tag:blogger.com,1999:blog-53601416572173448842024-03-14T04:07:02.118+07:00Celoteh PendidikanWadah Untuk Berceloteh Tentang Dunia PendidikanWahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.comBlogger42125tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-76646450075680730882023-12-02T12:49:00.002+07:002023-12-02T12:49:17.308+07:00MANGIR; Kisah Romeo dan Juliet Jawa<p style="height: 0px; text-align: left;"></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDuPcycGSfleCFSc1ogd5_v5YF21uGM7WyUa4w9GYJBi_QaM_ls98c1oHjoS_WFHdzCUp6kTpON2-5pwVKh6_BiVXLKvbRbjFIgYvnZ7KN_1MsmobqE5BTLmBOFpZijotiiSsIHDni5LOS3fWQ4EsQUV8nzIZzkJZa4jqQBAssJ1jkxVFO4bbty2r1ltU/s4096/20231129_221407.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4096" data-original-width="3072" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDuPcycGSfleCFSc1ogd5_v5YF21uGM7WyUa4w9GYJBi_QaM_ls98c1oHjoS_WFHdzCUp6kTpON2-5pwVKh6_BiVXLKvbRbjFIgYvnZ7KN_1MsmobqE5BTLmBOFpZijotiiSsIHDni5LOS3fWQ4EsQUV8nzIZzkJZa4jqQBAssJ1jkxVFO4bbty2r1ltU/w300-h400/20231129_221407.jpg" width="300" /></a></div><br /><span><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span lang="IN">Selesai sudah ku baca "Mangir", </span><span>naskah drama panggung tiga babak/tahapan yang ditulis oleh </span><span lang="IN">Pramoedya Ananta Tour</span><span> (1925-2006)</span><span lang="IN">. Pram seorang penulis kelahiran Blora Jawa Tengah. Pram salah seorang anggota LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) salah satu <i>underbow</i> Partai Komunis Indonesia yang bergerak di bidang seni dan kebudayaan. Pram juga mendapat anugerah Ramon Magsaysay Award pada tahun 1995 di bidang penulisan sastra dan jurnalistik.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="IN" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span>"Mangir" selesai
ditulis </span><span lang="IN">Pram </span><span>pada tahun 1976 saat ia
dibuang dan ditahan di Pulau Buru bersama para tahanan politik yang beraliran
kiri lainnya (baca; komunis) oleh Pemerintah Orde Baru. Mangir hanya salah satu
karya Pram saat di pembuangan karena masih ada karya lainnya yang justru lebih
terkenal yaitu Tetralogi Pulau Buru yang terdiri dari empat seri; Bumi Manusia
(1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span style="font-family: times;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span>Sebelum "Mangir" ditulis oleh Pram, sudah ada karya tulis lain yang menceritakan </span><span lang="IN">kisah Mangir </span><span>yaitu <i>Babad Tanah Jawi</i>
dan <i>Babad Bedhahing Mangir</i> (mungkin masih ada naskah lain yang menceritakan
kisah Mangir, tetapi bukan keahlian penulis dibidang <i>filologi</i> sehingga
tidak mengetahuinya ✌) dan menyebar menjadi <i>folklore</i>
khususnya di masyarakat Jawa. Pram menulis kembali cerita Mangir </span><span lang="IN">dengan versi yang berbeda dari </span><span><i>Babad Tanah Jawi</i> dan <i>Babad
Bedhahing Mangir</i></span><span lang="IN">. </span><span lang="EN-US">Pembaca </span><span lang="IN">tidak akan menemukan </span><span>tulisan beraroma klenik, </span><span lang="IN">mistik dan </span><span>ragam tahayul</span><span lang="IN"> dalam "Mangir" versi Pram. Kita maklumi karena Pram yang
komunis sangat anti akan cerita-cerita klenik, mistik, dan tahayul. Jadi tidak diceritakan
kisah asal muasal dan keampuhan tombak pusaka Kyai Baru Kelinting karena Pram
menggantinya dengan sosok ahli strategi/siasat perang sekaligus sahabat setia pemimpin
daerah Mangir yang bernama Baru Klinting.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="IN" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span>Drama "Mangir" berkisah tentang seorang pemimpin di daerah perdikan (daerah yang merdeka dari
pajak) yang bernama Mangir (sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Bantul,
Yogyakarta). Nama aslinya Bagus Wanabaya. Karena memimpin daerah Mangir
peninggalan bapak dan kakeknya maka diberi gelar Ki Ageng Mangir Wanabaya atau Ki Ageng Mangir IV. </span><span lang="IN">Ki Ageng Mangir sendiri diceritakan Pram
sebagai </span><span>seorang</span><span lang="IN"> yang sangat anti feodalisme. Di Mangir tidak
ada budaya sembah sujud (sungkeman) antara rakyat terhadap pemimpinnya. Semua berdiri
sama tinggi duduk sama rendah. Begitu juga Ki Ageng Mangir yang merasa sebagai
orang bebas merdeka tidak mau tunduk dan sungkem kepada Panembahan Senopati
Danang Sutowijoyo selaku raja Mataram saat itu. Lagi-lagi sebagai seorang komunis yang anti feodalisme Pram sangat menyukai
cerita-cerita seperti ini. Tetapi "Mangir" tetap dengan substansi
cerita yang sama yaitu tentang pemberontakan, cinta, dan kematian.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="IN" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span lang="IN">Pemberontakan terjadi karena Ki Ageng Mangir menganggap Mangir lebih dahulu ada dari Mataram. Mangir adalah tanah perdikan yang diberikan oleh Majapahit, sehingga tidak pantas bagi Mangir untuk menjadi bawahan Mataram. Hal ini membuat Panembahan Senopati marah dan </span></span><span lang="IN" style="font-family: times;">menganggap Ki Ageng Mangir telah makar sehingga Mangir harus di bumi
hanguskan. </span><span style="font-family: times;">Beberapa
kali Mataram menyerang Mangir t</span><span lang="IN" style="font-family: times;">etapi
</span><span style="font-family: times;">selalu </span><span lang="IN" style="font-family: times;">tidak berhasil mengalahkan Mangir</span><span style="font-family: times;">. Hal ini lantaran</span><span lang="IN" style="font-family: times;"> Ki Ageng Mangir mempunyai ahli siasat yang
mumpuni yaitu Baru Kelinting</span><span style="font-family: times;"> serta bantuan dari beberapa orang demang yang masing-masing memiliki
daerah kekuasaan yaitu </span><span lang="IN" style="font-family: times;">Demang
Patalan, Demang Jodog, Demang Pandak, dan Demang Pajangan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="IN" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span lang="IN">Karena gagal menaklukkan Mangir,
Panembahan Senopati memakai cara licik yaitu dengan menjadikan putri cantiknya
yang bernama Sekar Pembayun untuk menjadi telik sandi yang bertugas
memata-matai aktivitas Ki Ageng Mangir. </span><span>Pembayun memulai aktivitas sebagai telik sandi dengan
menyamar menjadi penari ronggeng dan mengganti nama menjadi Adisaroh. </span><span lang="IN">Ternyata takdir berkata lain. Berawal dari
sekedar telik sandi ternyata Pembayun justru jatuh cinta dan menikah dengan Ki
Ageng Mangir.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="IN" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><span style="font-family: times;"><div style="text-align: justify;"><span><span>Setelah menikah, akhirnya
Adisaroh mengatakan yang sesungguhnya kepada Wanabaya bahwa sebenarnya dirinya
adalah Putri Sekar Pambayun anak dari Panembahan Senapati. Bukan main kesalnya
Wanabaya yang ternyata selama ini telah dibohongi oleh istri tercintanya
sendiri, sambil bersujud menangis Pambayun meminta maaf dan menyatakan rasa
penyesalan dan bersalahnya. Apa daya Ki Ageng Wanabaya, meskipun naik pitam tak
kuasa menahan amarahnya tetapi rasa cintanya pada Pembayun mengalahkan
segalanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span><br /></span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span>Saat Pembayun
hamil, </span><span lang="IN">Panembahan Senopati pun
melihat peluang. Merasa sebagai mertua, diundanglah Ki Ageng Mangir bersama
istrinya sowan </span><span>ke
Keraton</span><span lang="IN"> Mataram untuk mendapat
restu. Singkatnya, sesampainya di Keraton Mataram bukan restu yang didapat
tetapi Ki Ageng Mangir Wanabaya harus mati meregang nyawa karena ditikam tombak
secara licik dari belakang oleh Joko Umbaran kakak Pembayun (versi Babad Tanah Jawi
diceritakan, saat Ki Ageng Mangir sungkem di kaki Panembahan Senopati, saat
itulah kepalanya dibenturkan hingga pecah ke batu gilang yang menjadi tempat
duduk Senopati. Sedangkan di versi Babad</span><span lang="EN-US"> Bedhahing Mangir diceritakan
jika Panembahan Senopati menusukkan tombak Kyai Plered ke Wanabaya. Setelah Wanabaya
meregang nyawa barulah kepala dibenturkan ke batu gilang hingga pecah</span><span lang="IN">). Joko Umbaran sendiri merupakan anak pertama Danang Sutowijoyo dari istri pertama (</span></span><span style="font-family: times;">Roro Lembayung putri dari Ki Ageng Giring) yang konon katanya</span><span style="font-family: times;"> </span><i style="font-family: times;">diumbar </i><span style="font-family: times;">(tidak diurus) dampak dari perjodohan pernikahan "politik" yang dipaksakan.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span lang="IN">Berakhirlah sudah perjalanan
Perdikan Mangir di tangan Mataram, hanya tersisa Pambayun yang tengah bersedih
sambil memeluk jasad suami tercinta sang Tua Perdikan Mangir Wanabaya IV.</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">Ibarat</span><span lang="IN"> </span><span lang="EN-US">kata Chu Pat Kai “<i>begitulah cinta, penderitaannya
tiada akhir</i>” 😂.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="EN-US" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><span lang="IN">Bagaimana nasi</span><span>b</span><span lang="IN"> Pembayun??? Penghianat!!! itulah akhirnya gelar yang
disematkan pada Pembayun oleh bapaknya sendiri.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="IN" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span><span lang="IN" style="font-family: times;"><br /></span></span></div><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><div style="text-align: justify;"><span>Ujung
Galuh, Padukuhan Kupang Wetan</span></div></span><span lang="EN-US" style="line-height: 107%;"><div style="text-align: justify;"><span>Rabu Wage, 29 November 2023M / 15 Jumadil Awal
1445H</span></div><div style="text-align: justify;"><br /><span><br /></span></div></span></span><p></p>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-77420376456707540082023-03-23T01:25:00.000+07:002023-03-23T01:25:17.615+07:00KISAH SAPI DAN WATAK "NGEYEL" BANI ISRAIL<p style="text-align: justify;">Suatu ketika di era dakwah Nabiullah Musa alaihissalam terjadilah kasus pembunuhan seorang bani Israil. Korban adalah seorang hartawan yang kekayaannya luar biasa berlimpah tapi tidak memiliki anak sebagai ahli waris. Alhasil, banyak kerabat si korban yang menginginkan dan menanti warisan.</p><div style="text-align: justify;">Singkat kisah, pertikaian pun terjadi diantara para kerabat si korban. mereka mengklaim sebagai yang berhak mendapatkan harta waris korban. semakin lama pertikaian semakin menjurus kepada saling fitnah dan saling tuduh sebagai pembunuh si korban.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di situasi yang semakin rumit, ada salah seorang yang menengahi, <i>“wes ojo gegeran....bukankah di antara kita ada Musa, sang Rasul Allah? Mari kita tanyakan perihal ini kepada beliau"</i> ujarnya. Dan mereka pun berbondong-bondong segera menemui Nabiullah Musa alaihissalam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>"ya Nabiyullah Musa, salah seorang kerabat kami ada yang mati terbunuh, mintalah kepada Allah untuk menunjukkan siapa pembunuhnya"</i> pinta Bani Israil.</div><div style="text-align: justify;">Setelah mendengar curhatan dan permintaan dari orang-orang Bani Israil yang bertikai, Nabi Musa pun berdoa memohon petunjuk pada Allah agar menunjukkan rahasia di balik kematian si korban. Maka, Allah pun memerintahkan Musa agar menyuruh bani Israil menyembelih seekor sapi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>"ok.....Allah sudah memerintahkan padaku agar kalian menyembelih seekor sapi. sekarang bawalah padaku seekor sapi dan sembelihlah"</i> perintah Nabi Musa.</div><div style="text-align: justify;">Sebenarnya perintah yang sangat mudah. Akan tetapi karena watak "ngeyel" Bani Israil, mereka tidak segera melaksanakan perintah tersebut tapi justru bertanya lagi <i>“sapinya yang berumur muda atau tua?"</i>. Nabi Musa menjawab <i>"Tidak muda, tidak pula tua, umur pertengahan saja"</i>. Bani Israil bertanya lagi <i>“Apa warna sapinya?”</i>. Nabi Musa menjawab, <i>“Warnanya kuning tua/keemasan”</i>.</div><div style="text-align: justify;">Dasar tukang "ngeyel", Bani Israil pun bertanya lagi <i>“kira-kira bagaimana ciri-ciri kondisi sapi itu?"</i>. Nabi Musa dengan sabar pun menjawab lagi <i>"sapi itu tak pernah digunakan untuk membajak sawah atau memberi air bagi tanaman. Sapi itu pun sangat bersih, tidak memiliki cacat”</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akhirnya, Bani Israil menyadari kebodohan mereka. Mereka pun mencukupkan pertanyaan dan mulai mencari jenis sapi yang elok itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Coba bayangkan, dari perintah yang sangat mudah karena faktor "ngeyel" kebanyakan bertanya, akhirnya justru semakin sulit mendapatkan sapi itu. Andai mereka menurut saat perintah pertama, mereka bebas memilih sapi manapun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah kesulitan mencari kesana kemari, akhirnya mereka pun mendapatkan sapi dengan kriteria hasil ke-ngeyel-an mereka. itupun dengan harga yang sangat mahal. Konon harga sapi setara dengan harta waris si korban, sehingga habislah harta si korban hanya untuk membeli sapi tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah sapi didapat, segeralah dibawa kehadapan Nabi Musa dan diperintahkan untuk disembelih. Setelah disembelih Nabi Musa pun memukulkan buntut sapi ke jasad si korban. Biidznillah, mayat korban pun bangun. Nabi Musa pun bertanya kepada korban siapa yang telah membunuhnya. Korban pun menjawab sambil menunjuk kepada salah seorang kerabatanya bahwa dialah pembunuhnya. Tapi dasar Bani Israil, tetap "ngeyel" tidak mengakui.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Itulah watak bani Israil. Minta petunjuk pada Allah dengan perantara Nabi Musa, sudah dapat petunjuk malah "ngeyel" membantah tidak mengakui.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">eiiiiittssss.....jangan pongah dulu dengan merendahkan bani Israil. Kita pun sekarang sudah mulai terjangkit watak "ngeyelan" bani Israil. diperintahkan untuk melakukan yang mudah tapi karena ngeyel akhirnya jadi sulit. kalau istilah arek Suroboyo <i><b>"dikongkon A jalukane B, C, D padahal ora mampu, suwe2 dadi ruwet. opo maneh dibumbuhi watak arep kemoncolen golek rai malah tambah ruweeeeetttttt"</b></i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Padukuhan Kupang Wetan, 1 Romadhon 1444 hijriah</div><div style="text-align: justify;">Selamat berpuasa <span class="x1xsqp64 xiy17q3 x1o6pynw x19co3pv xdj266r xcwd3tp xat24cr x39eecv x2b8uid" data-testid="emoji" style="background-image: url("https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/t80/1/16/1f64f.png"); background-size: 16px 16px; cursor: default;"><span class="xexx8yu xn5pp95 x18d9i69 x2fxd7x x1yqt14a x1bhl96m">🙏</span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-83509584235592089582023-01-17T15:58:00.002+07:002023-01-17T15:58:34.859+07:00ANAK KIJANG DI KOTA BUAYA; Kisah Beberapa Bongkah Batu<div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua", serif;"><span> </span><span> <span> </span></span>Di pojok utara lahan
pekarangan rumah kami ada parit dengan lebar dan kedalaman sekitar setengah
meter. Parit ini mengaliri air dari kompleks rumah kos-kosan depan rumah kami.
Sedangkan disebelah parit hanya tanah kosong milik seseorang yang masih kerabat
jauh Emakku. Jadi antara tanah rumah kami dan tanah kosong kerabatku terbatasi
oleh parit. Karena selalu tergerus air lama kelamaan parit menjadi semakin
dangkal dan menyempit sehingga dalam setahun sekali harus digali dan diperlebar
kembali. Saat memperlebar parit biasanya Bapakku akan sekalian memperbaiki
konstruksi pinggiran parit dengan bebatuan. Pembaca mungkin berpikir kenapa
tidak di </span><i style="font-family: "Book Antiqua", serif;">cor</i><span style="font-family: "Book Antiqua", serif;"> (dipasang batu miring atau </span><i style="font-family: "Book Antiqua", serif;">pelengsengan</i><span style="font-family: "Book Antiqua", serif;"> dg semen
agar kokoh). Jelas alasan ekonomi adalah jawabannya. Karena untuk makan saja
kami sangat kesulitan.</span></div><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Pada saat aku duduk
di bangku kelas 3 MTs. (setara SMP) ada suatu peristiwa yang tidak akan pernah
kulupakan dan akan menjadi pelajaran bahkan hingga keanak cucuku nanti.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Saat itu aku diminta
bantuan oleh Bapakku untuk membantu memperbaiki parit yang sudah mendangkal dan
menyempit. Seperti biasanya Bapakku terlebih dahulu akan pergi ke lokasi-lokasi
bekas penambangan PT. Aneka Tambang untuk mengambil beberapa karung bebatuan
bauksit. Disekitar Kijang banyak lokasi bekas penambangan Bauksit. Beberapa lokasi
di reboisasi dengan ditanami pohon akasia atau pohon jambu mede/mete (jambu
monyet) beberapa dibiarkan menjadi lahan kosong. Singkat cerita kami kehabisan
bongkahan batu dan akupun langsung mengumpulkan beberapa bongkahan batu yang
kuambil dari lahan kosong.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Awalnya Bapakku tidak
mengetahui kalau aku mengambil bongkahan-bongkahan batu dari tanah sebelah.
Tapi lama kelamaan beliau tahu juga. “</span><i style="text-indent: 36pt;">dapat darimana batu-batunya</i><span style="text-indent: 36pt;">?”
Tanya Bapakku. “</span><i style="text-indent: 36pt;">itu Pak ambil di tanah sebelah</i><span style="text-indent: 36pt;">” jawabku sambil menunjuk
ke tanah sebelah. “</span><i style="text-indent: 36pt;">tidak boleh, cepat kembalikan semuanya. Yang sudah
terpasang di parit bongkar juga dan kembalikan semua</i><span style="text-indent: 36pt;">” perintah Bapakku
dengan wajah tegas. “</span><i style="text-indent: 36pt;">lhaaa Pak, kan cuma batu dan juga tanah kosong gak ada
yang nempati</i><span style="text-indent: 36pt;">” kelahku. “</span><i style="text-indent: 36pt;">tanah ini ada yang punya, bukan haknya kita,
meskipun cuma sebutir kerikil kalau kita tidak minta sama yang punya artinya
kita sudah mencuri. Harus minta izin dulu sama yang punya tanah</i><span style="text-indent: 36pt;">” timpal
Bapakku.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Akhirnya akupun
mengembalikan semua bongkahan-bongkahan batu keasalnya dan batu-batu yang sudah
tertata menjadi batu miring aku bongkar kembali dengan dibantu oleh Bapakku.
Sambil itu, Bapakku bercerita tentang kisah yang masyhur dikalangan para sufi. Aku
sangat ingat sekali kisah ini karena Bapakku sering sekali mengulang-ulang
kisah ceritanya.</span></div></span><b style="text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><b style="text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Book Antiqua", serif;">Begini kisahnya,</span></b></div></b><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Zaman Sultan Harun
al-Rasyid, hiduplah sepasang suami-istri beserta anak-anak mereka. Mereka bukan
keluarga yang mampu bahkan tergolong miskin. Sementara tetangga mereka adalah
keluarga yang kaya raya.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Suami istri ini
adalah seorang yang ‘</span><i style="text-indent: 36pt;">abid</i><span style="text-indent: 36pt;"> (ahli ibadah). Suami bekerja sebagai buruh
pencari kayu di hutan. Sedangkan tetangga mereka selain terkenal kaya raya tapi
juga terkenal dengan kepelitannya. Meskipun punya tetangga yang miskin tapi
mereka tidak pernah mau membantu.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Suatu ketika di bulan
Romadlon, seperti biasa Sultan al-Rasyid mengumpulkan para mustahiq zakat
(orang yang berhak mendapatkan zakat) yang terdiri dari orang-orang </span><i style="text-indent: 36pt;">faqir,
miskin, amil, muallaf, gharim, riqab, fiisabilillah, </i><span style="text-indent: 36pt;">dan</span><i style="text-indent: 36pt;"> ibnu sabil</i><span style="text-indent: 36pt;">.
