Pengantar
Kalau
kita searching di internet, akan kita temukan studi kelayakan merupakan salah
satu istilah yang lebih banyak dikenal di dunia bisnis daripada pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, apalagi spesifik untuk pembelajaran, referensi untuk
ini masih sangat sedikit. Padahal studi kelayakan merupakan salah satu tugas
yang termasuk pada tugas fungsi seorang pengembang teknologi pembelajaran.
Untuk itu, maka tulisan singkat ini ingin mencoba membantu berbagi pengalaman
tentang apa dan bagaimana studi kelayakan dilakukan dalam profesi pengembang
teknologi pembelajaran.
Dalam
dunia bisnis ada anekdot yang sangat populer, yaitu tentang dua orang staf
pemasaran produk sepatu yang ditugaskan untuk melakukan studi kelayakan
pembangunan pabrik sepatu di suatu daerah baru. Sasaran studi adalah lokasi
yang sama, namun dilakukan secara terpisah oleh masing-masing petugas tersebut.
Sepulang dari lapangan, petugas pertama melaporkan bahwa di daerah yang
dikunjunginya tidak layak untuk didirikan sebuah pabrik sepatu, karena di
daerah itu tidak ditemukan satu orang pun memakai sepatu. Tidak mungkin kita
menjual sepatu pada mereka. Demikian lapornya. Sementara orang kedua datang
belakangan dan melaporkan, “ini sebuah peluang besar”, karena di daerah yang
dia kunjungi belum ada satu orang pun memakai sepatu, sehingga sangat layak di
daerah tersebut didirikan pabrik sepatu. Bagaimana pendapat Anda?
Memahami
Konsep Studi Kelayakan
Dalam
pelaksanaan tugas fungsinya, Pengembang Teknologi Pembelajaran menggunakan
model pendekatan ADDIE (Analisis, Desain, Developmen, Implementasi, dan
Evaluasi). Pada lampiran Permenpan No. 28 tahun 2017 tentang tugas fungsi pengembang
Teknologi Pembelajaran, studi kelayakan dapat ditemukan pada dua tempat, yaitu
pada tahap Analisis dan pada tahap Implementasi. Hal ini sering menjadi
kebingungan terutama bagi para pemula. Biar gak bingung, maka harus kembali
diingat, bahwa studi kelayakan dilakukan berdasarkan tujuan atau alasan dalam
rangka apa studi kalayakan itu dilakukan. Jadi bisa saja sebuah studi kelayakan
dilakukan dalam rangka analisis tentang kebutuhan pengembangan, artinya studi
kalayakan yang dilakukan sebelum suatu kegiatan pengembangan dimulai. Tujuan
studi kalayakan pada tahap analisis tentu saja dilakukan untuk menjawab apakah
ada permasalahan atau kebutuhan pada satu lembaga atau instansi untuk
mengembangkan suatu produk media pembelajaran, model pembelajaran, ataupun
sistem pembelajaran guna menunjang kinerja lembaga tersebut.
Sedangkan
pada tahap Implementasi atau penerapan, studi kelayakan dilakukan apabila ada
suatu produk, baik berupa media ataupun model pembelajaran yang sudah siap
untuk diimplementasikan. Dari mana produk tersebut diperoleh? Secara kronologis
bisa dirunut dari langkah ADDIE itu sendiri. Maksudnya, untuk menghasilkan
suatu produk, apabila kita memulainya dari NOL alias belum memiliki produk yang
siap, maka kita mulai dengan melakukan analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan
perancangan, dan pengembangan. Nah, setelah produk itu dikembangkan dan diuji
cobakan, maka langkah selanjutnya produk tersebut dinyatakan siap untuk
implementasi. Bagaimana dan di mana produk tersebut akan diimplementasikan, pertanyaan
itulah yang perlu dijawab dengan sebuah studi kelayakan. Jadi studi kalayakan
dilakukan sebelum sebuah produk dimanfaatkan secara masal. Studi kelayakan pada
tahap implementasi umumnya ditujukan dengan fokus pada kelayakan lokasi
implementasi.
