belajar CCAF ini terkoneksi dengan baik terhadap pelajar. Kemudian dapat
memberdayakan pebelajar untuk melakukan sesuatu dengan benar sehingga mereka
dapat melihat konsekuensi dari hal tersebut. CCAF ini juga perlu diatur menjadi sebuah
tampilan pembelajaran yang mudah dipahami siswa sehingga mereka tahu apa yang mereka
ketahui untuk menciptakan sebuah proses perkembangan diri setiap
siswa. Michael Allen
melihat bahwa model ADDIE tidak terfokus pada pengalaman belajar seperti itu. Menurut
Michael Allen, ADDIE lebih fokus pada konten
meskipun menurutnya
konten dapat menjadi solusi namun bukanlah keharusan menjadikannya sebuah
fokus. Michael Allen juga berpendapat bahwa model ADDIE cukup menyulitkan
karena mengharuskan menyelesaikan suatu proses sebelum mengerjakan proses yang
lain, hal ini dapat menghambat waktu.
Kritik Allen terhadap ADDIE
lainnya adalah terkait kolaborasi.
Menurut Allen, ADDIE kurang memperhatikan dan memfasilitasi aspek
koneksifitas dan kolaborasi. Misalkan kolaborasi antar tim, koneksi dengan klien, dan setiap
orang yang berkepentingan untuk memastikan bahwa proyek berjalan dengan baik.
Micahel Allen juga mengkritisi kesulitan untuk melakukan
perubahan atau pun koreksi di tengah-tengah proses dalam model ADDIE. Menurut Allen, kadang ide terbaik sering datang
terlambat dan bisa saja muncul di tengah-tengah perjalanan.
ADDIE yang sifatnya harus final di setiap tahap tentu akan sulit jika harus
mundur kembali ke tahap sebelumnya untuk melakukan perbaikan atau penambahan.
Berdasarkan beberapa perbedaan
tersebut maka dapat kita simpulkan beberapa kelebihan dari model pengembangan
desain instruksional SAM (Neibert, 2012) yaitu;
1. Time effectivity and
efficiency. Model SAM memungkinkan untuk mendesain
instruksional yang efektif dan efisien secara gesit dan cepat.
2. Colaborative. Model SAM juga memungkinkan dilakukan secara kolaboratif bersama tim yang
cukup besar untuk mengembangkan ide dan menarik pengetahuan dari rekan antar
tim.
3. Iterative. Sifatnya yang iteratif yaitu
menggunakan pendekatan iteratif sejak awal sampai akhir sambil terus
menganalisis dan menyempurnakan pekerjaan saat sedang diproduksi. Pendekatan iteratif ini terdiri dari
proses creation, feedback, implementation, tracking,
discovery yang terjadi secara berulang dan terus-menerus.
4. The Process Must Be Manageable. Kelebihan yang lain adalah struktur proses desain yang
menyeluruh. Kedelapan langkah yang terbagi ke dalam tiga fase iteratif model
SAM (fase persiapan, fase desain, dan fase pengembangan) menyediakan kerangka menyeluruh
sebagai sebuah struktur proses desain.
5. Sifat SAM yang fleksibel. Prosesnya yang bersifat rekursif dan iteratif sehingga
perjalanan proyek menjadi lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi.
6. Kelebihan
yang terakhir adalah evaluasi yang bersifat kolaboratif dan berkelanjutan.
Pernyataan evaluasi secara kolaboratif sejak awal proses akan menghasilkan
instruksional yang lebih efektif.
Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat dipahami bahwa Model SAM lebih memiliki keunggulan daripada model
ADDIE. Hal ini menjadi suatu kewajaran karena Michael Allen mengembangkan SAM
bertolak dari kritik konstruktifnya terhadap model ADDIE. Dengan kata lain SAM
merupakan antitesis daripada ADDIE. Sebagai antitetis tentu akan menunjukkan
aspek-aspek penyempurnaan daripada tesis.
Akan tetapi,
meninggalkan ADDIE tentu bukan suatu hal yang bijak mengingat faktor “usia”
ADDIE yang matang dan telah teruji dalam memproduksi beragam desain
instruktisional perlu menjadi pertimbangan secara cermat jika dibanding “usia”
SAM yang masih seumur jagung.
Daftar
Pustaka
Allen, Michael (2007). Designing
Successful e-Learning; Forget What You
Know About Instructional Design and Do Something Interesting. San Francisco: Pfeiffer
Payne, D.L.
(2016). Mapping SAM to ADDIE. California State University
Jung H., Kim Y.
R., Lee H. and Shin Y. (2019). Advanced instructional design for successive
E-learning: Based on the successive approximation model (SAM). Int. J.
E-Learning Corp. Gov. Heal. High. Educ.18(2); 191-204
Wintarti, A.,
Abadi, Fardah, D.K. (2019). The Instructional Design of Blended Learning on
Differential Calculus Using Successive Approximation Model. Journal of
Physics: Conference Series. doi:10.1088/1742-6596/1417/1/012064
Rimmer, Trina
(2016). An Introduction to SAM for Instructional Designers. https://community.articulate.com/articles/an-introduction-to-sam-for-instructional-designers
Neibert, Jennifer
(2012). Book Review: Leaving ADDIE for SAM, by Michael Allen with Richard
Sites.
https://learningsolutionsmag.com/articles/1012/book-review-leaving-addie-for-sam-by-michael-allen-with-richard-sites
bang......bolehkah saya buat versi video pembelajaran atas tulisan yang abang buat ini?
BalasHapus