Semua mustahiq dipanggil satu persatu untuk menerima zakat. Seperti biasa juga
selain zakat berupa makanan pokok, Sultan juga memberikan beberapa keping
dirham kesetiap mustahiq. Rasa syukur yang tak terkira diucapkan oleh si suami </span><i style="text-indent: 36pt;">‘abid</i><span style="text-indent: 36pt;">
tadi. “</span><i style="text-indent: 36pt;">Dirham ini kalau aku belikan pakaian tentu tidak akan cukup untuk
semua keluarga, tapi jika dibelikan beberapa lembar kain maka akan cukup jika
dijahit untuk semua keluargaku akan. Biarlah istriku yang akan menjahit kainnya
nanti untuk menjadi baju</i><span style="text-indent: 36pt;">” pikir si </span><i style="text-indent: 36pt;">‘abid</i><span style="text-indent: 36pt;">.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Pulanglah si </span><i style="text-indent: 36pt;">‘abid</i><span style="text-indent: 36pt;">
sambil membawa hasil zakat dan beberapa potong kain. Diberikanlah kain tersebut
kepada sang istri untuk dijahitkan menjadi beberapa helai baju yang cukup untuk
seluruh keluarga dan akan dipakai saat </span><i style="text-indent: 36pt;">‘iedul fitri</i><span style="text-indent: 36pt;">. Mulailah sang istri
menjahit kain-kain tersebut.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Tidak terasa malam pun
tiba, mereka baru menyadari jika di rumah mereka sudah tidak ada minyak untuk
menyalakan lentera. “</span><i style="text-indent: 36pt;">pak, malam semakin gulita, kita sudah tidak punya
minyak untuk menyalakan lentera</i><span style="text-indent: 36pt;">” ujar si istri. “</span><i style="text-indent: 36pt;">coba bu ke rumah
tetangga untuk meminta sedikit minyak sekedar untuk menyalakan sebuah lentera</i><span style="text-indent: 36pt;">”
saran si </span><i style="text-indent: 36pt;">‘abid</i><span style="text-indent: 36pt;">. “</span><i style="text-indent: 36pt;">baiklah pak</i><span style="text-indent: 36pt;">” jawab si istri.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Pergilah si istri ke
rumah tetangga yang kaya raya. Setelah bertemu si empunya rumah, segeralah
diutarakan maksud si tamu. “</span><i style="text-indent: 36pt;">wahai tetangga, di rumah kami sudah tidak ada
satupun lentera yang menyala. Kami sudah tidak memiliki setetes pun
minyak…..sudilah kiranya tuan untuk memberikan kami sedikit minyak agar terang
rumah kami</i><span style="text-indent: 36pt;">” iba si tamu. “</span><i style="text-indent: 36pt;">cih…kamu lagi, selalu saja mengganggu
istirahat malamku</i><span style="text-indent: 36pt;">” hardik si empu rumah. “</span><i style="text-indent: 36pt;">kalau mau banyak minyak suruh
suamimu kerja, jangan cuma ibadah. Ibadah tidak akan buat kalian kenyang dan
kaya raya. Malam ini tidak akan kuberikan minyak, supaya kalian belajar bahwa
jadi orang miskin itu tidak enak, supaya kalian sadar untuk bekerja keras…pulanglah
sana!!!</i><span style="text-indent: 36pt;">” kembali si empu rumah menghardik.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Dengan wajah lesu, si
tamu pun kembali ke rumah. Diceritakanlah semua kepada suaminya. Dengan sabar
suaminya pun menyahut penjelasan istrinya dengan kalimat-kalimat yang
membesarkan hati istrinya.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">“</span><i style="text-indent: 36pt;">Bagaimana dengan
jahitan baju kita pak? Besok sudah ‘iedul fitri</i><span style="text-indent: 36pt;">” ucap si istri. “</span><i style="text-indent: 36pt;">bu,
coba lihat….disebelah rumah tetangga kita itu ada seberkas sinar cahaya lentera
yang menyinari hingga keluar. Cobalah kau menjahit disana. Aku yakin si
tetangga yang pelit itu tidak akan marah</i><span style="text-indent: 36pt;">” saran si ‘abid. “</span><i style="text-indent: 36pt;">iya pak, aku
akan menjahit disitu pak</i><span style="text-indent: 36pt;">” balas si istri. Dan si istri pun langsung menuju
kesebelah rumah tetangga hanya sekedar untuk memanfaatkan seberkas sinar cahaya
dari rumah tetangga yang menjorok hingga keluar rumah (kalau sekarang numpang
wifi gratis tetangga….hehe). Mulailah si istri menjahit. Jahitan demi jahitan, hingga
jadilah beberapa helai baju. Setelah selesai kembalilah si istri ke rumah.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Malam pun semakin
larut. Lolongan anjing liar dan burung-burung malam mulai bersahut-sahutan.
Manusia sudah lelap di peraduan masing-masing. Saat lelap tidur, si </span><i style="text-indent: 36pt;">‘abid</i><span style="text-indent: 36pt;">
bermimpi. Ia bermimpi sedang disiksa oleh Malaikat Zabaniyah (Malaikat yang
menjadi algojo di Neraka) bersama istrinya didalam neraka. Di neraka itu ada
pula si tetangga. Sambil menyiksa, Zabaniyah sambil berucap “</span><i style="text-indent: 36pt;">inilah
ganjaranmu wahai pencuri</i><span style="text-indent: 36pt;">”, terus saja kalimat itu berulang-ulang
diucapkannya.</span></div></span><span lang="EN-GB" style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="text-indent: 36pt;">Diseberang, si
tetangga juga sedang bermimpi, bermimpi dengan tema yang sama yaitu sedang
disiksa di neraka dan dalam mimpinya ia juga melihat tetangganya sedang disiksa
bersamanya di neraka.</span><span lang="EN-GB" style="text-indent: 36pt;"> Sambil menyiksa, Zabaniyah sambil berucap “<i>inilah
ganjaranmu wahai orang kaya yang pelit</i>”, terus saja kalimat itu
berulang-ulang diucapkannya.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Setelah semakin berat siksaannya
tiba-tiba si </span><i style="text-indent: 36pt;">‘abid</i><span style="text-indent: 36pt;"> dan si tetangga sontak terbangun dari tidurnya dengan
terengah-engah dan keringat bercucuran karena rasa takut.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Keesokan paginya, pergilah mereka
berdua kepada seorang ulama yang masyhur dengan sifat </span><i style="text-indent: 36pt;">wara’</i><span style="text-indent: 36pt;"> dan sudah
mencapai maqom </span><i style="text-indent: 36pt;">mukasyafah</i><span style="text-indent: 36pt;">. Berceritalah mereka berdua perihal mimpi yang
dialaminya. Setelah mendengar cerita mereka berdua, si ulama pun menjelaskan
bahwa kesalahan si </span><i style="text-indent: 36pt;">‘abid</i><span style="text-indent: 36pt;"> dan istri karena telah mencuri hak milik tetangga
tanpa izin meskipun itu hanya seberkas sinar lentera. Sedangkan kesalahan si
tetangga karena tidak memberikan hak tetangganya yang miskin. Ajaran Islam bagi
tetangga yang kaya adalah berkewajiban membantu tetangganya yang miskin. Islam
mengutuk tetangga yang perutnya selalu kekenyangan sementara tetangga sebelah
rumahnya sangat kelaparan meskipun ia seorang yang taat beribadah. Ada hak dan
kewajiban yang telah diatur oleh Islam dalam hidup bertetangga.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Akhirnya, setelah mendapat
penjelasan dari ulama tersebut, kedua orang bertetangga itupun saling menyadari
kesalahan masing-masing dan keduanya kembali hidup rukun saling membantu.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Selesai bercerita, Bapakku
menegaskan dan menasehatiku untuk jangan pernah mengambil hak milik orang lain
tanpa izin meskipun cuma sebutir batu atau secercah sinar. Hak milik orang lain
juga bukan cuma berupa barang yang telihat oleh mata. Tetapi yang tidak
terlihat oleh mata juga tidak boleh kita renggut. Rasa bahagia, rasa aman, rasa
damai, rasa berkasih sayang itu hak miliki setiap orang yang tidak boleh kita
ganggu apalagi kita rampas. Saat itu Bapakku memberikan contoh, andai ada
tetangga yang sedang berbahagia mengadakan resepsi pernikahan, janganlah kita
rusak dengan cerita-cerita gosip dari lisan kita yang menjelek-jelekkan acara
tersebut sehingga tetangga kita menjadi merasa risih, merasa susah dan gundah. Ada
tetangga kita yang sedang bahagia punya sepeda motor baru meskipun secara
kredit, jangan lisan kita mencemooh sehingga tetangga kita menjadi malu. Jika ini
dilakukan berarti kita sudah mencuri hak tetangga kita.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Itulah Bapakku, orang yang berani
hidup miskin daripada harus mencuri. Bapakku bekerja sebagai pegawai tetap di
PT. Aneka Tambang Wilayah Kijang-Bintan Timur salah satu BUMN yang khusus menambang
tanah Bauksit. Terakhir jabatan beliau adalah Pengawas Lapangan. Tugas Pengawas
Lapangan adalah mengawasi proses penggalian tanah bauksit di lokasi
penambangan, juga mengawasi sarana dan prasarana produksi. Termasuk sarana prasarana
disini adalah kendaraan dinas beserta BBM (Bahan Bakar Minyak)-nya.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Lokasi penambangan biasanya di
pulau-pulau kecil sekitar Bintan dan ditengah hutan. Kendaraan produksi berupa
truk tambang Komatsu yang ukuran ban-nya lebih dari 2 meter. Kendaraan-kendaraan
ini tentu membutuhkan BBM yang tidak sedikit sehingga disetiap lokasi tambang
sudah disediakan tangki-tangki BBM jenis solar dengan model tandong tabung ukuran
diameter lebih dari 2 meter.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Sebagai Pengawas Lapangan, sangat
bisa bagi Bapakku untuk korupsi BBM. Jika saat itu Bapakku berani membawa
pulang satu jerigen solar aja tiap hari untuk dijual ke juragan-juragan ikan
atau juragan pemilik perahu motor seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan
beliau tentu keluarga kami akan kaya raya.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; text-indent: 36pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="text-indent: 36pt;">Itulah Bapakku Muhammad Yasin bin
Yahya, seorang sufi “ortodok” yang sepanjang hidupnya tetap setia menjaga </span><i style="text-indent: 36pt;">muru’ah</i><span style="text-indent: 36pt;">
seorang sufi hingga akhir hayat beliau.</span></div></span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: right;">Padukuhan Kupang Wetan,</div></span><span lang="EN-GB" style="font-family: "Book Antiqua", serif;"><div style="text-align: right;">24 Jumadil Akhir 1444h</div></span><span style="font-size: 11pt;"><div style="text-align: right;"><span style="font-size: 11pt;">17 Januari 2023</span></div></span></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-66813998459082426302022-12-03T00:10:00.001+07:002022-12-03T00:16:28.600+07:00CINTA LAILA LEBIH BESAR DARI CINTA QAIS<p style="text-align: left;"></p><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“Laila….engkau
harus menikah dengan Ibnu Salam”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> ujar keras Amir Qhatibiah kepada puteri semata wayangnya.<br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Dengan tertunduk layu
sembari meneteskan air mata Laila menjawab tanpa membantah <i>“baiklah ayah,
sekehendak hati ayah”</i>.<br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“Ibnu Salam anak
bangsawan suku Thaqif yang kaya raya…engkau tidak akan menyesal menikah
dengannya Laila”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">
istri Amir ikut membujuk.<br /><o:p></o:p></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“baiklah ibu, sekehendak
hati ibu”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> ucap
tegas dari Laila<br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">---------------------------------------------------------------------------------<br />
</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Sampailah kisah pada
hari pernikahan Laila dan Ibnu Salam. Dan saat malam pertama tiba, masuklah
Ibnu Salam kedalam kelambu ranjang Laila.<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibnu Salam adalah
seorang tua dari golongan bangsawan kaya raya yang sudah menikah lebih dari
sepuluh kali. Dengan segudang pengalaman dalam hal ihwal pernikahan, Ibnu Salam
mencoba merayu Laila.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“wahai Laila
istriku, marilah kita reguk kenikmatan malam ini sebagai sepasang suami istri”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> ucap Ibnu Salam.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Sambil tersenyum Laila
menjawab <i>“baiklah wahai suamiku Ibnu Salam, aku akan melakukannya bersamamu.
tapi sebelumnya, jawablah dulu pertanyaan dariku”</i>.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“silahkan Laila,
ajukanlah pertanyaanmu itu istriku”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> balas Ibnu Salam.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Segera Laila
mengajukan pertanyaan <i>“kenapa engkau menikahiku wahai suamiku?”<br /></i></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“Karena engkau
wanita tercantik di kota ini wahai Laila. Semua pria di kota ini berhasrat
untuk menikahimu, tetapi akulah orang yang paling beruntung karena akulah yg
menjadi suamimu”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">
jawab Ibnu Salam sambil tertawa dengan pongahnya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Sambil menahan marah Laila
berkata <i>“jika itu alasanmu, ambillah belatimu yang paling tajam. Potonglah
kepalaku atau kulitilah wajahku ini dengan belatimu dan simpanlah ia untuk
menjadi pemuas hasratmu. Jika engkau belum puas juga, silahkan potong-potong
bagian tubuhku lainnya yang selama ini kau idam-idamkan. Sungguh engkau tidak
mencintaiku wahai Ibnu Salam suamiku”</i>.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /> </span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Terperanjatlah Ibnu
Salam dan sontak berteriak sambil berkacak pinggang <i>“wahai Laila, aku adalah
suamimu, aku telah membayar maharmu, haram bagimu menolak ajakan suamimu”</i>.<br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“silahkan
perlakukan aku sesukamu layaknya sawah ladang bagimu wahai suamiku, tapi
sawahmu ini sangat gersang dari air cinta. Sawah yang gersang tidak akan pernah
menyuburkan tanaman”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">
jawab Laila dengan lembut sambil tersenyum.<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">---------------------------------------------------------------------------------<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Malam berganti siang,
siang kembali berganti malam, hari terus silih berganti, bulan berganti bulan
bahkan bertemu tahun. Tetapi pertanyaan Laila selalu sama. Tidak kurang rayuan
Ibnu Salam agar Laila berkenan kepadanya, bahkan dengan cara kekerasan
sekalipun Laila tetap tak bergeming dan tetap dengan pertanyaan juga keputusan
yang sama.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ibnu Salam pun
terheran-heran dengan sikap Laila hingga ia pun pasrah tanpa bisa berbuat
apapun lagi. Saat siang hari Laila melayani kebutuhan suaminya dalam hal
sandang dan pangan dan menjadi pendamping suami dihadapan tamu-tamu suaminya.
Tapi saat malam tiba, Laila mengunci rapat-rapat pintu kamarnya. Ia menangis
menahan rindu dengan Qais kekasihnya hingga subuh tiba. Hingga suatu hari
takdir Allah yang sudah pasti pun berlaku pada Ibnu Salam. Ia mati tanpa pernah
menyentuh Laila.<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Saat hari kematian
Ibnu Salam. Laila menangis sejadi-jadinya hingga orang-orang beranggapan jika
ia menangisi mendiang suaminya. Esok harinya Laila masih saja menangis,
demikian juga lusa dan hari-hari seterusnya hinggalah mata Laila menjadi buta.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Orang-orang berkata <i>“sungguh
besar rasa cinta Laila kepada Ibnu Salam hingga ia menangisi kematiannya sampai
matanya menjadi buta”.</i></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><i><br /></i></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Sungguh tangisan Laila
adalah karena rasa rindunya yang tidak pernah terungkap pada Qais. Ia menutup
rapat-rapat kedua bibirnya agar tidak mengucapkan rasa rindunya. Hanya tangisan
dan air matanyalah yang berbicara mewakili beban hatinya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Setelah kedua matanya
membuta, hilanglah juga hasrat duniawi Laila. Tidak lagi ada hasrat untuk makan
dan minum, yang ada hanyalah tangisan kerinduannya pada Qais. Hingga iapun
jatuh sakit. Sudah buta – sakit pula.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Saat sudah semakin lemah
dengan sakitnya, datanglah mendekat salah seorang dayang Laila. Si dayang
berkata kepada Laila <i>“wahai tuanku Laila, tadi di masjid aku melihat segerombolan
orang sedang berdebat dan mencaci maki seorang majnun. Bahkan tidak
henti-hentinya orang-orang mengumpatnya. Anak-anak kecil melemparinya dengan
batu. ibu-ibu mengutuknya. Tapi dari mulut si majnun hanya berucap Laila…..Laila….Laila”.
kucoba bertanya ke orang-orang perihal si majnun, orang-orang kompak menjawab “orang
itu majnun sejak berjumpa Laila”.</i></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><i><br /></i></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Mendengar nama majnun,
Laila yang sedang dalam payahnya karena sakit sontak berjingkat dari
pembaringan, dan dengan pandangan keingintahuan kelanjutannya berita tentang
Qais ditatapnya si dayang seolah-olah ingin melahap wanita paruh baya itu.<br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“apakah engkau
melihatnya wahai dayang? Benarkah selalu keluar dari mulutnya nama Laila???”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> Tanya Laila.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“apakah yang selalu
keluar dari mulutnya adalah namamu wahai tuan putri” </span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">timpal dayang.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“iya dayang, dialah
Qais bin Maluh….sang pecinta gila. Dialah tangisku selama ini. Dialah buta dan
sakitku ini”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><i>"</i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">wahai
tuan putri, a</span>pakah cintamu pada Qa</i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">i</span>s lebih besar daripada cintanya
padamu?"</i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> tanya
dayang. </span>Lalu Laila menjawab, <i>"Justru cintaku padanya yang lebih
besar!"</i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">. </span><i>"Mengapa
bisa?"</i><span style="mso-ansi-language: EN-US;"> <span lang="EN-US">balas
dayang. </span></span><i>"Karena cintanya padaku terkenal. Sedangkan
cintaku padanya tersembunyi."</i><span style="mso-ansi-language: EN-US;"> <span lang="EN-US">Jawab Laila.<br /><o:p></o:p></span></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“wahai dayang,
ambilkanlah aku secarik kain sutera putih dan pena dengan tinta aroma ambar</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> (mawar).</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Bergegaslah si dayang menyiapkan
permintaan tuan putrinya. Tak sampai seperdupaan, dayang pun kembali dan
menyerahkan semua keperluan kepada tuan puterinya. Laila pun mulai menuliskan
sesuatu di secarik kain sutra putih . Setelahnya dilipatnya kain sutera putih
itu.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“wahai dayang,
pergilah engkau keluar. Carilah majnunku entah dimana dia berada. Carilah ia
dipojokan-pojokam pasar, atau di kuburan-kuburan, di hutan belantara atau di goa-goa.
Carilah ia sampai ketemu bahkan jika engkau harus menyeberang benua sekalipun. Berikanlah
secarik kain sutera putih ini padanya. Tidak perlu engkau bersusah payah
menjelaskan perihalnya karena rasa cintanya padaku yang sudah terpatri disetiap
bulu roma tubuhnya yang akan menjelaskan padanya.<br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“Sendiko dawuh tuan
putri” </span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">timpal
dayang sambil berpamit diri.<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">---------------------------------------------------------------------------------<br />
</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Dicarilah Qais oleh si
dayang mulai dari gang-gang dan pojokan pasar, di kuburan-kuburan, di goa-goa. Sehari,
dua hari, tiga hari, seminggu, dua minggu, berganti bulan belum juga ditemukan
olehnya di majnun. Hinggal akhirnya Allah pun berkehendak, dipertemukanlah si
dayang dengan si majnun.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Majnun sedang tiduran
dengan dikelilingi oleh sekumpulan binatang liar, singa, serigala, rusa, kelinci,
ular dan lainnya. Tidak ada satupun dari hewan-hewan itu yang berniat mencelakai
diri majnun.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“wahai Qais,
bangunlah”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> sapa
dayang. Tapi Qais tak bergeming. <i>“wahai Qais, bangunlah”</i> dayang
mengulangi. Qais masih tetap tak peduli. “<i>wahai sang pecinta gila, akankah
engkau terus berpura-pura menutup kedua matamu? Ataukah kau akan menyambut
sesuatu matlumat dari Laila-mu???”</i></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><i><br /></i><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Sontak Qais meloncat
dari pura-pura tidurnya. <i>“engkau membawa matlumat dari Laila?”</i> tanya Qais.