Bagaimana
kalau kita akan melakukan sebuah studi kelayakan, tapi bukan untuk penerapan
produk sendiri, misalnya kita akan melakukan studi kelayakan penerapan produk
media karya pihak lain. Bolehkah? Tentu saja boleh. Kembali ke tujuan dari
studi kelayakan itu sendiri, apakah untuk menerapkan produk hasil pengembangan
sendiri ataukah untuk menerapkan produk pihak lain.
Contoh
Tujuan Studi Kelayakan
Sebelum
melakukan studi kelayakan, pastikan dulu, dalam rangka apa studi kelayakan ini
kita lakukan. Apa tujuan yang ingin dihasilkan dari studi kelayakan ini? Tujuan
akan memandu bagaimana metode studi kelayakan dilakukan. Untuk membedakan
tujuan studi kelayakan secara mudah, maka berikut ini diberikan tiga contoh
rumusan tujuan studi kalayakan.
Studi
Kelayakan dalam rangka Analisis Kebutuhan
Studi
Kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi sejauhmana dalam
mendukung peningkatan proses pembelajaran pada lembaga (Instansi) XXX layak dan
dibutuhkan pengembangan teknologi pembelajaran, baik berupa pengembangan media
pembelajaran, model e-pembelajaran, ataupun sebuah inovasi sistem pembelajaran
berbasis TIK. Secara lebih spesifik tujuan studi kelayakan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
- Mendapatkan
informasi terkait kebutuhan pengembangan media pembelajaran, baik media
pembelajaran audio, video, multimedia, maupun hypermedia
- Mendapatkan
informasi sejauhmana kebutuhan pengembangan model e-pembelajaran, baik terkait
kebutuhan kurikulum, kesiapan SDM, maupun program peningkatan layanan
pembelajaran.
- Mendapatkan
informasi sejauhmana dukungan kebijakan payung regulasi, dan kesiapan pimpinan,
serta organisasi lembaga dalam rangka penerapan pembelajaran berbasis TIK
- Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana kesiapan infrastruktur baik saran fisik,
perangkat TIK, dan sistem yang akan dikembangkan dalam peningkatan layanan
pembelajaran.
Studi
Kelayakan dalam Rangka Penerapan Media Pembelajaran
Studi
kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi terkait sejauhmana
produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah
dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) layak dan dapat dimanfaatkan
utuk menunjang peningkatan proses pembelajaran pada Sekolah Y di wilayah Z.
Secara lebih spesifik sebagai berikut:
- Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana produk Media Pembelajaran X (Video, Audio,
Multimedia, Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD,
dll) sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah
tersebut.
- Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana kelayakan kondisi lokasi, kesiapan infrastruktur,
SDM, serta dukungan kebijakan sekolah setempat dalam rangka penerapan produk
Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah
dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll)
- Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana respon guru dan siswa terkait kemungkinan
dimanfaatkannya produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia,
Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) dalam
pembelajaran.
Studi
Kelayakan dalam Rangkan Penerapan Model Pembelajaran
Studi
kelayakan penerapan model pada dasarnya hampir sama dengan penerapan media,
namun untuk penerapan model diperlukan pendalaman terkait kesiapan guru-guru
dalam memanfaatkan model sebagai solusi masalah pembelajaran yang dihadapi.
Studi
kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi terkait sejauhmana
produk model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif,
dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD,
dll) layak dan dapat diterapkan utuk menunjang peningkatan kualiatas proses dan
hasil pembelajaran pada Sekolah Y di wilayah Z. Secara lebih spesifik sebagai
berikut:
- Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana produk model e-Pembelajaran X (misal,
Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll ) terintegrasi TIK yang telah
dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) sesuai dengan kebutuhan untuk
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.
- Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana kelayakan kondisi lokasi, kesiapan infrastruktur,
SDM, serta dukungan kebijakan sekolah setempat dalam rangka penerapan model
e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll )
terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll)
- Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana respon guru dan siswa terkait kemungkinan
penerapan model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif,
dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD,
dll) dalam pembelajaran.
