Sabtu, 19 Juni 2021

ANAK KIJANG DI KOTA BUAYA; Bagian Kedua - "Anak Kijang"

Orang 1    :  “Woi….anak Kijang…nak kemane?”

Orang 2    : “takdee…..”


Dialog tersebut hampir terdengar setiap hari baik antara orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Dan selalu jawabnya adalah “takde” yang berarti tidak ada. Terus terang sampai sekarang pun aku tidak pernah memahami apa maksud dari jawaban “takde”. Jadi jangan kaget jika suatu saat pembaca menginjakkan kaki di bumi Bintan dan ada orang bertanya “nak kemane pak/bu/kak/bang/dek/nak” selalu dijawab “takde”.

Kenapa pula “Anak Kijang”???

“Anak Kijang” adalah nama panggilan secara umum yang disematkan kepada warga usia anak-anak hingga remaja yang berdomisili Kijang. Terkadang digunakan juga istilah “Budak Kijang”. Kata “Budak” diambil dari bahasa Melayu yang bermakna “Anak”. Sedangkan untuk kalangan warga dewasa dipanggil dengan sebutan “Orang Kijang”. Begitu juga sebaliknya, jika Anak Kijang memanggil orang diluar Kijang akan menyebutkan nama daerahnya seperti “Anak/Budak Pinang” (berdomisili di Kota Tanjung Pinang), “Anak/Budak Uban” (berdomisili di Kelurahan Tanjung Uban), “Anak/Budak Berakit (berdomisili di Desa Berakit), anak/budak Tenggel (berdomisili di Pulang Tenggel) dan lainnya.

Kijang adalah nama salah satu daerah di Kabupaten Bintan setingkat Kelurahan dengan strata administratif di bawah Kecamatan Bintan Timur salah satu dari sepuluh kecamatan di Kabupaten Bintan. Jangan pernah mengimajinasikan jika di Kijang ini banyak berkeliaran binatang kijang atau rusa atau menjangan. Atau membayangkan jika nama Kijang diambil dari nama khas binatang endemic dari daerah ini yaitu hewan kijang. Karena semua itu salah. Tidak ada hewan endemic kijang di Kijang bahkan tidak pernah tercatat di buku-buku sekolah dan pitutur para tetua tentang keberadan hewan kijang di Kijang. Tidak di kota, di kampung-kampung maupun di hutan. Jadi, nama Kijang sangat unik karena hingga saat ini tidak ada seorangpun yang mengetahui dan bisa menjelaskan alasan historis yang logis dan sahih tentang penggunaan nama hewan kijang untuk Keluarahan Kijang. Satu-satunya hewan di Kijang yang masih ada dan digolongkan dalam marga Tragulus (Bahasa Latin; kambing kecil) yang masih berkerabat dengan Kijang dan Rusa adalah pelanduk atau kancil. Hewan yang terkenal dalam hikayat-hikayat melayu dengan kecerdikan dan kebijaksanaannya.

Beberapa ilmuan sejarah di Kepri membuat kesimpulan bahwa nama Kijang diambil dari hewan kancil/pelanduk ini. Dimana hewan ini masih jenis kerabat dari Kijang dan Rusa. Dan secara historis Kerajaan Malaka (saat ini masuk wilayah Malaysia) menggunakan Pelanduk/Kancil Putih sebagai lambang kerajaan. Dan secara historis pula Kerajaan Malaka dahulu masuk dalam wilayah Kerajaan Riau termasuk juga Temasek (saat ini menjadi Singapura). Tetapi alasan tersebut belum final hingga saat ini karena masih menjadi perdebatan ilmiah dikalangan ahli sejarah di Kepri.

Waktu kecilku dahulu Bapakku sering membawa pelanduk yang beliau beli dari hasil jeratan warga tempatan di pulau tempat beliau bekerja. Jika pelanduk dalam kondisi sehat akan kami masukkan kandang untuk dipelihara dan nantinya jika sudah bosan akan kami potong. Jika pelanduk sudah dalam kondisi tidak sehat (biasanya karena terluka) akan langsung di potong. Jadi sebenarnya nasib si pelanduk baik sehat atau sakit sama saja, sama-sama di hujung pisau.

Ada pengalaman yang menarik dan cukup merepotkan gara-gara nama Kijang. Di Sertifikat Akta Kelahiranku tertulis keterangan lahir di Kijang. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa untuk keterangan kelahiran seharusnya tertulis nama Daerah Tingkat II atau Kabupaten/Kota, seperti istri dan kedua anakku karena lahir di Surabaya maka tercatat keterangan lahir di Surabaya. Sehingga aku selalu kesulitan untuk pengisian beberapa form biodata karena di option pilihan daerah yang dimunculkan adalah nama-nama Kabupaten/Kota bukan nama Kecamatan apalagi Kelurahan.

what’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet” (Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi) kata William Shakespeare. Karena ikut alasan eyang Shakespeare inilah maka aku mengganti nama Kijang pada kolom tempat lahir di KTP dan Kartu Keluarga serta kartu-kartu lainnya menjadi Kepulauan Riau. Nama boleh berganti tetapi kenangan tidak akan hilang.

Apa kabar kalian budak Kijang??? kaifa haalukum..... ngopi yuuk....!!!



Surabaya, Padukuhan Kupang Wetan – 19 Juni 2021; 03:30 dini hari

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa yang santun dan bijak