<i>“iya”</i> jawab si dayang sambil menyodorkan secarik kain sutera putih.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Diambilnya kain itu
oleh Qais, digenggamnya erat-erat, diciuminya dengan penuh cinta. Dibukanya perlahan
seolah-olah kain itu ibarat kertas usang yang mudah rusak. Dipandanginya isi
secarik kain sutera putih itu.<br /></span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“Lailaaaaaaaaaaaaaa………..”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> Qais berteriak sekuat-kuatnya
hingga tubuhnya gontai hingga tumbang. Qais pun pingsan.<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">---------------------------------------------------------------------------------<br />
</span><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“Qaiiiiiiiiiiiiisssssssssssss………..”</span></i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> teriak Laila terdengar lamat-lamat
dan serak hingga bibirnya terkatup, matanya pun terpejam. Laila telah menerima
takdir ilahi yang pasti yaitu kematian.<br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p> <br /></o:p></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p> </o:p></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Padukuhan Kupang Wetan-Ujunggaluh, 1-12-2022</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Pukul, 22:45</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b style="text-align: left;">Syekh Joborantas</b></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p><br /></o:p></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiPcZk9wz00_pt0JSe_6ByMNfVD3GfqjlpyaZLl3prVk0ag8w7txGmocC5xiWS5cCRqjw7-vbSp4Y2tXglDGrHT3UlsZpphCS3iZ3WpzC6UhhsBN4UpJVP5dpR1ny9CjOxxSQccf_OcunaMOC763hC8ASX8L1h3QECOQ-dxsVcWgEql1sUagsB13_L/s328/caro-23-42a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="328" data-original-width="298" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiPcZk9wz00_pt0JSe_6ByMNfVD3GfqjlpyaZLl3prVk0ag8w7txGmocC5xiWS5cCRqjw7-vbSp4Y2tXglDGrHT3UlsZpphCS3iZ3WpzC6UhhsBN4UpJVP5dpR1ny9CjOxxSQccf_OcunaMOC763hC8ASX8L1h3QECOQ-dxsVcWgEql1sUagsB13_L/s320/caro-23-42a.jpg" width="291" /></a></div><br /><o:p><br /></o:p></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p><br /></o:p></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p><br /></o:p></span><o:p> <br /></o:p><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><i><br /></i></b></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><i><br /></i></b></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><i>Epilog</i></b>:<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Isi surat Laila untuk
kekasihnya Qais al-majnuni di secarik kain sutera putih:<br /></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“</span>Wahai pengembara
yang selalu diliputi kesengsaraan……..Aku adalah rembulan dan engkau adalah
matahari yang menyinariku dari kejauhan. Maafkan aku, karena orbit berbeda
membuat kita selalu terpisah. Semua sudah selesai. Laila, sahabatmu dalam kesedihan itu sekarang sudah tiada. Ia telah terbebas
dari belenggu duniawi<span style="mso-ansi-language: EN-US;"> </span>Hatinya
hanya diberikan padamu dan dia mati untukmu<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">”.<o:p></o:p></span></div>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<br /><p></p><br />Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-43556225216549564932022-11-30T02:36:00.004+07:002022-12-02T10:11:58.222+07:00MAJENUN SEJAK BERJUMPA LAILA<p style="text-align: left;"></p><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-WH0lFWL3_6MjtHQMoeUwjwcYy9KW5i84-zIiO3POsfDAN3SPXkAHMzMs9nJ-CAR6ak62MDgvRNDo8zM9tR1Jp9gbT40F0HG5g60ds_Jq_BlkmQSySempozU_ixneGWNz0oaevlIlY0iM0ao-C0ygde79BdBX4nmQS28WveMwVJt1LHauQO6jZZcQ/s940/majnun-sejak-berjumpa-laila-2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="788" data-original-width="940" height="537" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-WH0lFWL3_6MjtHQMoeUwjwcYy9KW5i84-zIiO3POsfDAN3SPXkAHMzMs9nJ-CAR6ak62MDgvRNDo8zM9tR1Jp9gbT40F0HG5g60ds_Jq_BlkmQSySempozU_ixneGWNz0oaevlIlY0iM0ao-C0ygde79BdBX4nmQS28WveMwVJt1LHauQO6jZZcQ/w640-h537/majnun-sejak-berjumpa-laila-2.jpg" width="640" /></a></div><br /><i><br /></i></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i>“Laila…..Laila….Lailaaaaa”</i> ocehan Qois tiada henti.</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /><i>“lihatlah Qois…dia sekarang sudah gila….sudah jadi majnun sejak bertemu
Laila”</i> kata orang.</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /><i>“Qois gila….Qois gendeng….Qois majnun”</i> ejek anak-anak kecil
sembari melemparinya dengan batu.</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /><i>“laila…..laila….lailaaaa….”</i> hanya ini kata yang <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">kembali </span>keluar dari mulut
Qois.</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />Sejak saat itu…terkenallah Qois bin Maluh, putera seorang raja dengan
julukan si majnun Laila (orang yang tergila-gila dengan Laila).</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />Suatu hari, Qois melihat anjing milik Laila berjalan di sebuah jalan,
segera Qois mengejar anjingnya Laila itu berharap bisa berjumpa dengan pemilik
si anjing…siapa lagi jika bukan Laila.<br />Di perjalanan mengejar anjing menuju rumah Laila, Qois melewati sebuah
masjid saat orang-orang sedang sholat. Ia tidak berhenti dan terus berjalan. Ketika
kembali dari rumah Laila ia kembali melewati masjid tadi. Disana ia ditanya <i>“hai
Qois, mengapa engkau tadi tidak berhenti dan ikut sholat bersama kami??”.</i></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><br /></i>Qois menjawab <i>“demi Allah!!! Aku tidak melihat kalian”. “demi
Allah!!! Andaikan kalian betul-betul mencintai Allah sebagaimana aku mencintai
Laila pasti kalian tidak akan melihatku saat sholat tadi”. “kaliah sedang
berdiri dihadapan Allah masih bisa melihatku, sedangkan aku baru berada
dibelakang anjingnya Laila saja sudah tidak bisa melihat kalian”. “cinta kalian
kepada Allah belum benar!!!”, “ulanglah sholat kalian!!!”.<br /><o:p></o:p></i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">“</span>Aku
berjalan melintasi rumahnya La</i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">i</span>la, kucium dinding itu, dinding itu, semua sudut-sudut rumah
titik-titiknya </i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">ku</span>ciumi.
Cinta di dadaku bukanlah untuk dinding</i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">-dinding</span> rumah, namun cinta pada siapa yang tinggal di dalamnya…</i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">.Laila”. “sedangkan kalian, sibuk
menciumi lantai rumah Allah tapi tidak ada sedikitpun rasa cinta di dada kalian
pada Sang Pemilik Rumah”.<br /></span></i><o:p> <br /></o:p>Orang-orang pun terdiam juga sebagian mencemooh<i>….”dasar majnun”.</i></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><br /></i>Qois tidak peduli…dia tinggalkan orang-orang sambil <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">terus menikmati rasa <i>dzauq</i>-nya dan </span>tetap
berguman….<i>Laila…..Laila….Lailaaaa......</i>hingga ketemu <i>fana</i>-nya.</div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /><o:p> <br /><div style="text-align: right;"><br /></div><div style="text-align: justify;">30 Desember 2022, antara Pacitan – Surabaya</div></o:p><div style="text-align: justify;">Pukul 01:58 dini hari</div><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Siapakah "Laila"?????<br /><span lang="EN-US">bagaimanakah rasa <i>dzauq </i>itu???</span></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">bagaimana rasa <i>fana </i>itu???<br /></span><o:p> <br /></o:p><o:p> <br /></o:p><o:p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></o:p><o:p><b>epilog</b>:<br /></o:p>Di akhir kisahnya, seorang sufi dalam mimpinya melihat Majnun tengah
dibelai dengan penuh rasa cinta dan sayang oleh Allah SWT, kemudian ia pun
mendudukkan Majnun disamping-Nya. Kemudian berkata lah Allah SWT kepada Majnun <i>“apakah
engkau tidak malu wahai Qais memanggil-manggil nama-Ku dengan sebutan Laila,
setelah kau meminum anggur Cintaku?”</i><br /></div><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p><p></p>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-28474341218236202642022-11-21T14:10:00.000+07:002022-11-21T14:10:12.843+07:00JARUM SEJARAH PENGETAHUAN<p style="text-align: justify;"></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Seiring dengan berkembangnya Abad
Penalaran, maka konsep dasar menjadi berubah dari "persamaan" kepada
"perbedaan". Mulailah terdapat perbedaan yang jelas antara berbagai
pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan, dan
konsekuensinya dapat mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai
dibeda-bedakan, setidaknya berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara
mengetahui, dan untuk apa pengetahuan tersebut digunakan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Mungkin Anda pernah mendengar seorang
tukang obat yang menawarkan panacea (obat segala macam penyakit) di kaki lima
yang berkata : <i>"Untuk urat kaku, pegal linu, darah tinggi, sakit bengek,
eksim, keputihan, susah tidur, kurang nafsu makan, kurang jantan...., minumlah
kapsul ini tiga kali sehari, diguyur dengan air minum, yang hamil dilarang
minum....!!!"</i>. Raja obat yang konon katanya mampu mengobati berbagai
macam penyakit ini adalah "warisan" dari zaman dulu, dimana pada
waktu itu perbedaan antara wujud yang satu dengan wujud lainnya masih belum
dilakukan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Pada masyarakat primitif, perbedaan
antara berbagai organisasi kemasyarakatan belum begitu nampak, mungkin karena
belum adanya "pembagian pekerjaan". Seorang ketua suku, misalnya,
bisa saja merangkap hakim, penghulu yang menikahkan, panglima perang, guru
besar (mufti), sesepuh, dan lain-lain. Sekali dia menempati status tertentu,
maka biasanya status itu tetap, ke mana pun dia pergi. Sebab organisasi
kemasyarakatan pada waktu itu hakikatnya hanya satu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Sekali menjadi seorang ahli, maka seterusnya
dia akan menjadi seorang ahli. "Jadi kalau sekarang kita melihat seorang
professor psikiatri mencantumkan gelar/titelnya waktu main ketoprak, maka
gejala ini dapat dianggap sebagai sindrom tempo doeloe, kan...?", tanya
seseorang pada sebuah seminar. "...Tahu ! Habis contohnya professor
psikiatri, sih. Jadi membuka lorong ke arah penafsiran yang lain", jawab
seorang ketua panitia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Jadi kriteria persamaan dan bukan
perbedaan yang menjadi konsep dasar pada waktu dulu. Semua menyatu dalam
kesatuan yang batas-batasnya "kabur" dan "mengambang".
Tidak ada batas-batas yang jelas antara obyek yang satu dengan obyek yang lain,
antara wujud yang satu dengan wujud yang lain.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Konsep dasar ini baru mengalami
perubahan fundamental dengan berkembangnya Abad Penalaran (The Age of Reason)
pada pertengahan abad ke-17. Sebelum Charless Robert Darwin menyusun Teori
Evolusi-nya, kita sering menganggap bahwa semua makhluk adalah serupa yang
diciptakan dalam waktu yang sama.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Jadi, adalah wajar kalau dalam kurun
waktu tersebut tidak ada perbedaan antara berbagai pengetahuan. Segala apa yang
kita ketahui adalah pengetahuan; apakah itu cara memburu gajah, cara mengobati
sakit gigi, cara menentukan kapan harus bercocok tanam, atau barangkali
biografi para bidadari di khayangan, dan sebagainya. Intinya, semua itu adalah
satu; apakah itu obyeknya, metodenya, atau kegunaannya, dan lain-lain.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Metode <i>ngelmu</i> yang akhir-akhir
ini mulai ngepop lagi, yang tidak membedakan antara berbagai jenis pengetahuan,
mungkin bisa dianggap sebagai metode yang bersifat universal pada waktu itu.
Namun dengan berkembangnya Abad Penalaran, maka konsep dasar pun berubah dari
"persamaan" menjadi "perbedaan".<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Salah satu cabang pengetahuan yang
berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu, yang berbeda dengan
pengetahuan-pengetahuan lainnya, terutama dalam segi metodenya. Sedangkan yang
namanya metode keilmuan adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang
merupakan paradigma sejak Abad Pertengahan. Demikian juga ilmu, dapat dibedakan
dari apa yang ditelaahnya, bagaimana cara mendapatkannya, dan untuk apa ilmu
itu digunakan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Diferensiasi dalam bidang ilmu dengan
cepat terjadi. Secara metafisik, ilmu sudah mulai dipisahkan dengan moral.
Berdasarkan obyek yang ditelaahnya, mulailah dibeda-bedakan antara ilmu-ilmu
alam (<i>natural sciences</i>) dengan ilmu-ilmu sosial (<i>social sciences</i>). Dari cabang
ilmu yang satu, sekarang ini diperkirakan berkembang lebih dari 665 ranting
disiplin keilmuan (lihat Ruang Lingkup Penjelajahan Ilmu). Pembedaan yang makin
terperinci ini menimbulkan keahlian yang makin spesifik pula.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">"...Saya adalah Dokter Fulan,
ahli burung betet betina"</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">. Begitulah ungkap seseorang dalam
"abad spesialisasi" ini memperkenalkan dirinya. Jadi tidak lagi ahli zoologi,
atau ahli burung, atau juga ahli betet, melainkan khas betet betina.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">"Ceritakan, Dok, bagaimana cara
membedakan antara burung betet betina dengan burung betet jantan....?!"</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">, tanya
seorang pemuda, yang kebetulan bukan dokter.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">"Burung betet jantan makan
cacing betina, sedangkan burung betet betina makan cacing jantan...."</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">, jawab pak
dokter. <i>"Lalu bagaimana cara membedakan antara cacing jantan dengan
cacing betina ?"</i>, tanya pemuda lagi. <i>"Wah, itu di luar profesi
dan keahlian Saya, Mas! Anda harus bertanya kepada seorang ahli
cacing...!"</i>, jawab sang dokter dengan keringat dingin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Makin ciutnya kapling masing-masing
disiplin keilmuan, itu bukan berarti tidak akan menimbulkan masalah. Sebab
dalam kehidupan nyata, seperti pembangunan pemukiman manusia, maka masalah yang
dihadapi tentu begitu banyak dan bersifat jelimet, acakadut, pabeulit, paburantak,
dan sebagainya. Menghadapi kenyataan seperti ini, ada lagi orang-orang yang
ingin memutar "jarum sejarah" kembali dengan mengaburkan batas-batas
otonomi masing-masing disiplin keilmuan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Dengan dalih pendekatan inter-disipliner,
maka berbagai disiplin keilmuan dikaburkan batas-batasnya; perlahan-lahan
menyatu dalam kesatuan yang berdifusi, seperti semboyan Tiga Musketir dari Alexander Dumas : <b>"....Tous pour un, un pour tous !"</b>. (Bahkan
kapling moral mulai digabungkan kembali dengan kapling ilmu secara metafisik).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Pendekatan inter-disipliner memang
merupakan keharusan, tetapi tidak dengan mengaburkan otonomi masing-masing
disiplin keilmuan yang sudah berkembang berdasarkan route-nya masing-masing,
melainkan dengan menciptakan paradigma baru.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Paradigma ini adalah bukan saja ilmu,
melainkan "sarana berpikir ilmiah", seperti Logika, Matematika, Statistika,
dan Bahasa. Setelah Perang Dunia II, muncullah paradigma "konsep
sistem" yang diharapkan sebagai alat untuk mengadakan pengkajian bersama
antar-disiplin keilmuan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Jelaslah kiranya bahwa pendekatan inter-disipliner
bukan merupakan fusi antara disiplin keilmuan yang bisa menimbulkan
"anarki" keilmuan, tetapi suatu federasi yang diikat oleh suatu
pendekatan tertentu, dimana tiap-tiap disiplin keilmuan dengan otonominya
masing-masing saling menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji suatu obyek (maudhu)
yang menjadi kajian bersama.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">Hendrik William Van Loon dalam
bukunya, <i>The Story of Mankind</i> pernah mengeluh : <i>"Ah, ingin
rasanya saya menuliskan sejarah dengan satu suku kata...."</i>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">"Satu suku kata mungkin tidak
bisa, namun ada satu kalimat yang patut diingat oleh mereka yang mendalami
perkembangan ilmu !"</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">, jawab seorang ilmuwan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-fareast-language: IN;">"Yakni....?".<br />
"jangan putar jarum sejarah....!!!".<o:p></o:p></span></p><br /><p></p><p style="text-align: justify;"><b>note</b>: ditulis ulang dari tulisan Prof. Jujun S. Suriasumatri dalam bukunya <b>"Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer"</b> hal. 101-10 dengan sedikit perubahan.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi18P6kDSo_tS_rGODT24G-t3puAiekdhDkCqOcLacb0XCPvugpbKGVs15PgmloAy7oeZjrRIcQg2BLO0QVFAxdPII2kuAQnCHyi40LcpjOIIUKO_r1xsJ7a4l956tjYSRIHobvYqNgKEznsS_Ca6iEP53LH7pbMkaA61DTCuFKLFPjYMY2fbLnNH8X/s1280/prof%20jujun.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="999" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi18P6kDSo_tS_rGODT24G-t3puAiekdhDkCqOcLacb0XCPvugpbKGVs15PgmloAy7oeZjrRIcQg2BLO0QVFAxdPII2kuAQnCHyi40LcpjOIIUKO_r1xsJ7a4l956tjYSRIHobvYqNgKEznsS_Ca6iEP53LH7pbMkaA61DTCuFKLFPjYMY2fbLnNH8X/w313-h400/prof%20jujun.jpeg" width="313" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-19275438758139962592022-11-19T19:24:00.000+07:002022-11-19T19:24:25.432+07:00SEAMLESS LEARNING SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DI MASA DEPAN. MUNGKINKAH????
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p style="text-align: center;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Penulis: Wahsun (Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda Kemdikbudristek)<br /></span></p><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">P</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">andemi
covid-19</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">mengakibatkan
perubahan diberbagai bidang</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">termasuk
dalam bidang Pendidikan. Perubahan tersebut diantaranya adalah model
pembelajaran yang semula bersifat konvensional</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> terpaksa </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">berubah menjadi
daring dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. Sisi baiknya para pendidik menjadi “tidak latah”
lagi dengan teknologi. Guru-guru sudah mulai mengenal sarana-sarana belajar
digital dan mencoba berimprovisasi memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran di
kelas. Akan tetapi, karena sifatnya yang mendadak tentu implementasinya pun
asal-asalan dan tidak terdesain dengan baik. Guru hanya sekedar buka aplikasi g-meet
atau zoom dan memulai proses pembelajaran. Dengan kalimat lain, ruang kelas
hanya berubah menjadi ruang daring, proses belajar tetap sama – guru menjelaskan,
murid mendengarkan sambil mengantuk.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Selama masa pandemi,
platform komunikasi yang paling banyak digunakan oleh guru adalah WhatsApp
dalam pembelajaran online. Hal ini sebagaimana hasil survey penulis pada awal tahun
2020 dan berita hasil survey dapat dibaca pada laman BBPMP Provinsi Jawa Timur <a href="https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/whatsapp-paling-diminati-untuk-pembelajaran-online">https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/whatsapp-paling-diminati-untuk-pembelajaran-online</a>.
WhatsApp menjadi dominan karena mudah diakses karena guru dan siswa cukup
membuka perangkat telepon genggam atau handphone. Lucunya, setelah pandemi
Covid-19, pemanfaatan handphone sebagai media pembelajaran kembali menjadi tabu
bahkan dibeberapa sekolah melarang kelas bagi siswa untuk membawa handphone
masuk ke dalam kelas.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Padahal di era</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">
digital ini, handphone sebagai mobile device telah menjadi teknologi pervasive
yang berpengaruh pada setiap sendi kehidupan manusia</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> termasuk bidang pendidikan. Bahkan Kemdikbudristek
juga sudah memulai project Transformasi Digital dalam bidang pendidikan salah
satu contohnya adalah <i>Massive Open Online Courses</i> ala Kemdikbudristek
yang diberi nama Platform Merdeka Mengajar. Hal ini </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dikarenakan
semakin berkembangnya fungsi sebuah handphone yang </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">tidak</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> lagi hanya sebagai alat </span><i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">telpon-telponan</span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">
saja tetapi menjadi </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">alat
selayaknya komputer </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">sehingga dikenal dengan istilah ponsel
cerdas atau smartphone. </span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Fitur yang paling utama pada sebuah smartphone adalah layanan
high-speed internet access via wifi dan mobile broadband. Dengan demikian,
pengguna smartphone dapat mengunduh beragam aplikasi dari internet. Dari segi
fisik, juga mengalami evolusi, seperti layar sentuh, web browser, keyboard, GPS
(<i>Global Positioning System</i>), in-built camera dan lain- lain.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dengan dilengkapi berbagai fitur yang menyerupai sebuah komputer,
saat ini panggilan telepon dan pesan teks dapat digunakan dengan memanfaatkan
fasilitas jaringan data internet. Beberapa layanan komunikasi gratis
diantaranya, </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">WhatsApp,
Telegram, </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Line, dan lain sebagainya. Selain layanan
komunikasi, smartphone juga menyediakan aplikasi office layaknya sebuah
aplikasi office pada komputer yang memungkinkan penggunanya membuat file baru,
editing dan menyimpan file tersebut. Media penyimpanan sudah bukan menjadi
masalah bagi sebuah smartphone, penggunanya sudah bisa memanfaatkan penyimpanan
data berbasis cloud computing system. Beberapa layanan penyimpanan gratis
berbasis cloud yang ditawarkan diantaranya Drop box, Google Drive, Skydrive,
Box, Ubuntu One, Sugar Sync, dan lain sebagainya. Belum lagi kemampuan sebuah
smarpthone untuk menikmati layanan video, tv dan radio streaming semakin
melengkapi fitur yang dimiliki oleh sebuah smartphone.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kekayaan fitur pada sebuah smartphone inilah yang memunculkan istilah
“dunia dalam genggaman”. Konsep portabilitas, mobilitas, ubiquiti dan terhubung
(<i>connected</i>), menjadikan berbagai aktifitas </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">termasuk dalam bidang pendidikan </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dapat
dilakukan hanya dengan menggunakan sebuah smartphone, dan penggunaannya dapat
terjadi tanpa batas waktu dan ruang.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Begitu pentingnya
peran sebuah smartphone dalam pembelajaran, sampai-sampai smartphone dimasukkan
dalam suatu fase evolusi kematangan e-pembelajaran (<i>e-learning</i>) yaitu fase
traditional, fase web-based, fase mobile, fase ubiquitous, dan fase seamless. Prof.