Demikian
contoh-contoh rumusan tujuan studi kalayakan. Ampun…ini bukan menggurui, tapi
sekali lagi sekedar coba berbagi. Bagi teman-teman yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman berbeda, dipersilakan untuk memberikan koreksi dan
oenyempurnaan.
Jangan
Rancu dengan Uji Coba
Satu
hal yang perlu disinggung juga di sini, mohon jangan rancu antara studi
kelayakan dengan uji coba produk media atau model pembelajaran. Uji coba
produk, biasanya dilakukan dalam rangkaian proses produksi. Misalnya, uji coba
produk media pembelajaran dilakukan untuk memastikan bahwa suatu produk bisa
dinyatakan final atau selesai. Kegiatan produksi atau development (D) merupakan
tahap ketiga dalam model ADDIE. Tahap produksi biasanya dimulai dari menyusun
naskah. Kemudian setelah naskah dinyatakan siap produksi, naskah diserahkan
kepada team. Team produksi akan mengundang penulis, pengkaji dan seluruh
kerabat kerja untuk melakukan rembuk naskah. Setalah seluruh team memiliki
kesepahaman, maka kegiatan produksi dilaksanakan, biasanya dipimpin atau
diarahkan oleh seorang stradara. Setelah selesai (versi alpha), maka sutradara
mengundang team penulis dan pengkaji untuk melakukan preview. Preview ditujukan
untuk memastikan bahwa produk media sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh
naskah. Apabila ada yang harus diperbaiki, maka sutradara akan melakukan
perbaikan sesuai saran. Apabila dinyatakan sudah sesuai, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan. Uji coba lapangan ditujukan
untuk mendapatkan respon langsung dari calon pengguna produk dan mendapatkan
balikan untuk penyempurnaan produk. Jadi, kegiatan uji coba dilakukan masih
dalam rangka kegiatan produksi.
Langkah-langkah
dan Metode
Untuk
melakukan studi kelayakan dengan mudah, ada baiknya lakukan langkah-langkah
sederhana berikut ini, yaitu; baca dokumen, kumpulkan data, konfirmasi, dan
rekomendasikan. 1). Baca Dokumen. Ada dua hal yang harus dipahami pada langkah
pertama, yaitu pamahmi karaktersitik dari produk yang akan kita lakukan studi
kelayakannya, dan yang kedua, pahami sasaran. Sebelum melakukan kepada pihak
lain, pahami betul karakteristik produk Anda. Dengan memahamii karakteristik
produk Anda sendiri, maka akan mudah Anda memperkirakan di mana produk tersebut
akan dapat digunakan dengan baik. Selanjutnya, untuk memahami sasaran, Anda
dapat lakukan dengan metode studi dokumentasi, yaitu membaca dokumen-dokumen
yang relevan dengan tujuan studi kalayakan yang akan Anda lakukan. 2) Kumpulkan
data. Untuk mendapatkan data, Anda dapat lakukan dengan metode studi
dokumentasi, wawancara, kuesioner, observasi dll. Setelah data terkumpul dan
olah, maka Anda dapat membuat kesimpulan sementara, yaitu kesimpulan yang Anda
ambil secara sepihak berdasarkan data yang masuk, baik hasil studi pustaka,
wawancara, jawaban kuesioner, dan observasi. Untuk mendapatkan data, tidak
harus semua metode tersebut dilakukan. Anda cukup memilih salah satu dari
metode tersebut. Namun sangat disarankan, sekurang-kurangnya gunakan dua metode
perolehan data agar Anda memiliki kesempatan untuk melakukan perbandingan data.
Kesimpulan yang diperoleh dari langkah kedua ini masih bersifat sementara. 3) Konfirmasi.