Ucok (Zainal Hasibuan) dan kedua rekannya menggambarkan fase kematangan proses
e-learning seperi gambar berikut (artikel dapat dibaca di url <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/978/1/012028/pdf">https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/978/1/012028/pdf</a>).</span></p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><p><span style="color: black;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjKI36r35sBlyYVLcR_FCvNd4EOuEt2xwJ1R3PPATFyE-qHSRFm_RDwzVnmVpiobaFjx3n3nHCQk5cWapxXiHlwvb9di_-LobI8PjnkULIrrJfDja1xjnq-I2WxESttCP8I2wU4vPzwXdTqii-euXLSKpIDbPDKC7AP7r2Cx1P7NpMjcURybYwOwu6/s702/elearning%20maturiy%20level.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="464" data-original-width="702" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjKI36r35sBlyYVLcR_FCvNd4EOuEt2xwJ1R3PPATFyE-qHSRFm_RDwzVnmVpiobaFjx3n3nHCQk5cWapxXiHlwvb9di_-LobI8PjnkULIrrJfDja1xjnq-I2WxESttCP8I2wU4vPzwXdTqii-euXLSKpIDbPDKC7AP7r2Cx1P7NpMjcURybYwOwu6/w400-h265/elearning%20maturiy%20level.jpg" width="400" /></a></span></p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dari gambar tersebut
dapat terlihat bahwa di Indonesia harapan capaian level kematangan e-pembelajaran
masih jauh panggang dari api. Grafik tertinggi masih dilevel tradisional (guru
ceramah di depan kelas). Semoga saja dengan <i>fantastic project</i>
kemdikudristek yaitu Program Guru Penggerak dan Program Sekolah Penggerak di
2024 nanti <i>sim salabim abra kadabra</i> sudah masuk ke level Seamless
Learning (tidak ada salahnya untuk bermimpi….hehe).</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Untuk lebih
menyemangati mimpi kita, penulis akan menuliskan sedikit tentang Mobile Seamless
Learning (MSL) sebagai bekal saat kita terbangun nanti.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Secara harfiah <i>Seamless</i> berarti kontinuitas yang
berlangsung secara halus. Istilah Seamless Learning pertama kali tidak
dikaitkan dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">b</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">aru pada tahun
2006, Chan </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dan kawan-kawan
</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">mendefenisikan Seamless Learning sebagai kontinuitas dalam
pembelajaran dengan berbagai skenario </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">yang</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> menggunakan perangkat bergerak. </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sedangkan penekanan dari</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Seamless Learning adalah, menudukung siswa untuk
mengoptimalkan pengalaman belajar dan</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">kepedulian mereka terhadap pengalaman yang
abstrak dan yang konkrit.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Seaw </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dan
rekan-rekannya</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> (2008) </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">menjelaskan bahwa harus ada </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">enam
komponen dari </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">suatu</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Seamless Learning, yaitu</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> <span lang="EN-US">space, time, context, community,
cognitive tools, dan artifacts. (1) <i>Space</i> berarti</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">eamless learning mendukung siswa agar dapat
bergerak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>secara lancar dan kontinyu
antar ruang yang berbeda secara fisik dan virtual</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. (2) </span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Time</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">waktu memegang
peranan penting dalam</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">mengembangkan
sebuah pengamatan. Boleh jadi pengambilan data secara fisik dilakukan pada
waktu bersamaan dalam konteks yang sama pula, misalnya dengan mengambil data di
museum atau kebun binatang</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. (3) </span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Context</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Desain konteks sangat berpengaruh pada
proses pembelajaran. Misalnya, pengambilan data dapat dilakukan dalam konteks
formal di sekolah, dan kontinuitas dari pembelajaran ini dilakukan secara
informal di luar sekolah.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> (4) </span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Community</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">komunitas dalam lingkup Seamless
Learning terdiri atas siswa, pendidik dan domain expert.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> (5) </span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Cognitive
Tools</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Alat
yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, seperti smartphone. Fitur
smartphone yang digunakan umumnya untuk merekam data, mengambil gambar,
mengunggah data ke online portal, dan lain sebagainya.</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> <span lang="EN-US">Dan terakhir (6) </span></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Artifact</span></i><i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">s</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> dimana </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">objek berupa
hasil kerja siswa yang dihasilkan dalam proses pembelajaran</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">.</span></p><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL1O18hyuSe50MV9TS5xEl5Vei_oHaWG1XvQvpeMYLbMl_qTLNoq3yPNet7VF7YHuMYcXFfZi3xYDYrr3BWLLPPhPZsetMpfrQfOnTU_QvQJsHyVoigpKr19_pwE4uhYQuIvse-h4K8RfNUo0G_n_ocFBQJ4fUcMAydIpCxTaqRiGI_JVh3yGW-Aes/s829/SM2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="518" data-original-width="829" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL1O18hyuSe50MV9TS5xEl5Vei_oHaWG1XvQvpeMYLbMl_qTLNoq3yPNet7VF7YHuMYcXFfZi3xYDYrr3BWLLPPhPZsetMpfrQfOnTU_QvQJsHyVoigpKr19_pwE4uhYQuIvse-h4K8RfNUo0G_n_ocFBQJ4fUcMAydIpCxTaqRiGI_JVh3yGW-Aes/w400-h250/SM2.jpg" width="400" /></a></div><br /><p></p><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dalam perjalanannya
seamless learning pun berkembang dengan memanfaatkan perangkat mobile
(smartphone) sehinggan diistilahkan menjadi </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mobile Seamless
Learning (MSL)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mobile
Seamless Learning (MSL)</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> <span lang="EN-US">merupakan d</span></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">ampak </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">daripada </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">perkembangan
teknologi </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">yang </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">mengubah
paradigma dalam pendidikan, pembelajaran berkembang sudah di luar konteks
pembelajaran tradisional pada umumnya. Sehingga menjadikan tantangan pendidikan
dalam era digital ini adalah bukan lagi hanya berfokus pada konten apa yang
akan dipelajari namun telah berkembang menjadi bagaimana dan kapan pembelajaran
tersebut terjadi. Belajar mengajar tidak lagi terbatas </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">di kelas</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, namun
pembelajaran dapat terjadi kapan dan dimana saja tanpa terikat waktu dan ruang.
Keberadaan perangkat bergerak seperti smartphone inilah yang mendukung
pembelajaran diluar konteks tersebut.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">M</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">enurut
Looi </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dan kawan-kawan</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">
(2009), portabilitas dan fleksibilitas dari sebuah perangkat bergerak sangat
berpotensi mendukung peralihan pedagogi dari pembelajaran berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dalam hal ini, pendidik
bukan lagi satu</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">-</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">satunya
sumber belajar, namun pendidik bertindak sebagai fasilitator dan partner dalam
belajar.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Rogers dan Price (2009) mengemukakan beberapa keunggulan
menggunakan teknologi bergerak dalam implementasi Seamless Learning, yakni:
dapat meningkatkan motivasi </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">siswa</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">; meningkatkan partisipasi siswa dalam aktifitas
belajar dan mengembangkan proses sosial dan kognitif siswa; membuka wawasan siswa
terhadap berbagai bentuk informasi. Mereka menyimpulkan bahwa ada tiga
tantangan dalam mendesain Seamless Learning dengan menggunakan teknologi
bergerak, yaitu: 1) menghindari informasi yang berlebih, 2) menghindari apek
yang dapat menyebabkan fokus perhatian siswa teralihkan oleh perangkat
tersebut, 3) memahami kendala dalam mendukung kolaborasi siswa yang terjadi
secara alami dalam kaitan konteks sosial.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pentingnya pemahaman<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>bagaimana proses interaksi sosial dapat berimbas pada situasi
pembelajaran berbasis kolaborasi yang terjadi pada skenario Seamless Learning.
Proses socio-affective tersebut menjadi<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>semakin penting ketika kendala lingkungan belajar secara fisik dan
sosial yang berbeda terjadi pada konteks, tempat dan waktu yang berbeda. Pada intinya,
bagaimana pendidik dapat meningkatkan keterlibatan </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">siswa</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> dalam interaksi sosial yang kompleks
dengan menggunakan berbagai jenis peralatan termasuk digital dan nondigital
dalam meningkatkan aktifitas belajar (Otero </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dkk</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, 2011).</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Wong dan Looi (2011) membuat 10</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dimensi Mobile Seamless Learning environment</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> yaitu; (1) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL1:
mencakup pembelajaran formal dan informal</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (2) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL2: mencakup pembelajaran yang
bersifat personal/pribadi dan sosial</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (3) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL3: pembelajaran yang terjadi dengan
melintas waktu</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (4) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL4:
pembelajaran yang terjadi dengan melintas lokasi</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (5) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL5: akses pengetahuan berbasis
ubiqitous (sebuah kombinasi dari context-aware learning, augmented reality
learning, and akses secara ubiqitous terhadap sumber belajar yang berbasis
daring atau online) </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (6) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL6:
mencakup dunia digital dan non digital</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (7) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL7: Menggabungkan penggunaan berbagai tipe perangkat</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (8) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL8: Seamless
dan peralihan yang cepat antar beberapa learning tasks (seperti data collection
+ analysis + communication)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, (9) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL9:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">sintetis</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">pengetahuan (pengetahuan sebelumnya dan sekarang
serta multiple</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">levels
dari keterampilan berfikir dan</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">/
atau pembelajaran multidisiplin)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">, dan (10) </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MSL10:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">mencakup</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">multiple pedagogical atau model aktifitas
belajar (difasilitasi oleh pendidik)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQqgEnD5yJ4J0-d7iJw53gVVJVZNj9aYPsKuC-adXJIXNwpP5pYeRylyRdzYWXeRada3BBbmcDTVv6iT8FrAJ1gr9cs6aW43vWFASnRFfXDT075fppTtB9qzG5AqbuKBQJsIukL4Y5ef9axuVT3b2tJpaL-uSbWC9fyHmpUxeF2G8aIBn9CWZgXDQG/s971/MSL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="488" data-original-width="971" height="218" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQqgEnD5yJ4J0-d7iJw53gVVJVZNj9aYPsKuC-adXJIXNwpP5pYeRylyRdzYWXeRada3BBbmcDTVv6iT8FrAJ1gr9cs6aW43vWFASnRFfXDT075fppTtB9qzG5AqbuKBQJsIukL4Y5ef9axuVT3b2tJpaL-uSbWC9fyHmpUxeF2G8aIBn9CWZgXDQG/w400-h218/MSL.jpg" width="400" /></a></div><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p><p><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menurut Wong (2012), visualisasi MSL yang ada pada </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">gambar tersebut</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">
merupakan gambaran ekologi dari MSL yang menempatkan siswa sebagai pusat
belajar atau learner-centric. Penempatan siswa sebagai learner-centric bukan
berarti mereka<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>merupakan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pusat perhatian pendidik semata, namun
merupakan pusat penghasil pengetahuan yang terjadi pada berbagai konteks dalam
multidimensi ruang pembelajaran. Dalam hal ini,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>MSL<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>adalah bukan hanya tentang
bagaimana pembelajaran dimana saja dan kapan saja, namun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pembelajaran adalah sesuatu yang terjadi secara
terus menerus yang lintas konteks.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Telah banyak</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">hasil</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">-hasil</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> penelitian terkait Mobile Seamless learning </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">yang </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">telah dipublikasikan</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">. Penulis tidak akan bercerita </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Yang terpenting saat ini adalah bagaimana para
pendidik berniat akan memulai dan para Instructional Designer akan membantu
para guru mewujudkan niatnya tersebut. Tanpa ada kordinasi dan kolaborasi
antara dua jabatan ini tentulah harapan capaian level kematangan e-pembelajaran
sulit terwujud, jangankan di 2024 bahkan di 2042 pun bakal tidak mungkin.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">DAFTAR PUSTAKA</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">Chan, T.</span><span style="font-size: 12pt;"> <span lang="EN-US">Dkk.
</span></span><span style="font-size: 12pt;">(2006).
One-to-one technology-enhanced learning: An opportunity for global research
collaboration. <i>Research and Practice in Technology Enhanced Learning</i>, 1(1),
pp.3- 29.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">Looi, C.-K.</span><span style="font-size: 12pt;"> <span lang="EN-US">Dkk.
</span></span><span style="font-size: 12pt;">(2009) Leveraging
Mobile Technology for Sustainable Seamless Learning: a Research Agenda“.
<i>British Journal of Educational Technology</i> 41 (2): pp.154–169.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">Otero, N.</span><span style="font-size: 12pt;"> <span lang="EN-US">Dkk.
</span></span><span style="font-size: 12pt;">(2011)
‘Challenges in designing seamless-learning scenarios: affective and emotional
effects on external representations’, <i>Int. J. Mobile Learning and Organisatio</i>n,
Vol. 5, No. 1, pp.15–27.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">Rogers, Y. and Price, S. (2009)
‘How mobile technologies are changing the way children learn’, in A. Druin
(Ed.), <i>Mobile Technology for Children</i>. Morgan Kaufmann, pp.3–22.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">Seow, P.</span><span style="font-size: 12pt;"> <span lang="EN-US">Dkk.
</span></span><span style="font-size: 12pt;">(2008).Towards
A Framework for Seamless Learning Environments. <i>Proceeding ICLS'08 Proceedings
of the 8th international conference on International conference for the
learning sciences</i> - Volume 2 Pages 327- 334.</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">Wong.L.-H.(2012). A
Learner-centric View of Mobile Seamless learnning. <i>British Journal of
Educational Technology</i>. Vol 43,No.1. doi:10.1111/j.1467-8535.2011.01245.x</span></p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;">W</span><span style="font-size: 12pt;">ong.L.H </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;">and </span><span style="font-size: 12pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Looi. C.-K.(2011). What Seams Do
We Remove in Mobile Assisted Seamless Learning? A Crtical Review of The
literature. <i>Computers & Education</i>. 57.4.2364-2381</span></p></div><div style="text-align: left;"><p><br /></p></div><div style="text-align: left;"><p><br /></p></div><p style="text-align: left;">
</p><div><!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves>false</w:TrackMoves>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-ID</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="376">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Unresolved Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Link"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:shapedefaults v:ext="edit" spidmax="1029"/>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:shapelayout v:ext="edit">
<o:idmap v:ext="edit" data="1"/>
</o:shapelayout></xml><![endif]--></div><p></p>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-28075729547729964122022-11-14T21:31:00.000+07:002022-11-14T21:31:43.716+07:00“SURGA DUNIA” BUATAN MANUSIA BAGI TIKUS<div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Jika ditanya,
apakah ada suatu tempat </span><span>yang terbebas dari rasa lapar</span><span lang="EN-US">, r</span><span>asa takut</span><span lang="EN-US">, d</span><span>an rasa lelah</span><span lang="EN-US">. Tempat yang penuh kenikmatan tanpa ada
rasa gundah gulana, tanpa ada rasa permusuhan dan dendam kesumat. Tempat dimana
</span><span>manusia tidak perlu lagi khawatir pada makanan, tempat tinggal,
pendidikan, atau pekerjaan, sebab semua yang kita perlukan untuk hidup sudah
tersedia kapan saja. </span><span lang="EN-US">Tempat dimana </span><span>tidak ada lagi para </span><span lang="EN-US">jomblo </span><span>kesepian yang
harus takut tidak bisa menikah. Sebab kenikmatan seks bisa dinikmati kapa</span><span lang="EN-US">npun</span><span>, dengan
siapapun, berapa kalipun, bebas. Ingin memiliki anak atau tidak memiliki anak,
bebas. Bahkan, </span><span lang="EN-US">manusia</span><span>
tidak perlu lagi beribadah karena takut pada Tuhan.</span><span lang="EN-US"></span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Pasti semua sepakat
menjawab “SURGA”. Tapi apa mungkin ada surga dunia??? Pertanyaan inilah yang
akan dijawab oleh seorang peneliti bernama Prof. John Calhoun. Melalui
penelitiannya, Calhoun mencoba menciptakan “surga dunia” yang diujicobakan pada
sekelompok tikus. Penelitian tersebut dimulai sejak tahun 1954 sampai dengan
1972 dan </span><span>di kemudian hari dikenal dengan nama </span><span lang="EN-US">e</span><span>ksperimen
Universe 25</span><span lang="EN-US">.</span><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Melalui </span><span>eksperimen</span><span lang="EN-US">nya,</span><span> Coulhon ingin
mempelajari apa yang terjadi </span><span lang="EN-US">jika</span><span> makhluk hidup dikasih suplai makanan dan
minuman tanpa batas di ruang tertutup dan ruang yang terbatas</span><span lang="EN-US"> yang sudah dikondisikan</span><span>.</span><span> <span lang="EN-US">J</span></span><span>adi
di kandang tersebut makanan dan minuman tinggal ambil dan tidak terbatas. </span><span lang="EN-US">A</span><span>da tempat
bersarangnya juga dan kandang tersebut dibuat untuk dapat menampung sampai
dengan 3000 tikus. </span><span lang="EN-US">S</span><span>uhu
di kandang juga diatur agar tikus-tikus didalamnya dapat terus merasa nyaman</span><span lang="EN-US"> dan aman dari predator</span><span>.
</span><span lang="EN-US">D</span><span>engan
situasi ini kandang tersebut </span><span lang="EN-US">dapatlah jika </span><span>disebut sebagai “surga tikus”. </span><span lang="EN-US">B</span><span>agaimana tidak</span><span lang="EN-US">,</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">di</span><span lang="EN-US">
</span><span lang="EN-US">“</span><span>surga</span><span lang="EN-US">” ini para </span><span>tikus
dapat makan minum </span><span lang="EN-US">yang </span><span>tinggal
ambil, tidak lagi beresiko kena perangkap seperti di dunia luar. </span><span lang="EN-US">D</span><span>an yang lebih
nyaman lagi, di surga tikus </span><span lang="EN-US">pasangan sudah tersedia dan </span><span>sama sekali tidak
ada predator jadi mereka bisa hidup dengan damai.</span><span lang="EN-US"> Aktifitasnya ya cuma makan-kawin-tidur-makan-kawin-tidur…..hehehehe.</span><span lang="EN-US"></span></span></span> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh36VCGSj2dQ3tefPW_Mf7Y4rA0i_EeS2Ks3lzTVHQJcn_pvN14ThIUt1Hsy-yfgRdWRUOt8bbkXBtHvyzf5D_RU7ha6k-hMiuQ4xXm-YoBYOFdMX3cGMrAzBlkkBoPmhFqlfaYqbmn5_opeG2rdKZI9B5u7JH9Gm7JxYebjzDeVgAMFeSWU1LBSMtA/s1599/calhounj.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1074" data-original-width="1599" height="430" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh36VCGSj2dQ3tefPW_Mf7Y4rA0i_EeS2Ks3lzTVHQJcn_pvN14ThIUt1Hsy-yfgRdWRUOt8bbkXBtHvyzf5D_RU7ha6k-hMiuQ4xXm-YoBYOFdMX3cGMrAzBlkkBoPmhFqlfaYqbmn5_opeG2rdKZI9B5u7JH9Gm7JxYebjzDeVgAMFeSWU1LBSMtA/w640-h430/calhounj.jpg" width="640" /></a></div><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">E</span><span>ksperimen
dimulai dengan menaruh empat pasang tikus di dalam kandang. </span><span lang="EN-US">E</span><span>mpat jantan dan </span><span lang="EN-US">Empat</span><span> betina. </span><span lang="EN-US">S</span><span>ebelum di
masukkan </span><span lang="EN-US">kedalam </span><span>kandang</span><span lang="EN-US">,</span><span> tikus-tikus </span><span lang="EN-US">s</span><span>udah dibersih</span><span lang="EN-US">kan</span><span> sampai steril, </span><span lang="EN-US">agar</span><span> tidak ada kuman
yang menempel di badan tikus. </span><span lang="EN-US">S</span><span>etelah </span><span lang="EN-US">didalam</span><span> kandang,
tikus-tikus hidup bahagia</span><span lang="EN-US"> k</span><span>arena </span><span lang="EN-US">semua </span><span>kebutuhan </span><span lang="EN-US">tikus sudah </span><span>terjamin</span><span lang="EN-US"> termasuk pemenuhan hasrat berkembang
biak. Populasi jumlah tikus semakin hari </span><span>bertambah dengan
cepa</span><span lang="EN-US">t. Pergerakan
penambahan jumlah tikus </span><span>bisa dlihat dari grafik berikut</span><span lang="EN-US">.</span></span></span><p></p><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"></span></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyOQ3YoSIlc4Q2pJKf3k4yfhbpVFKVRNTua1Mz5TNiQ0E3BXy8TE8yHXp8gAHcvFyRplGAljcgfPa1wUp0gjPwvop5D3pEiOx90DEeNRKuFB3Zpu46p7HCxXBGre7SUVxJEnqCh3ak9eHyxNOmjr-p-MR_CHUEmCQLHYqpahM9FvKF4MUf2MMAQe_M/s602/grafik%20calhoun.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="329" data-original-width="602" height="350" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyOQ3YoSIlc4Q2pJKf3k4yfhbpVFKVRNTua1Mz5TNiQ0E3BXy8TE8yHXp8gAHcvFyRplGAljcgfPa1wUp0gjPwvop5D3pEiOx90DEeNRKuFB3Zpu46p7HCxXBGre7SUVxJEnqCh3ak9eHyxNOmjr-p-MR_CHUEmCQLHYqpahM9FvKF4MUf2MMAQe_M/w640-h350/grafik%20calhoun.jpeg" width="640" /></a></span></div><p></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Dari grafik
tersebut terlihat dimana pada awalnya hanya empat pasang tikus bertambah dengan
cepat hingga pada hari ke </span><span>560 </span><span lang="EN-US">bertambah menjadi </span><span>2200 ekor. </span><span lang="EN-US">Akan tetapi </span><span>setelah
sampai 2200 ekor bisa kita lihat populasi mulai</span><span lang="EN-US"> kembali</span><span> turun. </span><span lang="EN-US">P</span><span>adahal kandang </span><span lang="EN-US">“surga” didesain</span><span lang="EN-US">
</span><span lang="EN-US">dapat memuat hingga </span><span>3000
ekor tikus. </span><span lang="EN-US">Tet</span><span>api
ternyata mentoknya di 2200 ekor. </span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US"></span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Calhoun
mencatat p</span><span>roses naik turunnya </span><span lang="EN-US">grafik penambahan populasi tikus tersebut </span><span>dibagi
menjadi </span><span lang="EN-US">empat</span><span>
periode.</span><span lang="EN-US"> P</span><span>eriode
<i>pertama</i> </span><span lang="EN-US">disebut dengan
periode penyesuaian diri. Ini </span><span>terjadi </span><span lang="EN-US">sejak empat </span><span>pasang tikus </span><span lang="EN-US">dimasukkan kedalam </span><span>kandang
sampai 100 hari kemudian. </span><span lang="EN-US">D</span><span>i periode ini jumlah populasinya menanjak tapi
belum terlalu </span><span lang="EN-US">signifikan</span><span>.
</span><span lang="EN-US">P</span><span>eriode
</span><i><span lang="EN-US">kedua</span></i><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">disebut dengan
periode eksploitasi dan </span><span>terjadi di 250 hari setelahnya. </span><span lang="EN-US">Di</span><span> periode ini</span><span lang="EN-US">,</span><span> setiap 60 hari
jumlah populasi tikus selalu bertambah </span><span lang="EN-US">dua</span><span> kali lipat</span><span lang="EN-US">. D</span><span>i periode ini penggunaan sumber
makanan dan minuman </span><span lang="EN-US">terpantau</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">tidak merata,
a</span><span>da tempat makan yang ramai dikerumuni tikus tapi ada juga tempat
makan yang sepi </span><span lang="EN-US">dari </span><span>tikus.
Padahal tempat makan dan minum</span><span lang="EN-US"> sudah </span><span>dibagi sama rata di</span><span lang="EN-US">se</span><span>tiap sisi kandang. </span><span lang="EN-US">Dan </span><span>di periode </span><span lang="EN-US">kedua </span><span>ini</span><span lang="EN-US">,</span><span> tikus-tikus
sudah mulai hidup berkelompok. </span><span lang="EN-US">M</span><span>ereka kemana-mana </span><span lang="EN-US">selalu </span><span>bersama kelompoknya
dan mereka sama sekali tidak percaya </span><span lang="EN-US">kepada</span><span> tikus lain diluar kelompoknya (sudah mirip
seperti manusia saat ini). </span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">D</span><span>i
dalam kandang sudah ada beberapa kelompok tikus, ada kelompok tikus <i>good
looking</i></span><span lang="EN-US"> (selalu
terlihat bersih)</span><span>, ada kelompok tikus jelek, ada kelompok kuat,
ada kelompok tikus lema</span><span lang="EN-US">h</span><span>. </span><span lang="EN-US">J</span><span>umlah anggota kelompok </span><span lang="EN-US">juga beragam, </span><span>ada
yang anggotanya banyak</span><span lang="EN-US"> dan ada kelompok tikus yang</span><span> anggotanya
sedikit</span><span lang="EN-US">.</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">Inilah kenapa </span><span>akhirnya
tempat makan juga ada yang ramai dan ada yang sepi tergantung kelompok mana
yang mendekati</span><span lang="EN-US"> dan menguasai</span><span>
tempat makan itu.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span>Periode <i>ketiga</i> terjadi di 300
hari berikutnya</span><span lang="EN-US"> dan </span><span>disebut
dengan periode equilibrium. </span><span lang="EN-US">Di </span><span>periode ini </span><span lang="EN-US">John Calhoun menyadari jika</span><span>
pertumbuhan tikus-tikus jadi </span><span lang="EN-US">melambat tidak seperti kedua periode sebelumnya. Menurut Calhoun, ada
beberapa penyebabnya seperti ditemukan</span><span> beberapa
perilaku tikus yang </span><span lang="EN-US">tidak </span><span>wajar.
</span><span lang="EN-US">Perilaku </span><span>kekerasan
</span><span lang="EN-US">semakin</span><span>
sering terjadi di</span><span lang="EN-US">dalam </span><span>kandang</span><span lang="EN-US">.</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">K</span><span>elompok tikus
yang kuat </span><span lang="EN-US">semakin</span><span>
sering menindas kelompok tikus yang lemah. </span><span lang="EN-US">S</span><span>udah pasti alasannya bukan karena
rebutan makanan karena </span><span lang="EN-US">didalam kandang sudah tersedia makanan yang melimpah. Menurut Calhoun,
kemungkinan besar penyebab penyerangan terjadi hanya karena berbeda kelompok
saja dan tanpa alasan yang jelas. Alhasil, kelompok </span><span>tikus
yang lemah sering berkumpul tetapi </span><span lang="EN-US">malah </span><span>sering menyerang sesama tikus bahkan beberapa
tikus jadi target rutin “<i>bully</i>” tikus lainnya. </span><span lang="EN-US">T</span><span>ikus-tikus korban <i>bully</i> bisa
dilihat dari banyaknya bekas gigitan di badan dan ekor mereka</span><span lang="EN-US"> dan mereka membentuk kelompok sendiri.</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">Dengan kata
lain,</span><span> diantara tikus lemah mencari lagi siapa yang
terlemah dan akan dijadikan pelampiasan.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Selain itu, </span><span>ada
juga </span><span lang="EN-US">kelompok </span><span>tikus-tikus
muda yang yang perilakunya aneh dan perilaku mereka ini </span><span lang="EN-US">tidak</span><span> ditemukan di
orang tua mereka dan tidak ditemui di generasi sebelum mereka. </span><span lang="EN-US">John</span><span lang="EN-US">
</span><span lang="EN-US">C</span><span>alhoun
menamakan tikus-tikus muda ini </span><span lang="EN-US">dengan</span><span lang="EN-US"> </span><i><span>the
beautiful ones</span></i><span>. </span><span lang="EN-US">Kehidupan kelompok</span><span lang="EN-US">
</span><i><span>the beautiful ones</span></i><span>
ini cuma dihabiskan untuk makan, tidur dan merawat diri. </span><span lang="EN-US">M</span><span>ereka tidak
pernah berinteraksi dengan tikus lain, tidak pernah melakukan aktifitas dewasa,
dan </span><span lang="EN-US">bersikap </span><span>antisosial.
</span><span lang="EN-US">Akan tetapi, </span><span><span> </span>meskipun tikus</span><span lang="EN-US">-tikus</span><span lang="EN-US"> </span><i><span>the
beautiful ones</span></i><span> </span><span lang="EN-US">ini </span><span>terlihat cantik</span><span lang="EN-US">,</span><span> bersih dan
sehat, </span><span lang="EN-US">kelompok</span><span>
ini cenderung lebih bodoh dari tikus</span><span lang="EN-US">-tikus</span><span> lainnya.</span><span lang="EN-US"> sudah kebayangkan bagaimana perilaku tikus-tikus
tersebut sudah ada kemiripan dengan kelompok-kelompok manusia saat ini!!.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">P</span><span>eriode</span><span> </span><span>terakhir (<i>keempat</i>) disebut
dengan periode kematian. </span><span lang="EN-US">D</span><span>i periode ini tikus mulai menuju kepunahan. </span><span lang="EN-US">meskipun</span><span> kandang </span><span lang="EN-US">didesain dapat</span><span>
nampung sampai lebih dari 3000 ekor tikus tapi ternyata populasinya mentok di
2200 </span><span lang="EN-US">ekor </span><span>dan
mulai menurun. </span><span lang="EN-US">D</span><span>i
periode ini masing-masing tikus mulai </span><span lang="EN-US">tidak</span><span> peduli dengan tikus tikus lainnya bahkan
sudah mulai </span><span lang="EN-US">se</span><span>makin
</span><span lang="EN-US">bersikap </span><span>antisosial.
</span><span lang="EN-US">John Calhoun</span><span>
menyimpulkan kalau tikus-tikus ini </span><span lang="EN-US">tidak</span><span> bisa </span><span lang="EN-US">ber</span><span>interaksi berulang-ulang dengan begitu
banyak </span><span lang="EN-US">tikus tetapi
hanya tikus-tikus itu saja</span><span>. </span><span lang="EN-US">B</span><span>ayangkan saja, dalam kandang seukuran
tersebut yang isinya 2200 ekor tikus</span><span> </span><span>kemungkinan </span><span lang="EN-US">bertemu</span><span> sesama tikus </span><span lang="EN-US">sangat</span><span lang="EN-US">
</span><span lang="EN-US">besar</span><span lang="EN-US"> </span><span>sehingga kekerasan </span><span lang="EN-US">akan se</span><span>makin meningkat. </span><span lang="EN-US">K</span><span>arena tikus-tikus
yang tua semakin suka main serang akhirnya semakin sedikit tikus </span><span lang="EN-US">muda </span><span>yang bisa
bertahan hidup sampai dewasa. </span><span lang="EN-US"></span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">K</span><span>arena
antar tikus sudah saling curiga dan suka menyerang, tikus betina </span><span lang="EN-US">menjadi bersikap m</span><span>enjauh
jika didekati tikus jantan. </span><span lang="EN-US">K</span><span>alaupun ada yang berhasil berkembang biak,
biasanya bayi</span><span lang="EN-US">-bayi</span><span>nya
akan ditinggal oleh induknya. </span><span lang="EN-US">A</span><span>lhasil bayi</span><span lang="EN-US">-bayi</span><span> tikus ini akan mati kelaparan atau
mati diserang oleh tikus dewasa. </span><span lang="EN-US">Dan tragisnya, k</span><span>arena tikus betina tidak bisa
didekati, akhirnya tikus-tikus jantan banyak yang menjadi pelaku suka sesama
jenis. </span><span lang="EN-US">Karena </span><span>banyak
kasus-kasus yang terjadi setelah populasi tikus membludak</span><span> </span><span>akhirnya tikus-tikus </span><span lang="EN-US">pun </span><span>menuju kepunahan.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">E</span><span>ksperimen
tidak hanya dilakukan sekali, tetapi dilakukan beberapa kali. </span><span lang="EN-US">P</span><span>eriode pertama
dilakukan pada tahun 1958 - 1962, periode kedua dari tahun 1968 - 1972. </span><span lang="EN-US">B</span><span>erarti </span><span lang="EN-US">penelitian dilakukan oleh John Calhoun
selama delapan</span><span> tahun eksperimen.</span><span lang="EN-US"> Tentu ini bukan waktu eksperimen yang sebentar.</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">S</span><span>elama
</span><span lang="EN-US">delapan</span><span>
tahun</span><span lang="EN-US">, telah a</span><span>da
25 eksperimen yang dilakukan. </span><span lang="EN-US">Garis besar </span><span>eksperimennya </span><span lang="EN-US">hampir</span><span> sama</span><span lang="EN-US">, hanya ada modifikasi</span><span> sedikit
atau jenis tikus yang diganti. </span><span lang="EN-US">T</span><span>etapi <i>ending</i></span><span lang="EN-US">-</span><span>nya selalu sama </span><span lang="EN-US">tikus-tikus </span><span>berakhir
dengan kepunahan. </span><span lang="EN-US">A</span><span>khirnya
eksperimen ini diberi nama </span><span lang="EN-US">oleh Calhoun dengan <i>U</i></span><i><span>niverse 25</span></i><span>
atau <i>the behavioural sink</i> </span><span lang="EN-US">(</span><span>wastafel perilaku</span><span lang="EN-US">)</span><span>.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Penamaan w</span><span>astafel
karena perumpamaannya adalah berapun</span><span lang="EN-US"> banyaknya</span><span> air yang dituang ke wastafel pasti
semua air akan masuk kedalam lobang sampai habis.</span><span lang="EN-US"> Demikian juga dengan <i>B</i></span><i><span>ehavioral
sink</span></i><span>, meskipun dikandang sudah terpenuhi semua
kebutuhan tetapi tetap sama berujung pada kepunahan. </span><span lang="EN-US">Berarti kepunahan terjadi bukan </span><span>karena
kebutuhan tapi kar</span><span lang="EN-US">e</span><span>n</span><span lang="EN-US">a </span><span>perilaku tikus</span><span lang="EN-US">-tikus</span><span>nya sendiri yg
membuat mereka “masuk lobang</span><span> </span><span>kepunahan</span><span lang="EN-US">”</span><span>.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">S</span><span>etelah
hasil dari eksperimen dirilis</span><span lang="EN-US"> ke publik</span><span>, ternyata </span><span lang="EN-US">men</span><span>jadi kontroversi ada yang mendukung </span><span lang="EN-US">serta</span><span> berterima kasih </span><span lang="EN-US">tetapi </span><span>ada </span><span lang="EN-US">juga </span><span>yang mengecam dan
ada juga yang</span><span lang="EN-US"> khawatir dan</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">resah</span><span>.
</span><span lang="EN-US">Kelompok masyarakat
yang </span><span>merasa khawatir</span><span lang="EN-US"> menganggap bahwa perilaku </span><span>tikus
</span><span lang="EN-US">selama dalam kandang
“surga” </span><span>serupa dengan perilaku manusia</span><span lang="EN-US">. Jadi mereka</span><span>
khawatir nantinya manusia </span><span lang="EN-US">juga akan </span><span>punah gara-gara perilaku mereka
sendiri bukan gara-gara bencana alam, mateor dan sebagainya.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sedangkan
kelompok masyarakat </span><span>yang mendukung dan berterima kasih
karena dari eksperimen univers</span><span lang="EN-US">e 25 dapat dilakukan</span><span> eksperimen-eksperimen lain </span><span lang="EN-US">dengan</span><span> tujuannya </span><span lang="EN-US">untuk</span><span> mencegah manusia
</span><span lang="EN-US">agar tidak masuk</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">kedalam </span><span>wastafel
perilaku. </span><span lang="EN-US">Salah satunya
adalah adanya penelitian tentang </span><span>desain kota </span><span lang="EN-US">yang ternyata </span><span>juga
bisa berpengaruh terhadap penurunan perilaku negatif</span><span lang="EN-US">. Ada juga penelitian </span><span>kesehatan
mental</span><span lang="EN-US"> yang mengkaji
</span><span>sisi hubungan antar manusia dan lain-lain. </span><span lang="EN-US">Dalam</span><span lang="EN-US">
</span><i><span>National Institute of Health</span></i><span>,
Jonathan Freedman </span><span lang="EN-US">seorang ilmuan
</span><span>psikologi </span><span lang="EN-US">menyatakan bahwa</span><span> eksperimen </span><span lang="EN-US">yang dilakukan oleh John</span><span lang="EN-US">
</span><span lang="EN-US">Calhoun</span><span>
mengajarkan bahwa kepadatan tidak hanya tentang jumlah </span><span lang="EN-US">orang</span><span> tapi juga tentang interaksi derajat
sosial. </span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Kelompok </span><span>yang
mengecam </span><span lang="EN-US">hasil
eksperimen </span><span>mengatakan bahwa </span><span lang="EN-US">John</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">C</span><span>alhoun </span><span lang="EN-US">sudah</span><span lang="EN-US">
</span><span lang="EN-US">melakukan “</span><i><span>playing
God</span></i><span lang="EN-US">”</span><span>
atau </span><span lang="EN-US">sudah</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">bermain
sebagai </span><span>Tuhan ke tikus</span><span lang="EN-US">-</span><span>tikus </span><span lang="EN-US">dengan seolah-olah menciptakan surga dengan memberikan
kenikmatan, akan tetapi setelah kondisi berubah men</span><span>jadi
neraka </span><span lang="EN-US">Calhoun justru
membiarkan hingga </span><span>akhirnya tikus-tikus ini punah. </span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">M</span><span>eskipun
penelitian ini menggunakan binatang, temuan tentang pertumbuhan populasi dan
perilaku individu</span><span lang="EN-US"> tikus</span><span>
menjadi perbandingan dekat dengan </span><span lang="EN-US">perilaku </span><span>manusia. </span><span lang="EN-US">Kandang “surga” tikus universe 25 ibaratnya adalah
dunia ini yang awalnya penuh dengan kenikmatan. Hanya sepasang manusia yang
hidup di dunia ini yaitu Adam dan Hawa. Akhirnya berkembang dan berperilaku seperti
perilaku tikus. Saling serang, saling jajah. Semua negara sudah mempunyai
sumberdaya alam sendiri tetapi kenapa masih saja menjajah negara lain. Negara
yang superpower saling berperang dengan alasan yang tidak jelas.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Banyak</span><span>
peneliti yakin bahwa manusia sudah mencapai titik krusial di fase eksploitasi. </span><span lang="EN-US">T</span><span>itik dimana
keputusan penting harus dibuat dan dilaksanakan secara hati-hati jika </span><span lang="EN-US">manusia</span><span> ingin bertahan
hidup.</span></span></span><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></span></p></div><div style="text-align: justify;"><p><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Penulis akhiri
tulisan ini justru dengan pikiran liar atas teori evolusinya Darwin. Menurut
Darwin manusia adalah hasil perkembangan evolusi dari monyet. Agar tidak punah
maka manusia harus berevolusi. Pertanyaannya adalah apakah kita akan berevolusi
lagi semisal tumbuh tanduk di kepala atau tumbuh ekor dibelakang….ah
entahlah!!!</span></span></span></p><div><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Syekh Jabarantas</span></span></span></div><div><span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Situbondo, 12 November 2022 </span></span></span>
</div></div>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-43006281590124826982021-12-19T15:09:00.006+07:002021-12-19T15:10:36.377+07:00MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><i>Problem
based learning</i> (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah umum yang lazim terjadi
dalam prosesnya. Seperti yang dikemukakan oleh Shoimin (2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">129) bahwa problem based learning artinya menciptakan
suasana belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari (Shoimin, 2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">129).</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Melengkapi
pernyataan tersebut, Panen (dalam Rusmono 2014</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">74)
menyatakan bahwa dalam model pembelajaran dengan pendekatan problem based
learning, peserta didik diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Masalah
adalah hal paling nyata yang akan menjadi hambatan utama dalam kehidupan
manusia. Lalu “masalah” sendiri itu apa? Masalah adalah kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Menghadapi masalah akan mengajarkan bagaimana cara
terbaik dalam menjalani hidup.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Mengapa?
Karena peserta didik langsung mempelajari bagaimana caranya menghadapi berbagai
kesenjangan harapan yang akan selalu mereka temui dalam hidup. Saat hal
tersebut terjadi, karakter (sikap) dan daya nalar (kognisi) mereka akan teruji
dan terlatih dalam sekali tepuk.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Pengertian
Problem Based Learning menurut Para Ahli<br /> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Untuk
memastikan kesahihan pengertian model PBL, berikut adalah beberapa pendapat
para ahli mengenai definisi problem based learning.<br /></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Delisle<br />
</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Delisle
dalam Abidin (2014</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">159) menyatakan
bahwa problem based learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
untuk membantu guru mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran.<br /><o:p></o:p></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Tim
Kemdikbud<br /> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Tim
Kemdikbud (dalam Abidin</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">, </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">2014</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">159) memandang model PBL sebagai suatu model
pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”,
bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.<br /><o:p></o:p></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Duch<br />
</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Problem
based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks dalam pembelajaran agar
peserta didik dapat belajar berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan
memecahkan masalah sekaligus memperoleh pengetahuan. (Duch</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">dalam
Shoimin, 2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">130).<br /><o:p></o:p></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Finkle
dan Torp<br /> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Finkle
dan Torp (dalam Shoimin, 2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">130) mengungkapkan
bahwa problem based learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem
pengajaran yang mengembangkan secara stimultan strategi pemecahan masalah,
dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik
dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak
terstruktur dengan baik.<br /><o:p></o:p></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Torp
dan Sage<br /> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Problem
based learning merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani
siswa agar memperoleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan
memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks (Torp dan Sage dalam Abidin,
2014</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">160).</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /><o:p></o:p></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Sintaks
Problem Based Learning<br /> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Lalu
seperti apa sintaks, prosedur, langkah, atau tahapan dari model problem based
learning? Sintaks model pembelajaran problem based learning menurut Warsono
& Hariyanto (2013</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">151) meliputi:<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">memberikan
orientasi masalah kepada siswa dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta
bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">membantu
mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa dalam belajar menyelesaikan
masalah,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">guru
mendorong peserta didik untuk mencari informasi yang sesuai dan mecari
penjelasan pemecahan masalahnya,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">mendukung
siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">guru
membantu siswa melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya dan proses
pembelajaran yang telah dilakukan.</span></li></ol></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Sementara
itu, langkah pembelajaran problem based learning menurut Shoimin (2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">131) meliputi:<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">menjelaskan
tujuan pembelajaran meliputi menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan
memotivasi siswa dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan permasalahan tersebut,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">mendorong
siswa dalam mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk penjelasan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">membantu
siswa dalam merencanakan serta menyiapkan laporan hasil karya yang sesuai
seperti laporan,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">guru
membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka.</span></li></ol><o:p></o:p></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Contoh
Penerapan PBL<br /> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Selanjutnya,
contoh penerapan model pembelajaran problem based learning (dalam RPP) menurut
Ibrahim</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;"> dan </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Nur (dalam Trianto, 2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">12)
adalah sebagai berikut.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"> </span><table border="1" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-insideh: .5pt solid windowtext; mso-border-insidev: .5pt solid windowtext; mso-cellspacing: 1.5pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<thead>
<tr>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 31.5pt;" width="42">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><b>No.<o:p></o:p></b></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 130.5pt;" width="174">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><b>Fase/Indikator<o:p></o:p></b></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 306pt;" width="408">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><b>Kegiatan
/ Perilaku Guru</b><o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
</thead>
<tbody><tr>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 31.5pt;" width="42">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">1.<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 130.5pt;" width="174">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Mengorientasi
peserta didik terhadap masalah<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 306pt;" width="408">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, dan saran atau logistik yang dibutuhkan.