Konfirmasi dilakukan dalam rangka untuk membangun komunikasi untuk mencapai
kesepahaman antara Anda sebagai pihak pengembang dengan clien Anda sebagai
pihak yang akan menerapkan produk Anda tersebut. Kesimpulan sementara Anda
dapat menjadi sebuah rekomendasai apabila sudah dipahami dan diterima oleh clien
Anda. Dalam hal ini, maka usahakan agar seluruh stake holder terkait dapat
mengetahui maskud studi kelayakan ini. 4) Rekomendasi. Rekomendasi yang
diperoleh dari sebuah studi kelayakan bukan sekedar berhenti pada laporan dan
saran saja. Tapi harus dilanjutkan dengan kesepakatan langkah-langkah
penerapan. Itulah sebabnya, kesepahaman antar kedua pihak sangat diperlukan.
Indikator
Kelayakan
Sekurang-kurangnya
terdapat enam aspek indikator kelayakan yang selanjutnya dapat Anda kembangkan
pada indikator yang lebih rinci lagi. Aspek-aspek kelayakan tersebut, secara
umum mencakup;
- Keseuaian
dengan kebutuhan, misalnya; Produk sangat sesuai dan siap untuk diterapkan dan
menjadi solusi permasalahan yang selama ini dihadapi. Atau, Produk merupakan
inovasi baru yang perlu diterapkan di lapangan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
- Kesiapan
infrastruktur, misalnya; Infrastruktur, baik fisik, perangkat TIK, maupun
aplikasi tersedia sehingga produk layak untuk diterapkan.
- Kesiapan
SDM, misalnya; tersedia tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya yang
memiliki minat, kompetensi, dan siap untuk mengimplementasikan produk media
atau model pembelajaran dalam kegiatan belajar memgajar di kelasnya.
- Kesiapan
teknis, misalnya; secara teknis implementasi dapat dilakukan, baik terkait
pengaturan jadwal, program, alat, orang, dll dapat disiapkan dengan baik.
- Dukungan
kebijakan dan program, misalnya; kebijakan pimpinan dan program kerja tersedia
untuk melaksanakan inovasi pembelajaran.
- Perkembangan
teknologi, misalnya; inovasi di bidang media atau model pembelajaran yang
memanfaatan teknologi mutakhir akan lebih mendapat respond yang baik
dibandingkan dengan teknologi yang lama. Namu demikian, dalam teknologi
pembelajaran maka pemilihan teknologi harus lebih mengutamakan aspek tepat guna
daripada sekedar latah semata.
Beberapa
Studi Terdahulu
Untuk
mengakhiri tulisan ini, berikut kita singgung beberapa kegiatan studi kelayakan
yang sudah dilakukan terdahulu. Pada tahun 2006, Pustekkom melakukan sebuah
studi persiapan penerapan model pembelajaran telekolaborasi melalui portal
e-dukasi.net. Jakarta (DKI Jakarta), Gresik (Jawa Timur), Ciamis (Jawa Barat),
Semarang (Jawa Tengah), Bandar Lampung (Lampung), Makassar (Sulawesi Selatan),
Pontianak (Kalimantan Barat) Pekan Baru (Riau) dan Banda Aceh (Nanggroe Aceh
Darussalam). Chairun Nissa, dkk melaporkan hasil studi itu antara lain; 1) Pada
umumnya peserta studi pelaksanaan telekolaborasi e-dukasi.net yang meliputi
kepala sekolah, guru dan siswa mendukung kegiatan telekolaborasi proses
pembelajaran. 2) Peserta setuju untuk melaksanakan telekolaborasi melalui fitur
forum diskusi pada e-dukasi.net dengan menggunakan model ”Learning Circle” yang
sudah familiar bagi sebagian besar guru yang bersedia menjadi moderator. Secara
lebih rinci dan detil dapat dibaca pada laporan studi setebal 75 halaman
tersebut. Walaupun pada judul disebutkan sebagai studi persiapan, sesungguhnya
yang sudah dilakukan adalah studi kelayakan. Dalam studi ini, model yang
menjadi subjek studi adalah model pembelajaran telekolaborasi melalui portal
e-duksi.net. Artinya, Pustekkom saat itu sudah mengembangkan sebuah produk
berupa model pembelajaran telekolaborasi yang akan diterapkan di sekolah.