Selanjutnya, guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah nyata yang dipilih.<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 31.5pt;" width="42">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">2.</span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 130.5pt;" width="174">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Mengorganisasi
peserta didik untuk belajar<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 306pt;" width="408">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Pendidik
membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 31.5pt;" width="42">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">3.<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 130.5pt;" width="174">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 306pt;" width="408">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Guru
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Siswa dituntut untuk menjadi penyidik yang aktif.<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 31.5pt;" width="42">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">4.</span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 130.5pt;" width="174">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 306pt;" width="408">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Pendidik
membantu siswa untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya
yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan.<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 31.5pt;" width="42">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">5.<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 130.5pt;" width="174">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border: 1pt solid windowtext; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0.75pt; width: 306pt;" width="408">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Guru
membantu pesera didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses
pemecahan masalah yang dilakukan.<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
</tbody></table><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Kelebihan dan Kekurangan Problem Based
Learning<br /> <o:p></o:p></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Segala
hal di dunia ini tentunya akan hadir dengan kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Tak luput dari ketidaksempurnaan tersebut, problem based
learning juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri yang akan dipaparkan
dalam penjelasan di bawah ini.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Kelebihan
PBL<br /> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Kelebihan
atau manfaat model pembelajaran PBL menurut Kurniasih & Sani (2016</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">48) adalah dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar untuk mentransfer pengetahuan yang baru serta mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan ketrampilan kreatif.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Selain
itu, Shoimin (2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">132) mengungkapkan
beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah yang meliputi:<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">mendorong
siswa untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah pada dunia nyata,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">membangun
pengetahuan siswa melalui aktivitas belajar,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">mempelajari
materi yang sesuai dengan permasalahan,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">terjadi
aktivitas ilmiah melalui kerja kelompok pada siswa,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">kemampuan
komunikasi akan terbentuk melalui kegiatan diskusi dan presentasi hasil
pekerjaan,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">melalui
kerja kelompok siswa yang mengalami kesulitan secara individual dapat diatasi.</span></li></ol><o:p></o:p></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Manfaat
Problem Based Learning<br /> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Selain
berbagai kelebihan di atas, Warsono & Hariyanto (2013, hlm. 152)
mengemukakan pendapat bahwa kekuatan atau manfaat utama penerapan model
pembelajaran PBL adalah sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Siswa
akan tertantang untuk menyelesaikan masalah yang akan membuat siswa menjadi
terbiasa menghadapi masalah</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Solidaritas
sosial akan terpupuk dengan adanya diskusi dengan teman satu kelompok,</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Guru
dengan siswa akan semakin akrab</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Siswa
akan terbiasa menerapkan metode eksperimen karena ada kemungkinan suatu masalah
yang harus diselesaikan siswa melalui eksperimen</span></li></ol></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Kekurangan
PBL<br /> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Sementara
itu, kelemahan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning menurut
Shoimin (2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">132) antara lain:<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">tidak
semua materi pembelajaran dapat menerapkan PBL, guru harus tetap berperan aktif
dalam menyajikan materi (dan akan kesulitan dalam kelas gemuk),</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">keragaman
siswa yang tinggi dalam suatu kelas akan menyulitkan dalam pembagian tugas
berdasarkan masalah nyata.</span></li></ol><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Selain
itu, menurut Abidin (2014</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">163) kekurangan
dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Siswa
yang terbiasa mendapatkan informasi yang diperoleh dari guru sebagai narasumber
utama akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dalam pemecahan
masalah.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Jika
siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba memecahkan masalahnya.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Tanpa
adanya pemahaman siswa terhadap mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin
mereka pelajari.</span></li></ol><o:p></o:p></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Tujuan
Problem Based Learning<br /> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Hosnan
(2014</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">298) menjelaskan bahwa tujuan utama dari model PBL
bukan sekedar menyampaikan pengetahuan kepada siswa namun juga mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah serta kemampuan siswa
itu sendiri yang secara aktif dapat memperoleh pengetahuannya sendiri.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Pendapat
serupa juga disampaikan oleh Al-Tabany (2017</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">71)
yang menyatakan bahwa model <i>problem based learning</i> berusaha untuk membantu
siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Melalui
bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata
oleh mereka sendiri, siswa secara tidak langsung akan belajar untuk
menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari PBL adalah agar
peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan
masalah, mandiri dalam belajar, dan memiliki keterampilan sosial yang tinggi
dalam kehidupan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><b>Referensi</b><br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Abidin,
Yunus. (2014). <i>Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013</i>.
Bandung: PT Refika Aditama.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Al-Tabany,
Trianto. (2017). <i>Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontektual</i>. Jakarta: Kencana.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Hosnan,
M. (2014). <i>Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21</i>.
Bogor: Ghalia Indonesia.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Rusmono,
R. (2014). <i>Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu
Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru (Edisi Kedua)</i>. Bogor: Ghalia
Indonesia.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Shoimin,
A. (2017). <i>68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013</i>.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Warsono
& Hariyanto. (2013). <i>Pembelajaran Aktif</i>. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.</span></li></ol><div><br /></div><div>(<b>Sumber</b>: https://serupa.id/problem-based-learning/)</div>
</span></div><p style="text-align: justify;">
</p><div style="text-align: left;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><amp-ad class="i-amphtml-element i-amphtml-layout-fixed-height i-amphtml-layout-size-defined i-amphtml-built i-amphtml-layout" data-a4a-upgrade-type="amp-ad-network-adsense-impl" data-ad-client="ca-pub-4366622843677187" data-amp-slot-index="7" data-package="8802253997" data-tag-origin="ampa" height="0" i-amphtml-layout="fixed-height" layout="fixed-height" style="height: 250px; margin-bottom: 32px; margin-top: 32px;" type="adsense" width="auto"><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
</ol></amp-ad></span></div>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-84453700029489633172021-12-16T13:14:00.002+07:002021-12-16T13:14:43.180+07:00MEMAHAMI KONSEP STUDI KELAYAKAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Pengantar<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kalau
kita searching di internet, akan kita temukan studi kelayakan merupakan salah
satu istilah yang lebih banyak dikenal di dunia bisnis daripada pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, apalagi spesifik untuk pembelajaran, referensi untuk
ini masih sangat sedikit. Padahal studi kelayakan merupakan salah satu tugas
yang termasuk pada tugas fungsi seorang pengembang teknologi pembelajaran.
Untuk itu, maka tulisan singkat ini ingin mencoba membantu berbagi pengalaman
tentang apa dan bagaimana studi kelayakan dilakukan dalam profesi pengembang
teknologi pembelajaran.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Dalam
dunia bisnis ada anekdot yang sangat populer, yaitu tentang dua orang staf
pemasaran produk sepatu yang ditugaskan untuk melakukan studi kelayakan
pembangunan pabrik sepatu di suatu daerah baru. Sasaran studi adalah lokasi
yang sama, namun dilakukan secara terpisah oleh masing-masing petugas tersebut.
Sepulang dari lapangan, petugas pertama melaporkan bahwa di daerah yang
dikunjunginya tidak layak untuk didirikan sebuah pabrik sepatu, karena di
daerah itu tidak ditemukan satu orang pun memakai sepatu. Tidak mungkin kita
menjual sepatu pada mereka. Demikian lapornya. Sementara orang kedua datang
belakangan dan melaporkan, “ini sebuah peluang besar”, karena di daerah yang
dia kunjungi belum ada satu orang pun memakai sepatu, sehingga sangat layak di
daerah tersebut didirikan pabrik sepatu. Bagaimana pendapat Anda?</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Memahami
Konsep Studi Kelayakan <br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Dalam
pelaksanaan tugas fungsinya, Pengembang Teknologi Pembelajaran menggunakan
model pendekatan ADDIE (Analisis, Desain, Developmen, Implementasi, dan
Evaluasi). Pada lampiran Permenpan No. 28 tahun 2017 tentang tugas fungsi pengembang
Teknologi Pembelajaran, studi kelayakan dapat ditemukan pada dua tempat, yaitu
pada tahap Analisis dan pada tahap Implementasi. Hal ini sering menjadi
kebingungan terutama bagi para pemula. Biar gak bingung, maka harus kembali
diingat, bahwa studi kelayakan dilakukan berdasarkan tujuan atau alasan dalam
rangka apa studi kalayakan itu dilakukan. Jadi bisa saja sebuah studi kelayakan
dilakukan dalam rangka analisis tentang kebutuhan pengembangan, artinya studi
kalayakan yang dilakukan sebelum suatu kegiatan pengembangan dimulai. Tujuan
studi kalayakan pada tahap analisis tentu saja dilakukan untuk menjawab apakah
ada permasalahan atau kebutuhan pada satu lembaga atau instansi untuk
mengembangkan suatu produk media pembelajaran, model pembelajaran, ataupun
sistem pembelajaran guna menunjang kinerja lembaga tersebut.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Sedangkan
pada tahap Implementasi atau penerapan, studi kelayakan dilakukan apabila ada
suatu produk, baik berupa media ataupun model pembelajaran yang sudah siap
untuk diimplementasikan. Dari mana produk tersebut diperoleh? Secara kronologis
bisa dirunut dari langkah ADDIE itu sendiri. Maksudnya, untuk menghasilkan
suatu produk, apabila kita memulainya dari NOL alias belum memiliki produk yang
siap, maka kita mulai dengan melakukan analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan
perancangan, dan pengembangan. Nah, setelah produk itu dikembangkan dan diuji
cobakan, maka langkah selanjutnya produk tersebut dinyatakan siap untuk
implementasi. Bagaimana dan di mana produk tersebut akan diimplementasikan, pertanyaan
itulah yang perlu dijawab dengan sebuah studi kelayakan. Jadi studi kalayakan
dilakukan sebelum sebuah produk dimanfaatkan secara masal. Studi kelayakan pada
tahap implementasi umumnya ditujukan dengan fokus pada kelayakan lokasi
implementasi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Bagaimana
kalau kita akan melakukan sebuah studi kelayakan, tapi bukan untuk penerapan
produk sendiri, misalnya kita akan melakukan studi kelayakan penerapan produk
media karya pihak lain. Bolehkah? Tentu saja boleh. Kembali ke tujuan dari
studi kelayakan itu sendiri, apakah untuk menerapkan produk hasil pengembangan
sendiri ataukah untuk menerapkan produk pihak lain.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Contoh
Tujuan Studi Kelayakan<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Sebelum
melakukan studi kelayakan, pastikan dulu, dalam rangka apa studi kelayakan ini
kita lakukan. Apa tujuan yang ingin dihasilkan dari studi kelayakan ini? Tujuan
akan memandu bagaimana metode studi kelayakan dilakukan. Untuk membedakan
tujuan studi kelayakan secara mudah, maka berikut ini diberikan tiga contoh
rumusan tujuan studi kalayakan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
Kelayakan dalam rangka Analisis Kebutuhan<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
Kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi sejauhmana dalam
mendukung peningkatan proses pembelajaran pada lembaga (Instansi) XXX layak dan
dibutuhkan pengembangan teknologi pembelajaran, baik berupa pengembangan media
pembelajaran, model e-pembelajaran, ataupun sebuah inovasi sistem pembelajaran
berbasis TIK. Secara lebih spesifik tujuan studi kelayakan dapat dirumuskan
sebagai berikut:<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait kebutuhan pengembangan media pembelajaran, baik media
pembelajaran audio, video, multimedia, maupun hypermedia</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi sejauhmana kebutuhan pengembangan model e-pembelajaran, baik terkait
kebutuhan kurikulum, kesiapan SDM, maupun program peningkatan layanan
pembelajaran.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi sejauhmana dukungan kebijakan payung regulasi, dan kesiapan pimpinan,
serta organisasi lembaga dalam rangka penerapan pembelajaran berbasis TIK</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana kesiapan infrastruktur baik saran fisik,
perangkat TIK, dan sistem yang akan dikembangkan dalam peningkatan layanan
pembelajaran.</span></li></ol></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
Kelayakan dalam Rangka Penerapan Media Pembelajaran<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi terkait sejauhmana
produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah
dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) layak dan dapat dimanfaatkan
utuk menunjang peningkatan proses pembelajaran pada Sekolah Y di wilayah Z.
Secara lebih spesifik sebagai berikut:<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana produk Media Pembelajaran X (Video, Audio,
Multimedia, Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD,
dll) sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah
tersebut.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana kelayakan kondisi lokasi, kesiapan infrastruktur,
SDM, serta dukungan kebijakan sekolah setempat dalam rangka penerapan produk
Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah
dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll)</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana respon guru dan siswa terkait kemungkinan
dimanfaatkannya produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia,
Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) dalam
pembelajaran.</span></li></ol></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
Kelayakan dalam Rangkan Penerapan Model Pembelajaran<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
kelayakan penerapan model pada dasarnya hampir sama dengan penerapan media,
namun untuk penerapan model diperlukan pendalaman terkait kesiapan guru-guru
dalam memanfaatkan model sebagai solusi masalah pembelajaran yang dihadapi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi terkait sejauhmana
produk model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif,
dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD,
dll) layak dan dapat diterapkan utuk menunjang peningkatan kualiatas proses dan
hasil pembelajaran pada Sekolah Y di wilayah Z. Secara lebih spesifik sebagai
berikut:<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana produk model e-Pembelajaran X (misal,
Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll ) terintegrasi TIK yang telah
dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) sesuai dengan kebutuhan untuk
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana kelayakan kondisi lokasi, kesiapan infrastruktur,
SDM, serta dukungan kebijakan sekolah setempat dalam rangka penerapan model
e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll )
terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll)</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Mendapatkan
informasi terkait sejauhmana respon guru dan siswa terkait kemungkinan
penerapan model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif,
dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD,
dll) dalam pembelajaran.</span></li></ol></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Demikian
contoh-contoh rumusan tujuan studi kalayakan. Ampun…ini bukan menggurui, tapi
sekali lagi sekedar coba berbagi. Bagi teman-teman yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman berbeda, dipersilakan untuk memberikan koreksi dan
oenyempurnaan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Jangan
Rancu dengan Uji Coba<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Satu
hal yang perlu disinggung juga di sini, mohon jangan rancu antara studi
kelayakan dengan uji coba produk media atau model pembelajaran. Uji coba
produk, biasanya dilakukan dalam rangkaian proses produksi. Misalnya, uji coba
produk media pembelajaran dilakukan untuk memastikan bahwa suatu produk bisa
dinyatakan final atau selesai. Kegiatan produksi atau development (D) merupakan
tahap ketiga dalam model ADDIE. Tahap produksi biasanya dimulai dari menyusun
naskah. Kemudian setelah naskah dinyatakan siap produksi, naskah diserahkan
kepada team. Team produksi akan mengundang penulis, pengkaji dan seluruh
kerabat kerja untuk melakukan rembuk naskah. Setalah seluruh team memiliki
kesepahaman, maka kegiatan produksi dilaksanakan, biasanya dipimpin atau
diarahkan oleh seorang stradara. Setelah selesai (versi alpha), maka sutradara
mengundang team penulis dan pengkaji untuk melakukan preview. Preview ditujukan
untuk memastikan bahwa produk media sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh
naskah. Apabila ada yang harus diperbaiki, maka sutradara akan melakukan
perbaikan sesuai saran. Apabila dinyatakan sudah sesuai, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan. Uji coba lapangan ditujukan
untuk mendapatkan respon langsung dari calon pengguna produk dan mendapatkan
balikan untuk penyempurnaan produk. Jadi, kegiatan uji coba dilakukan masih
dalam rangka kegiatan produksi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Langkah-langkah
dan Metode<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Untuk
melakukan studi kelayakan dengan mudah, ada baiknya lakukan langkah-langkah
sederhana berikut ini, yaitu; baca dokumen, kumpulkan data, konfirmasi, dan
rekomendasikan. 1). Baca Dokumen. Ada dua hal yang harus dipahami pada langkah
pertama, yaitu pamahmi karaktersitik dari produk yang akan kita lakukan studi
kelayakannya, dan yang kedua, pahami sasaran. Sebelum melakukan kepada pihak
lain, pahami betul karakteristik produk Anda. Dengan memahamii karakteristik
produk Anda sendiri, maka akan mudah Anda memperkirakan di mana produk tersebut
akan dapat digunakan dengan baik. Selanjutnya, untuk memahami sasaran, Anda
dapat lakukan dengan metode studi dokumentasi, yaitu membaca dokumen-dokumen
yang relevan dengan tujuan studi kalayakan yang akan Anda lakukan. 2) Kumpulkan
data. Untuk mendapatkan data, Anda dapat lakukan dengan metode studi
dokumentasi, wawancara, kuesioner, observasi dll. Setelah data terkumpul dan
olah, maka Anda dapat membuat kesimpulan sementara, yaitu kesimpulan yang Anda
ambil secara sepihak berdasarkan data yang masuk, baik hasil studi pustaka,
wawancara, jawaban kuesioner, dan observasi. Untuk mendapatkan data, tidak
harus semua metode tersebut dilakukan. Anda cukup memilih salah satu dari
metode tersebut. Namun sangat disarankan, sekurang-kurangnya gunakan dua metode
perolehan data agar Anda memiliki kesempatan untuk melakukan perbandingan data.
Kesimpulan yang diperoleh dari langkah kedua ini masih bersifat sementara. 3) Konfirmasi.
Konfirmasi dilakukan dalam rangka untuk membangun komunikasi untuk mencapai
kesepahaman antara Anda sebagai pihak pengembang dengan clien Anda sebagai
pihak yang akan menerapkan produk Anda tersebut. Kesimpulan sementara Anda
dapat menjadi sebuah rekomendasai apabila sudah dipahami dan diterima oleh clien
Anda. Dalam hal ini, maka usahakan agar seluruh stake holder terkait dapat
mengetahui maskud studi kelayakan ini. 4) Rekomendasi. Rekomendasi yang
diperoleh dari sebuah studi kelayakan bukan sekedar berhenti pada laporan dan
saran saja. Tapi harus dilanjutkan dengan kesepakatan langkah-langkah
penerapan. Itulah sebabnya, kesepahaman antar kedua pihak sangat diperlukan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Indikator
Kelayakan<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Sekurang-kurangnya
terdapat enam aspek indikator kelayakan yang selanjutnya dapat Anda kembangkan
pada indikator yang lebih rinci lagi. Aspek-aspek kelayakan tersebut, secara
umum mencakup;<br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Keseuaian
dengan kebutuhan, misalnya; Produk sangat sesuai dan siap untuk diterapkan dan
menjadi solusi permasalahan yang selama ini dihadapi. Atau, Produk merupakan
inovasi baru yang perlu diterapkan di lapangan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kesiapan
infrastruktur, misalnya; Infrastruktur, baik fisik, perangkat TIK, maupun
aplikasi tersedia sehingga produk layak untuk diterapkan.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kesiapan
SDM, misalnya; tersedia tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya yang
memiliki minat, kompetensi, dan siap untuk mengimplementasikan produk media
atau model pembelajaran dalam kegiatan belajar memgajar di kelasnya.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kesiapan
teknis, misalnya; secara teknis implementasi dapat dilakukan, baik terkait
pengaturan jadwal, program, alat, orang, dll dapat disiapkan dengan baik.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Dukungan
kebijakan dan program, misalnya; kebijakan pimpinan dan program kerja tersedia
untuk melaksanakan inovasi pembelajaran.</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Perkembangan
teknologi, misalnya; inovasi di bidang media atau model pembelajaran yang
memanfaatan teknologi mutakhir akan lebih mendapat respond yang baik
dibandingkan dengan teknologi yang lama. Namu demikian, dalam teknologi
pembelajaran maka pemilihan teknologi harus lebih mengutamakan aspek tepat guna
daripada sekedar latah semata.</span></li></ol></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Beberapa
Studi Terdahulu<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Untuk
mengakhiri tulisan ini, berikut kita singgung beberapa kegiatan studi kelayakan
yang sudah dilakukan terdahulu. Pada tahun 2006, Pustekkom melakukan sebuah
studi persiapan penerapan model pembelajaran telekolaborasi melalui portal
e-dukasi.net. Jakarta (DKI Jakarta), Gresik (Jawa Timur), Ciamis (Jawa Barat),
Semarang (Jawa Tengah), Bandar Lampung (Lampung), Makassar (Sulawesi Selatan),
Pontianak (Kalimantan Barat) Pekan Baru (Riau) dan Banda Aceh (Nanggroe Aceh
Darussalam). Chairun Nissa, dkk melaporkan hasil studi itu antara lain; 1) Pada
umumnya peserta studi pelaksanaan telekolaborasi e-dukasi.net yang meliputi
kepala sekolah, guru dan siswa mendukung kegiatan telekolaborasi proses
pembelajaran. 2) Peserta setuju untuk melaksanakan telekolaborasi melalui fitur
forum diskusi pada e-dukasi.net dengan menggunakan model ”Learning Circle” yang
sudah familiar bagi sebagian besar guru yang bersedia menjadi moderator. Secara
lebih rinci dan detil dapat dibaca pada laporan studi setebal 75 halaman
tersebut. Walaupun pada judul disebutkan sebagai studi persiapan, sesungguhnya
yang sudah dilakukan adalah studi kelayakan. Dalam studi ini, model yang
menjadi subjek studi adalah model pembelajaran telekolaborasi melalui portal
e-duksi.net. Artinya, Pustekkom saat itu sudah mengembangkan sebuah produk
berupa model pembelajaran telekolaborasi yang akan diterapkan di sekolah.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Manikowati
(BPM Semarang) melakukan studi kalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching
Aids bagi PAUD. Permasalahan dalam studi ini adalah sebagai berikut: a) bagaimanakah
tingkat kebutuhan pengembangan model multimedia teaching aids PAUD? b)
bagaimanakah tingkat kelayakan model multimedia teaching aids PAUD yang
dikembangkan BPMP. Hasil analisis didapatkan bahwa multimedia teaching aids
dibutuhkan oleh sekolah-sekolah PAUD dan dibutuhkan oleh pengguna untuk
memotivasi dalam proses pembelajaran, untukmewakili konten materi yang
diajarkan, serta dibutuhkan untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran
(learning sources). Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa model multimedia
teaching aids untuk PAUD dengan format sajian yang berbeda dari sebelumnya
layak dikembangkan. Studi yang dilakukan Manikowati ini memiliki dua sisi
sekaligus, yaitu sebagai sebuah studi analisis kebutuhan dan sekaligus
kelayakan penerapan media teaching aids untuk PAUD yang sudah dikembangkan oleh
BPM Semarang.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Inayah,
BPMR Yogya telah melakukan penelitian dengan judul Studi Kelayakan Pendirian
Radio Edukasi. Penelitian ini diadakan pada tanggal 7 – 9 Februari 2007, dengan
tujuan mendapatkan data yang berupa pendapat, masukan maupun saran yang
berkaitan dengan radio edukasi/pendidikan. Hasil penelitian diperoleh informasi
dari lapangan bahwa masyarakat menginginkan adanya radio pendidikan dengan
menampilkan acara yang menarik dan dikemas secara kreatif dengan konsep radio
yang matang. Kegiatan penelitian ini lebih merupakan sebuah studi kelayakan
yang dilakukan dalam rangka analisis kebutuhan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Studi
kelayakan lainnya dilakukan oleh Muthmainah, dengan judul, Studi Kelayakan
Pengembangan Aplikasi Bank Soal pada Portal Rumah Belajar. Studi kelayakan ini,
nampaknya seperti mengkombinasikan antara analisis kebutuhan pengembangan
aplikasi Bank Soal dengan uji coba aplikasi yang sedang dikembangkan. Hasil
penghitungan rata-rata pendapat responden dengan UEQ tools dapat di
interpretasikan bahwa aplikasi Bank Soal memiliki daya tarik yang baik dan alur
pembuatan evaluasi yang cukup jelas; efisien dan praktis; mendukung evaluasi
guru; aman untuk diakses siswa; memotivasidan menarik minat guru dan siswa untuk
melakukan evaluasi secara online; serta merupakan sebuah inovasi pembelajaran
yang mengikuti perkembangan teknologi dalam hal kegiatan evaluasi pembelajaran.<br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> <br /></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Sumber
Refer</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">e</span></b><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><b>nsi</b><br /><ol><li><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Hairun,
Nisa, Studi Persiapan Telekolaborasi e-dukasi.net (Pengkajian dan Pengembangan
belajar melalui telekolaborasi di <a href="http://www.e-dukasi.net">www.e-dukasi.net</a>),
Pustekkom 2006</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Inayah,
Studi Kelayakan Pendirian Radio Edukasi, Teknodik, Vol 14 No. 1, Juni 2010</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><a href="https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/448/285">https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/448/285</a></span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Manikowati,
Studi Kelayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD, Teknodik Vol
16 No. 3, Sept th 2012</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><a href="https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/28/28">https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/28/28</a></span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Muthmainah,
Siti, Studi Kelayakan Pengembangan Aplikasi Bank Soal, Rumah Belajar, Jurnal
Teknodik, vol 21 No. 1, Juni tahun 2017</span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><a href="https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/263/209">https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/263/209</a></span></li><li><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Sadiman,
Arief dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pemanfaatan, dan Pengembangannya,
edisi revisi 2020, Pusdatin.</span></li><li><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">(Penulis: Ade Kosnandar/PTP Ahli Madya Pusdatin –
Kemdikbud, sumber: http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/03/memahami-konsep-studi-kelayakan-teknologi-pembelajaran/)</span></li></ol><b><o:p></o:p></b></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><o:p> </o:p></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">(<b>Penulis</b>: Ade Kosnandar/PTP Ahli Madya Pusdatin–Kemdikbud, sumber: http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/03/memahami-konsep-studi-kelayakan-teknologi-pembelajaran/)<o:p></o:p></span></p></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-84804961334715852542021-12-16T12:28:00.002+07:002021-12-16T12:29:14.662+07:00MENGAMATI PEMBELAJARAN DARING DI SEKOLAH SELAMA PANDEMI<p style="height: 0px; text-align: left;"></p><div style="text-align: center;"><span style="color: #444444; font-family: courier;">Penulis: Jaryono*</span></div><div style="text-align: center;"><span style="color: #444444; font-family: courier;"><br /></span></div><span style="color: #444444; font-family: courier;"><span lang="EN-US"><div style="text-align: justify;"><span> </span>Pembelajaran daring
selama pandemi sejak awal tahun 2020 hingga kini dipenghujung tahun 2021 masih
menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Topik ini menarik untuk diangkat baik
dari sudut pandang siswa, guru, ibu rumah tangga, bahkan pejabat publik bidang
pendidikan dan apalagi pengamat pendidikan. Semua pihak mempunyai keluhan dan
argumentasi yang “seru” serta “di luar dugaan” yang belum atau tidak akan
pernah kita temui seandainya tidak ada pandemi seperti sekarag ini. </div><div style="text-align: justify;"><span> </span>Namun
demikian, dari banyak pihak yang terlibat dan terdampak dari pembelajaran daring,
ada beberapa keluhan yang menjadi aspek krusial dan pokok perhatian. <b>Pertama</b>, perbedaan yang signifikan penerapan
pembelajaran daring antara sekolah negeri dengan sekolah swasta. Cerita jamaknya,
orang tua yang mempunyai dua orang anak atau lebih yang bersekolah dilembaga
yang berbeda, ada yang bersekolah di sekolah negeri dan ada yang bersekolah di sekolah
swasta. Menurut orang tua, anak yang bersekolah di sekolah swasta proses
pembelajaran daring lebih terorganisasi. Bahkan saat kondisi sudah diperbolehkan
PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), sekolah swasta sudah merancang dan
mengorganisasi pembelajaran tatap muka dengan berbagai inovasi baik media
maupun model pembelajaran. Tidak sedikit sekolah swasta yang berani
berlangganan atau membeli LMS (<i>Learning Management System</i>) yang dapat
digunakan secara mandiri di sekolah. Sementara sekolah negeri, pembelajaran
secara daring dilakukan dengan tidak terdesain secara baik dan dan terkesan
insidental apa adanya.</div></span><span lang="EN-US"><div style="text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"><span> </span>Kedua</span></b><span lang="EN-US"><b>, </b>kemampuan finasial orang tua siswa.<i>”lha
kok bisa!!! emang ada korelasi antara isi dompet orang tua dengan keefektifan
pembelajaran daring??? Mana yang lebih penting, perangkat pembelajaran atau isi
dompet orang tua siswa??”</i>. Jelas terkait, kemampuan finansial orang tua secara
krusial mempunyai peran terhadap ketersediaan perangkat pembelajaran. Jamak
ceritanya seperti ini; orang tua yang mampu secara finansial dapat menyediakan
lebih banyak variasi sumber belajar mulai seperti <i>Personal Computer</i>
(PC), laptop, <i>handphone</i>, <i>smartphone</i>, jaringan internet, sampai
berlangganan provider “bimbel” online partikelir yang jelas berbayar. Semakin
tebal dompet orang tua, semakin “berkelas” fasilitas perangkat yang dimiliki oleh
siswa. Orang tua yang mampu juga dapat mendatangkan tutor untuk mendampingi
pembelajaran siswa di rumah baik untuk mata pelajaran utama maupun yang
bersifat pendukung dan rekreatif, misalnya les piano. Sementara di pihak lain,
orang tua kelas “dompet tipis”, kesulitan untuk menyediakan perangkat
pembelajar daring bagi putra-putrinya. Kalaupun dipaksakan mampu membeli, hanya
dapat memfasilitasi satu <i>smartphone</i> bagi dua atau tidak putra-putrinya.
Andaikata smartphone dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti “gedang
goreng” tentu orang tua akan mencacah smartphone untu anak-anaknya. Tetapi
karena tidak mungkin, maka yang dilakukan adalah memanfaatkan <i>smartphone</i>
secara bergiliran. Sialnya, jadwal sekolah daringnya berbarengan dalam satu
waktu. Sialnya lagi, smartphone sudah tersedia tapi pulsa paket data tidak
punya.</span></div></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #444444;"><b style="font-family: courier;"><span lang="EN-US"><span> </span>Ketiga</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: courier;">, kreatifitas guru. Dilihat dari sudut
pandang manapun, peran guru sangat dominan dalam proses pembelajaran daring. Di
masa normal saja, kompetensi guru kerap menjadi sorotan, apalagi di masa
pandemi. Pada masa pembelajaran daring seperti saat ini, seorang guru tidak
hanya diharuskan menguasai materi pembelajaran, akan tetapi juga harus menguasai
perangkat TIK, dan menyampaikan materi secara menarik. Dikotomi pun terjadi,
penulis istilahkan saja menjadi kelompok guru kreatif dan kelompok guru tidak
kreatif. Kelompok guru kreatif tetap bisa menyajikan pembelajaran yang efektif
dan menarik minat dan perhatian siswanya. Para guru yang kreatif juga tidak
akan membiarkan siswanya “menganggur” di rumah tanpa ada proses belajar. Guru
kreatif akan membuat muridnya belajar meskipun secara mandiri dan dengan
caranya sendiri (<i>asyncronous</i>) melalui media atau sumber belajar yang
telah disiapkan oleh guru. Hal-hal seperti itu tidak terjadi pada kelompok guru
yang tidak kreatif apalagi didukung dengan ketidakmampuan dalam pemanfaatan
TIK. Dampaknya, pembelajaran daring tidak tidak berlangsung setiap hari, guru hanya
sebatas pemenuhan tugas mengajar dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa.</span></span></div><span style="color: #444444; font-family: courier;"><span lang="EN-US"><div style="text-align: justify;"><i><span lang="EN-US"><span> </span>Akhirul
kalam</span></i><span lang="EN-US">, era
pandemi merupakan masa yang sulit bagi pendidikan. Tapi sebenarnya kesulitan
ini bisa menjadi momentum batu loncatan bagi peningkatan mutu pendidikan. Guru
yang dulu “anti” teknologi sekarang Tuhan YME sendiri yang memecut mereka untuk
“melek” digital melalui mahlukNYA yang bernama Covid-19.</span></div></span><span lang="EN-US"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><o:p><div style="text-align: justify;">Tangerang – Banten, Desember 2021</div></o:p></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #444444; font-family: courier;"><span lang="EN-US">*Penulis berprofesi sebagai </span>Analis Mutu Pendidikan di LPMP Provinsi Jawa Timur</span></div><p></p>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-5556684251345764672021-12-15T08:25:00.000+07:002021-12-15T08:25:04.032+07:00BIG BOOK UNTUK PEMBELAJARAN LITERASI KELAS AWAL<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj9f0_-WqtfFqFzzwM_JFm4giX5DIK1Gn78tybhNVeUR_P8-AUtvbUurEaUDs_2Y7OhOGFHTFfGma4XtnJfvgfxqrvFEDJudbhrjacPz9DDVewr0pxfnw8NYGLOAY5S0jagAAqbTkUlx-rQjW18fkHwx7Gp5SD1coerKqmtqHCbGH-f-L_Y7DyauvpH=s768" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="512" data-original-width="768" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj9f0_-WqtfFqFzzwM_JFm4giX5DIK1Gn78tybhNVeUR_P8-AUtvbUurEaUDs_2Y7OhOGFHTFfGma4XtnJfvgfxqrvFEDJudbhrjacPz9DDVewr0pxfnw8NYGLOAY5S0jagAAqbTkUlx-rQjW18fkHwx7Gp5SD1coerKqmtqHCbGH-f-L_Y7DyauvpH=w400-h266" width="400" /></a></div><br /><br /><div style="text-align: center;"><b style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: -21.3pt;">Wahsun (Pengembang Teknologi Pembelajaran di LPMP
Provinsi Jawa Timur)</b></div><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><o:p> <br /></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Salah
satu</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">komponen penting dalam pembelajaran adalah media. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">M</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">edia pembelajaran adalah alat yang dapat membantu
proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang
disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan
sempurna</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> (Kustandi & Sutjipto, 2016)</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">. Media
pembelajaran sangat membantu guru </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">dan siswa </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">dalam </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">optimalisasi proses belajar dan </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">mengajar. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">M</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">edia pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> dari materi </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">yang dipelajarinya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> (Abidin, 2015:255)</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Akan tetapi, hal tersebut dapat tercapai jika guru menggunakan</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> media
pembelajaran yang tepat </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">dan sesuai
kebutuhan siswa dalam pembelajaran.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Salah satu pembelajaran yang membutuhkan penggunaan
media secara optimal adalah literasi. Mengingat tingkat kompetensi literasi
siswa di Indonesi </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">menempati ranking ke
62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">di </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi
rendah.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Program for International Student Assessment</i>
(PISA) yang di rilis <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Organization for
Economic Co-operation and Development</i> (OECD) pada 2019.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> Tentu dari data tersebut penguatan literasi masih
perlu dioptimalkan dimulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar khususnya saat
siswa duduk di kelas awal (kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar). Salah satunya
melalui pemanfaatan media literasi dalam proses pembelajaran di kelas.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Media</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> literasi merupakan proses yang mengintegrasikan
penyelidikan secara ktitis serta memerlukan keterampilan bagaimana mengakses,
menganalisis, mengevaluasi, membuat, dan mendistribusikan pesan dengan
keterlibatan secara penuh dan partisipasi aktif</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> (Laily & </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Gunansyah,2018:
14)</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Media literasi meliputi unsur </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">k</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">eterampilan
berbahasa yang terdiri dari </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">(1) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">keterampilan
menulis, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">(2) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">membaca, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">(3) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">menyimak, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">(4) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">berbicara</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">,</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">(5) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">bersastra. Dari kelima keterampilan tersebut, yang
menjadi sorotan adalah keterampilan membaca. Melalui media literasi, guru dapat
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">mengkondisikan</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> partisipasi siswa secara aktif.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Salah
satu media </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">literasi </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">yang dapat digunakan oleh guru pada saat
pembelajaran membaca permulaan yaitu media <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big
book</i>.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Big book</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> merupakan salah salah satu media
pembelajaran visual yang berkarakteristik khusus di antara media pembelajaran
lainnya. Menurut Madyawati (2016:</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">174) “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">adalah buku
bergambar yang dipilih untuk diperbesarkan, yang memiliki karakteristik yang
khusus, yaitu adanya pembesaran teks maupun gambar”.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /> <o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Sesuai dengan namanya, <i>Big book</i></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">atau buku besar </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">merupakan buku cerita yang berkarakteristik
khusus yang dibesarkan, baik teks maupun gambarnya,</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">sehingga
memungkinkan terjadinya</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">kegiatan membaca bersama antara guru dan murid. Buku
ini mempunyai karakteristik khusus</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">seperti penuh
warna-warni, memiliki kata yang dapat diulang-ulang, mempunyai alur cerita</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">yang
mudah ditebak, dan memiliki pola teks yang sederhana (Karges dalam Solehuddin,
dkk. 2008:7). </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Sedangkan m</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">enurut Karges</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> and </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Bone
dalam <i>United</i></span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">States Agent International Development</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> (2014: 53),</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">agar
pembelajaran bahasa dapat lebih</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">efektif dan
berhasil, sebuah </span><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Big book</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> sebaiknya
memiliki </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">ketentuan antara lain; (a) c</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">erita</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">nya</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> singkat (10-15 halaman)</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">, (b) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Pola
kalimat jelas</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">, (c) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Gambar memiliki makn</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">a, (d) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Jenis
dan ukuran huruf jelas terbaca</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">, (e) </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Jalan cerita mudah
dipahami</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Dalam praktek pemanfaatan media <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i>, banyak ragam cara yang dapat digunakan oleh guru. Guru
dapat berimprovisasi secara mandiri dalam menggunakan media <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i> di kelas. Salah satu contoh
praktik implementasi big book dalam kelas dapat pembaca tonton pada kanal
youtube melalui link berikut </span><a href="https://www.youtube.com/watch?v=W1NHoCmH6d8"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">https://www.youtube.com/watch?v=W1NHoCmH6d8</span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">. Penulis menawarkan prosedur dengan beberapa tahapan dalam</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> penggunaan media <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">yaitu</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">
sebagai berikut:<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kegiatan
pra-membaca<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru
memperlihatkan sampul depan serta mengajak anak mengomentari gambar</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">yang</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">ada
pada sampul.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru membacakan
judul dan nama pengarang<br /> <o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru bertanya
kepada anak tentang kemungkinan isi cerita berdasarkan pada judul dan</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">ilustrasi
sampul.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kegiatan
membaca cerita secara utuh<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru membacakan
cerita secara berkesinambungan dari halaman pertama sampai</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">terakhir.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru menunjuk
tulisan dengan menggunakan tangan atau alat penunjuk supaya anak dapat
mengikuti dan mengetahui tulisan mana yang sedang mereka baca.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kegiatan
pengulangan membaca<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru membaca ulang
halaman demi halaman dengan penuh semangat, bergairah, dan hidup.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru menunjuk
kata-kata dan meminta anak untuk berkomentar.<br /> <o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru berhenti
membaca sejenak untuk memberikan kesempatan kepada anak menebak</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">kata
selanjutnya dan meramalkan peristiwa yang akan terjadi.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kegiatan
setelah membaca pengulangan<br /> <o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru mendiskusikan
kata kunci dalam teks dan membantu anak</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">menghubungkan
konsep yang satu dengan yang lain</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">.<br /></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru membaca ulang
cerita secara bersama-sama.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kegiatan
tindak lanjut<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru mengajak anak
memperhatikan pada gambar dan pola kata pada teks.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-family: Symbol; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Guru memberikan
kesempatan kepada anak untuk membaca sendiri.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><br /><o:p></o:p></span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Big book</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">memiliki kelebihan
jika digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> (literasi membaca)</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">. Abidin (2015: 270) menyatakan bahwa “melalui
pembacaan <i>big book</i></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">siswa dapat menghubungkan teks dengan cara
pengucapannya”. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">selain memuat ilustrasi gambar juga disertai teks
dengan ukuran yang besar sehingga memudahkan siswa dalam menghubungkan teks
dengan cara mengucapkan kata perkata. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Selain itu,
kelebihan lainnya daripada pembelajaran dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i> yaitu adanya interaksi dan komunikasi antara siswa dan
guru melalui kegiatan membaca bersama.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><br /><o:p></o:p></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Selain kelebihan dalam hal membaca, penggunaan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i> dalam pembelajaran juga dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk meniru realitas melalui objek simbol dan
gambar pada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">big book</i>. Hal ini g</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">ambar adalah</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">bentuk
fungsi semiotik yang dapat dianggap setengah</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">jalan antara
permainan simbolik dan citra mental</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> sehingga d</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">engan menggunakan</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">buku
bergambar, dapat dikatakan bahwa anak-anak telah bermain</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">permainan
simbolik, yang berfungsi untuk memberikan</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">kesenangan dan
autotelisme dan seperti gambar mental diupaya mereka untuk meniru realitas
(Piaget & Inhelder, 2010: 72).<br /></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><o:p> <br /></o:p></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Daftar Pustaka<br /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Abidin, Yunus. (2015). <b>Pembelajaran bahasa berbasis
pendidikan karakter</b>. Bandung: PT</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"> Refika Aditama.</span></div>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Kustandi, C</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">ecep</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">&</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Bambang </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Sutjipto (2016), <b>Media</b></span><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Pembelajaran</span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">. Bogor: Ghalia Indonesia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Laily, K. E. & Gunansyah G. (2018). Penggunaan
Media Big Book Terhadap Kemampuan<br />
Berpikir Kritis Siswa Kelas V SDN Rangkah 1 Surabay. <i>Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah<br />
Dasar</i>. 6, (1). Hlm</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">1<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Madyawati. (2016). <b>Strategi Pengembangan Bahasa
Pada Anak</b>.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Jakarta: Prenada<br />
Group.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Solehuddin, dkk., (2008). <b>Pembaharuan Pendidikan TK</b>.
Jakarta: Universitas Terbuka.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Piaget, Jean</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">& Barbel
Inhelder (2010), <b>Psikologi Anak</b></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> Terj. Miftahul
Jannah, Yogyakarta</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">: </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Pustaka Pelajar<o:p></o:p></span></p>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-37006428382287985492021-12-13T09:00:00.000+07:002021-12-13T09:00:08.999+07:00MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING MODEL)<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Project based learning (PJBL) atau pembelajaran berbasis proyek
adalah salah satu model pembelajaran student centered anjuran kurikulum 2013
yang menggunakan proyek atau kegiatan nyata sebagai inti pembelajaran. Dalam
pembelajaran project based learning peserta didik akan melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintetis, dan pengolahan informasi lainnya untuk
menghasilkan berbagai bentuk belajar yang sangat dekat dengan pekerjaan nyata
di lapangan.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Namun sebetulnya seperti apa wujud konkret dari model pembelajaran
ini? Bagaimana karakteristiknya, prinsip apa yang digunakan, dan yang paling
penting, bagaimana sintaks serta langkah-langkahnya? Berikut adalah
pemaparan-pemaparan yang akan menjawab berbagai pertanyaan tersebut.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pengertian Project Based Learning<br /> </span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menurut Fathurrohman (2016</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">119) pembelajaran berbasis proyek atau
project based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau
kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sementara itu Saefudin (2014</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">58) berpendapat bahwa project based
learning merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dengan demikian, bukan proyeknya yang menjadi inti pokok
pembelajaran ini, melainkan pemecahan masalah dan mengimplementasikan
pengetahuan baru yang dialami dari aktivitas proyek. Project based learning
menekankan pada berbagai masalah-masalah kontekstual yang akan dialami oleh
peserta didik secara langsung dari proyek atau kegiatan yang mereka lakukan.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sedangkan menurut Isriani dan Puspitasari (2015</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">5) pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Pendapat ini secara implisit menyatakan bahwa project based learning merupakan
model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) yang
menetapkan guru sebagai fasilitator.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran project based learning adalah model pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan berangkat dari suatu latar belakang masalah untuk
mengerjakan suatu proyek atau aktivitas nyata yang akan membuat siswa mengalami
berbagai kendala-kendala kontekstual sehingga harus melakukan
investigasi/inkuiri dan pemecahan masalah untuk dapat menyelesaikan proyeknya
sehingga dapat mencapai kompetensi sikap, pengetahuan serta keterampilan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Karakteristik Project Based Learning<br /> </span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Model pembelajaran project based learning mempunyai karakteristik
yang membuat guru menjadi fasilitator untuk memberikan permasalahan berupa
proyek yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Hal ini kemudian membuat
peserta didik harus merancang proses dan kerangka kerja untuk membuat solusi
dari permasalahan tersebut. Karakteristik project based learning menurut
Daryanto dan Rahardjo (2012</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">162) adalah sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik membuat keputusan
tentang sebuah kerangka kerja.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Adanya permasalahan atau tantangan
yang diajukan kepada peserta didik.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik mendesain proses untuk
menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik secara kolaboratif
bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Proses evaluasi dijalankan secara
kontinu.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik secara berkala melakukan
refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Produk akhir aktivitas belajar akan
dievaluasi secara kualitatif.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Situasi pembelajaran sangat toleran
terhadap kesalahan dan perubahan.<br /><o:p></o:p></span></li></ol><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kelebihan dan Kekurangan Project Based
Learning<br /> </span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Setiap model, metode, atau rancangan pembelajaran lainnya sudah
tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga dengan
metode project based learning. Sebagai gambaran umumnya, project based learning
adalah model sapu jagat (serba ada/serba bisa) yang melibatkan pembelajaran kontekstual,
investigasi/inkuiri, dan problem solving yang akan berdampak sangat baik untuk
kompetensi peserta didik secara keseluruhan (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan).<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sayangnya pembelajaran ini membutuhkan waktu persiapan yang tidak
sedikit dan siswa membutuhkan waktu yang cukup lama pula untuk mengerjakannya.