Manikowati
(BPM Semarang) melakukan studi kalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching
Aids bagi PAUD. Permasalahan dalam studi ini adalah sebagai berikut: a) bagaimanakah
tingkat kebutuhan pengembangan model multimedia teaching aids PAUD? b)
bagaimanakah tingkat kelayakan model multimedia teaching aids PAUD yang
dikembangkan BPMP. Hasil analisis didapatkan bahwa multimedia teaching aids
dibutuhkan oleh sekolah-sekolah PAUD dan dibutuhkan oleh pengguna untuk
memotivasi dalam proses pembelajaran, untukmewakili konten materi yang
diajarkan, serta dibutuhkan untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran
(learning sources). Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa model multimedia
teaching aids untuk PAUD dengan format sajian yang berbeda dari sebelumnya
layak dikembangkan. Studi yang dilakukan Manikowati ini memiliki dua sisi
sekaligus, yaitu sebagai sebuah studi analisis kebutuhan dan sekaligus
kelayakan penerapan media teaching aids untuk PAUD yang sudah dikembangkan oleh
BPM Semarang.
Inayah,
BPMR Yogya telah melakukan penelitian dengan judul Studi Kelayakan Pendirian
Radio Edukasi. Penelitian ini diadakan pada tanggal 7 – 9 Februari 2007, dengan
tujuan mendapatkan data yang berupa pendapat, masukan maupun saran yang
berkaitan dengan radio edukasi/pendidikan. Hasil penelitian diperoleh informasi
dari lapangan bahwa masyarakat menginginkan adanya radio pendidikan dengan
menampilkan acara yang menarik dan dikemas secara kreatif dengan konsep radio
yang matang. Kegiatan penelitian ini lebih merupakan sebuah studi kelayakan
yang dilakukan dalam rangka analisis kebutuhan.
Studi
kelayakan lainnya dilakukan oleh Muthmainah, dengan judul, Studi Kelayakan
Pengembangan Aplikasi Bank Soal pada Portal Rumah Belajar. Studi kelayakan ini,
nampaknya seperti mengkombinasikan antara analisis kebutuhan pengembangan
aplikasi Bank Soal dengan uji coba aplikasi yang sedang dikembangkan. Hasil
penghitungan rata-rata pendapat responden dengan UEQ tools dapat di
interpretasikan bahwa aplikasi Bank Soal memiliki daya tarik yang baik dan alur
pembuatan evaluasi yang cukup jelas; efisien dan praktis; mendukung evaluasi
guru; aman untuk diakses siswa; memotivasidan menarik minat guru dan siswa untuk
melakukan evaluasi secara online; serta merupakan sebuah inovasi pembelajaran
yang mengikuti perkembangan teknologi dalam hal kegiatan evaluasi pembelajaran.
Sumber
Referensi
- Hairun,
Nisa, Studi Persiapan Telekolaborasi e-dukasi.net (Pengkajian dan Pengembangan
belajar melalui telekolaborasi di www.e-dukasi.net),
Pustekkom 2006
- Inayah,
Studi Kelayakan Pendirian Radio Edukasi, Teknodik, Vol 14 No. 1, Juni 2010
- https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/448/285
- Manikowati,
Studi Kelayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD, Teknodik Vol
16 No. 3, Sept th 2012
- https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/28/28
- Muthmainah,
Siti, Studi Kelayakan Pengembangan Aplikasi Bank Soal, Rumah Belajar, Jurnal
Teknodik, vol 21 No. 1, Juni tahun 2017
- https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/263/209
- Sadiman,
Arief dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pemanfaatan, dan Pengembangannya,
edisi revisi 2020, Pusdatin.
- (Penulis: Ade Kosnandar/PTP Ahli Madya Pusdatin –
Kemdikbud, sumber: http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/03/memahami-konsep-studi-kelayakan-teknologi-pembelajaran/)
(Penulis: Ade Kosnandar/PTP Ahli Madya Pusdatin–Kemdikbud, sumber: http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/03/memahami-konsep-studi-kelayakan-teknologi-pembelajaran/)