Belum lagi akan ada biaya yang dikeluarkan dalam proses pelaksanaan proyek.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjabaran kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran project based learning.<br /></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kelebihan Project Based Learning<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">162) model pembelajaran project based
learning mempunyai kelebihan sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Meningkatkan motivasi belajar peserta
didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan
penting, dan mereka perlu untuk dihargai.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Membuat peserta didik menjadi lebih
aktif dan berhasil memecahkan problem-problem kompleks.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Meningkatkan kolaborasi.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Meningkatkan keterampilan peserta
didik dalam mengelola sumber.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Memberikan pengalaman kepada peserta
didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menyediakan pengalaman belajar yang
melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai
dengan dunia nyata.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran.</span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kelemahan Project Based Learning<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menurut Widiasworo (2016</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">189) project based learning memiliki kelemahan
sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pembelajaran berbasis proyek
memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang kompleks</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Banyak orang tua peserta didik yang
merasa dirugikan karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Banyak instruktur merasa nyaman dengan
kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini
merupakan tradisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak
menguasai teknologi.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Banyaknya peralatan yang harus
disediakan. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan team teaching dalam
pembelajaran.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik memiliki kelemahan dalam
percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Ada kemungkinan peserta didik yang
kurang aktif dalam kerja kelompok.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Apabila topik yang diberikan pada
masing masing kelompok berbeda, dikhatirkan peserta didik tidak memahami topik
secara keseluruhan.</span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mengatasi Kelemahan Project Based Learning<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Berbagai kelemahan dalam pembelajaran berbasis proyek, dapat
diatasi dengan beberapa langkah berikut.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Memfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi masalah.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Membatasi waktu peserta didik dalam
menyelesaikan proyek.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Meminimalisir biaya.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menyediakan peralatan sederhana yang
terdapat dilingkungan sekitar.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Memilih lokasi penelitian yang mudah
dijangkau.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga guru dan peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran
(Widiasworo, 2016</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">189).<br /><o:p></o:p></span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sintaks Project Based Learning<br /> </span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sintaks atau pedoman dasar dalam menentukan langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran PJBL (Project Based Learning) menurut Mulyasa
(2014</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">145)
adalah sebagai berikut.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><i>Menyiapkan pertanyaan atau penugasan
proyek</i>. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam
terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">
tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam
terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><i>Mendesain perencanaan proyek. S</i>ebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan
proyek bisa melalui percobaan.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">
sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan
proyek bisa melalui percobaan.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><i>Menyusun jadwal sebagai langkah
nyatadari sebuah proyek. P</i>enjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang
tersedia dan sesuai dengan target. P</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">enjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang
tersedia dan sesuai dengan target.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><i>Memonitor kegiatan dan perkembangan
proyek. P</i>eserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Langkah-Langkah Project Based Learning<br /> </span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Langkah-langkah model pembelajaran <i>project based learning</i> menurut
Widiarso (2016</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">184)
dapat diterapkan atau diaplikasikan melalui langkah berikut ini.<br /><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">1. Penentuan pertanyaan mendasar<br /> </span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan kepada peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk peserta
didik. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">2. Mendesain perencanaan proyek<br /> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas
yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">3. Menyusun jadwal<br /> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:<br /><ul><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">membuat timeline (alokasi waktu) untuk
menyelesaikan proyek,</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">membuat deadline (batas waktu akhir)
penyelesaian proyek,</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru,</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan.</span></li></ul></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek<br /> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi mentor bagiaktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring,
dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">5. Menguji hasil<br /> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing
peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">6. Mengevaluasi pengalaman<br /> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pedoman Bimbingan dalam Project Based Learning<br />
</span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Salah satu kendala utama dari <i>project based learning</i> adalah
peserta didik kebingungan dan mengalami kesulitan dalam percobaan, pengumpulan
informasi, atau tahap pengerjaan proyek yang lainnya. Oleh karena itu,
bimbingan guru adalah kunci utama untuk menghadapinya. Berbagai strategi
pengelolaan, evaluasi, dan pembimbingan juga diperlukan untuk memastikan
pembelajaran berbasis proyek dapat berjalan seperti seharusnya.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Menurut Isriani dan Puspitasari (2015</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">:</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">132-134) dalam membimbing peserta
didik pada pembelajaran project based learning, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan, yakni sebagai berikut.<br /><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Keautentikan<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Maksudnya, kita harus memastikan keaslian dan kesahihan
pembelajaran yang terjadi dalam pengerjaan proyek. Hal ini dapat dilakukan
dengan beberapa strategi sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan membimbing peserta didik
untuk memahami kebermaknaan dari tugas yang dikerjakan.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Merancang tugas peserta didik sesuai
dengan kemampuannya sehingga ia mampu menyelesaikannya tepat waktu.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan membimbing peserta didik
agar mampu menghasilkan sesuatu dari tugas yang dikerjakannya.</span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Ketaatan Terhadap Nilai-nilai Akademik<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Ketaatan terhadap nilai-nilai akademik dapat memastikan peserta
didik belajar secara maksimal dan bernilai berdasarkan cara belajar yang
terarah. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut:<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan peserta
didik agar mampu menerapkan berbagai pengetahuan/ disiplin ilmu dalam
menyelesaikan tugas yang dikerjakan.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Merancang dan mengembangkan tugas
tugas yang dapat memberi tantangan pada peserta didik untuk menggunakan
berbagai metode dalam pemecahan masalah.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan membimbing peserta didik
untuk mampu berpikir tingkat tinggi dan memecahkan masalah.</span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Belajar Pada Dunia Nyata<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Konteks dunia nyata yang abad ini selalu berbasis proyek adalah
salah satu keunggulan utama dari Project Based Learning. Oleh karena itu,
memastikan peserta didik belajar pada dunia nyata adalah suatu keharusan. Hal
ini dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut ini.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan membimbing peserta didik
untuk mampu bekerja pada konteks permasalahan yang nyata yang ada di
masyarakat.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan agar peserta
didik mampu bekerja dalam situasi organisasi yang menggunakan teknologi tinggi.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mengarahkan dan mendorong agar peserta
didik mampu mengelola keterampilan pribadinya.</span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Aktif mandiri<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Project based learning adalah pembelajaran yang terpusat pada
peserta didik. Oleh karena itu keaktifan dan kemandirian masing-masing siswa
adalah hal yang harus dijaga. Hal ini dapat dilakukan dengan strategi sebagai
berikut:<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan peserta
didik agar dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah
dibuatnya.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan peserta
didik untuk melakukan penelitian dengan berbagai macam metode, media, dan
berbagai sumber.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mengarahkan dan mendorong peserta
didik agar mampu berkomunikasi dengan oranng lain, baik melalui presentasi
ataupun media lain.</span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Hubungan dengan Ahli<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dalam project based learning yang melibatkan eksperimen dan studi
pustaka, peserta didik harus sudah lebih sadar akan sumber yang dikemukakan
oleh para ahli. Strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hubungan
dengan ahli adalah sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan peserta
didik untuk mampu belajar dari orang lain yang mewakili pengetahuan yang
relevan.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan peserta
didik bekerja berdiskusi dengan orang lain / temannya dalam memecahkan masalah.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mengarahkan dan mendorong peserta
didik untuk mengajak/ meminta pihak luar untuk terlibat dalam menilai unjuk
kerjanya.</span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Penilaian<br /> </span></i><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Penilaian tidak hanya dapat dilakukan pada evaluasi akhir saja.
Kita juga harus memastikan bahwa siswa dapat menilai sendiri hasil
pekerjaannya, agar proyek yang mereka kerjakan selesai dengan hasil yang lebih
baik. Upaya penerapannya dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut.<br /><ol><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan peserta
didik agar mampu melakukan evaluasi diri terhadap kinerjanya dalam mengerjakan
tugasnya.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mengarahkan dan mendorong peserta
didik untuk mengajak pihal luar terlibat mengembangkan standar kerja terkait
tugasnya.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">3</span></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mendorong dan mengarahkan peserta
didik untuk menilai unjuk kerjanya Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam pelaksanaan<br /><o:p></o:p></span></li></ol></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> <br /></o:p></span></b><span style="font-size: 12pt;"><b>Referensi</b><br /><ol><li><span style="font-size: 12pt;">Daryanto dan Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Gava Media.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Fathurrohman, M. (2016). Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif
desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Isriani </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dan</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> Puspitasari, D. (2015). Strategi Pembelajaran
Terpadu: Teori, Konsep & Implementasi. Yogyakarta: Relasi Inti Media Group.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Mulyasa, E. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.</span></li><li><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Saefudin, A </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">dan</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif.
Bandung: PT Remaja Roskadarya.<br /><o:p></o:p></span></li><li><span style="font-size: 12pt;">Widiasworo, E. (2016). Strategi Dan Metode Mengajar Siswa Diluar
Kelas (Outdoor Leaning) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.</span></li></ol> </span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> <br /></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> <br /></o:p></span><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sumber</span></b><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">: <a href="https://serupa.id/project-based-learning/">https://serupa.id/project-based-learning/<br /></a>
<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> <br /></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> <br /></o:p></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> </o:p></span></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-22117262817345705662021-12-12T14:04:00.005+07:002021-12-12T14:06:35.397+07:00MODUL LITERASI DIGITAL DI SEKOLAH DASAR<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Literasi digital merupakan satu dari
enam literasi dasar yang harus dikuasai siswa pada zaman sekarang. Literasi
digital yang diterapkan di Sekolah Dasar (SD) berhubungan erat dengan
pengimplementasian dari pencanangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sudah
dijalankan pemerintah. Secara umum pencanangan gerakan literasi sekolah
merupakan hasil refleksi terhadap evaluasi pencapaian melek literasi rata-rata
penduduk Indonesia yang dilakukan dengan tes PISA ternyata masih belum sesuai
dengan yang diharapkan. Hasil rata-rata tes membaca siswa Indonesia masih masuk
dalam kategori rendah jika dibandingkan dengan negara peserta Asean. Hal itu
dapat dilihat dari hasil uji </span><i style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Programe International Student Assessment</i><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;">
(PISA) yang dilakukan tiga tahun sekali.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-size: 12pt;">Sebagai respons dan tindak lanjut dari
rendahnya penguasaan literasi peserta didik di Indonesia tersebut, pemerintah
menganggap penting dilakukan upaya serius dan konkret untuk meningkatkan
kemampuan berliterasi siswa di Indonesia. Upaya peningkatan literasi di SD
menjadi sangat penting karena SD menjadi pondasi bagi gerakan literasi
berikutnya, yaitu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Salah satu upaya penguatan melek literasi tersebut di tingkat SD adalah
penguatan literasi digital. Penguatan literasi digital di SD dikaitkan dengan
penguatan kegiatan ekstrakurikuler.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-size: 12pt;">Penguatan literasi digital di SD
terintegrasi pelaksanaannya dengan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian,
pencapaian tujuan literasi digital di SD selaras dengan pencapaian tujuan
ekstrakurikuler itu sendiri.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-size: 12pt;">Adapun karakteristik ekstrakurikuler di
SD itu sendiri merupakan kegiatan yang diselenggarakan dengan ciri<span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span face=""Calibri",sans-serif" style="font-size: 12pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[1]</span><!--[endif]--></span>ciri dan sifat-sifat
berikut.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">1. Individual, yakni dikembangkan sesuai
dengan potensi/bakat peserta didik masing-masing.<br /> </span><span style="font-size: 12pt;">2. Pilihan, yakni dikembangkan sesuai
dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.<br /> </span><span style="font-size: 12pt;">3. Memotivasi, yakni membangun semangat
peserta didik untuk mengembangkan potensi/bakat melalui kegiatan yang diminati.<br />
</span><span style="font-size: 12pt;">4. Kemanfaatan sosial, yakni
dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /> </span><span style="font-size: 12pt;">Sebagaimana diatur dalam Permendikbud RI
Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, bentuk kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa:<br /> </span><span style="font-size: 12pt;">1. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan
Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya;<br /></span><span style="font-size: 12pt;">2. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan
Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik,
penelitian, dan lainnya;<br /> </span><span style="font-size: 12pt;">3. Latihan olah-bakat dan olah-minat,
misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam,
jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya;<br />
</span><span style="font-size: 12pt;">4. Keagamaan, misalnya: Tahfiz QUR’AN,
baca tulis ALQUR’AN, marawis, retreat; atau<br /> </span><span style="font-size: 12pt;">5. Bidang pengembangan lainnya, yang
disesuaikan dengan prioritas dan analisis potensi dan minat peserta didik di sekolah.
(Kemdikbud. 2021. Ekstrakurikuler. <a href="http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/ekstrakurikuler">http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/ekstrakurikuler</a>).</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
</span><span style="font-size: 12pt;">Dengan kata lain, penguatan literasi
digital di SD, bukan hanya menggunakan internet untuk mencari informasi atau
hiburan, tetapi juga mengaitkannya dengan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Implementasi literasi digital dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang
menarik dengan menggunakan sumber digital. Sementara itu, literasi digital
dengan penggunaan, etika, penyadaran kolektif bermedsos bagi peserta didik di
SD perlu diedukasi sesuai dengan penggunaan yang diperlukan dan terhindar dari
perundungan, permainan (game) yang menjadi candu, korban medsos, dan korban
kelalaian dalam pengelolaan waktu. Tercapai atau tidaknya tujuan literasi
digital juga ditentukan oleh kesiapan bahan, baik untuk guru, siswa, maupun
bahan untuk pembinaan guru; terutama yang berkaitan bahan pembelajaran
ekstrakurikuler.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">Untuk
mempermudah sekolah dalam menerapkan literasi digital keapda siswa, maka
Direktorat SD Kemdikbud menyusun modul khusus literasi digital jenjang Sekolah
Dasar (SD).</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;"><br /> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">Dalam
m</span><span style="font-size: 12pt;">odul </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">tersebut</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">diuraikan
sekilas tentang literasi digital, juga dijelaskan tentang materi dan kegiatan
serta praktik baik literasi finansial pada pembelajaran ekstrakurikuler.
Meskipun demikian, pada bagian-bagian tertentu ada kegiatan yang dapat dan/atau
telah dilakukan pada pendidikan di Sekolah Dasar.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /> <o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt;">Modul ini diharapkan mampu memberikan
penguatan literasi digital di sekolah yang akan membantu guru dan siswa
khususnya pada jenjang sekolah dasar atau yang setara. Oleh karena, bahan
disusun lebih sederhana sehingga mudah dipahami dan diterapkan serta dikembang
guru di sekolah sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US;">Pembaca dapat mengunduh file modul melalui URL berikut:</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1WNqZBmxGwNo2j3LDxl63cfft3nh66_-I/view?usp=sharing " target="_blank">https://drive.google.com/file/d/1WNqZBmxGwNo2j3LDxl63cfft3nh66_-I/view?usp=sharing </a><br /></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-35233278237333133042021-12-12T13:27:00.002+07:002021-12-12T13:27:58.928+07:00METODE PEMBELAJARAN DIFERENSIASI<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah mendorong guru lebih kreatif ketika
menyajikan materi pembelajaran. Kreativitas ini terkadang muncul karena masalah
yang ditemui ketika memberikan materi pembelajaran. Salah satunya adalah
masalah siswa yang kurang menunjukkan minat pada mata pelajaran yang sedang
diajarkan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Metode pembelajaran berdiferensiasi dapat jadi solusi alternatif
ketika guru terhambat masalah tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi
dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa
tersebut.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Fokus pada tiga hal utama</b><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk
pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. Metode ini dapat
diterapkan hampir pada semua mata pelajaran. Sebagai contoh, saya pernah
memberikan materi pelajaran IPS dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.<br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Saya menugaskan siswa untuk belajar pemanfaatan sumber daya alam
di lingkungan sekitar agar dapat jadi sumber makanan. Tugas ini secara tidak
langsung dapat mengarahkan siswa yang berpotensi dan belajar sesuai dengan
minatnya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Diferensiasi konten/materi</b><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Jika fokus pada konten, maka siswa punya kebebasan untuk
menentukan sumber daya alam di sekitarnya untuk diolah jadi sumber makanan.
Guru akan memberikan lembar kerja (LK) berisi tabel panduan dan contoh
langkah-langkah yang harus dilakukan siswa ketika ingin membuat makanan
berdasarkan bahan-bahan yang mereka pilih.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Diferensiasi proses</b><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Guru dapat memberikan siswa kebebasan untuk mengolah sumber daya
alam yang telah dipilihnya. Siswa dapat menggoreng, mengukus, merebus atau
proses lain untuk mengubahnya menjadi makanan. Setelah itu siswa harus menulis
bagaimana ia menyusun rencana, jadwal pengolahan, dan mengawasi produk yang
akan dihasilkan di dalam LK.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Diferensiasi produk</b><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Diferensiasi produk akan tampak dari produk yang dihasilkan siswa.
Produk ini beragam jenisnya karena bahan dan proses yang digunakan juga
beragam. Guru dapat meminta orangtua atau saudara untuk menilai produk yang
dibuat siswa. Penilaian dapat meliputi rasa, inovasi, dan bentuk.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Penjelasan produk juga tidak harus selalu dalam bentuk laporan
tertulis. Siswa dapat menjelaskan produk dalam bentuk visual seperti video
presentasi/foto dokumentasi ataupun dalam bentuk audio seperti <i>voice note</i>
tergantung minat siswa.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Meskipun konten, proses, dan produk yang dihasilkan beragam, namun
guru punya acuan penilaian yang seragam. Acuan penilaian dalam pembelajaran ini
meliputi penilaian sikap yang dilihat dari sikap tanggung jawab, disiplin, dan
kerja keras siswa.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Penilaian pengetahuan tergambar dari cara siswa menjelaskan proses
menghasilkan suatu produk sedangkan penilaian keterampilan tergambar dari
proses dalam menghasilkan produk makanan yang bahannya berasal dari lingkungan
sekitar siswa.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Mencari tahu karakteristik siswa</b><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Cara pertama untuk mencari tahu karakteristik masing-masing siswa
adalah dengan mengamati gaya belajar mereka. Misalnya ada siswa yang lebih
tertarik pada hal yang sifatnya visual, maka cara pemberian materi dan produk
hasil belajar pun diharapkan akan dalam bentuk visual.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Cara lainnya bisa dengan melihat dan mengamati tugas-tugas yang
sudah dikerjakan siswa. Guru dapat berdiskusi dengan guru mata pelajaran lain
tentang kemampuan siswa tersebut ketika menerima materi pelajaran.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Selain itu, guru juga dapat membuat pertanyaan pemantik untuk
mengetahui minat dan karakteristik siswa. Misalnya pertanyaan tentang kebiasaan
belajar siswa, ada siswa yang lebih senang belajar sambil mendengarkan musik,
ada yang lebih senang dalam kondisi sepi, atau mungkin dan ada yang bisa
belajar sambil menonton televisi, dan masih banyak lagi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Tantangan pembelajaran berdiferensisasi</b><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Namun menerapkan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang
mudah. Guru harus dapat menyiapkan beberapa materi dan instrumen penilaian
sekaligus.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Misalnya saya menggunakan diferensiasi konten/materi, berarti saya
harus menyiapkan materi lebih dari satu. Sama halnya dengan diferensiasi proses
dan produk, berarti harus ada lebih dari satu media pembelajaran dan alat
penilaian.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Tapi sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi dapat menguntungkan
anak untuk memaksimalkan potensi mereka, terlebih lagi untuk anak berkebutuhan
khusus yang pembelajarannya berbeda dengan siswa lain.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Saya sendiri memiliki siswa tunarungu dan mereka lebih cepat menyerap
materi dengan pendekatan pembelajaran diferensiasi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Memancing siswa lebih aktif</b><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Melalui pembelajaran berdiferensiasi, sikap toleransi dapat muncul
dengan pemberian keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan potensi. Guru tidak
membatasi bahan dasar, proses, dan produk yang dihasilkan siswa. Namun, guru
juga tidak membebaskan semuanya sehingga pembelajaran terkesan ambyar. Guru
tetap mengontrol pembelajaran dengan memberikan isian LK yang sama bagi semua
siswa.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Selain itu, siswa juga jadi lebih aktif ketika belajar. Siswa
mengalami langsung apa yang sedang mereka pelajari. Mereka juga jadi lebih
sering berinteraksi dengan orangtua untuk membantu dan mengevaluasi apa yang
sudah mereka pelajari bersama gurunya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-size: 12pt;">(sumber: </span>https://www.pintar.tanotofoundation.org/belajar-diferensiasi-solusi-menajamkan-potensi-siswa/ judul asli: <b style="text-align: left;"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 107%;">Belajar Diferensiasi, Solusi Menajamkan Potensi Siswa)</span></b></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> </o:p></span></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-31092261044645888172021-12-12T12:55:00.024+07:002021-12-12T13:14:34.226+07:00STUDYHOLISM<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Dalam dunia kerja kita mengenal orang yang gila atau kecanduan
bekerja, yang biasa disebut </span><i style="font-size: 12pt; text-align: justify;">workaholic</i><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;">. Dalam dunia pendidikan, kini ada
istilah baru studyholism, kondisi klinis untuk menggambarkan obsesi seseorang
untuk belajar secara berlebihan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-size: 12pt;">Studi terbaru Yura Loscalzo dan Marco Giannini dari Universitas
Florence Italia tentang Studyholism Inventory, dengan responden 1.047
mahasiswa, menunjukkan ada sekitar 45 item gejala yang memuat tiga faktor
hipotesis atas terjadinya studyholism: obsesi, kompulsif (bersifat memaksa),
dan gangguan sosial.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kondisi ini mempengaruhi satu dari setiap enam generasi muda dan
telah dikaitkan dengan stres yang tinggi, kualitas hidup yang rendah, gangguan
tidur, dan kinerja akademik yang buruk.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Seseorang yang memiliki <i>studyholism</i> disebut <i>studyholic</i>.
Namun demikian, seorang studyholic mungkin tidak menyadari bahwa mereka adalah
seorang <i>studyholic</i>. Apakah kamu seorang <i>studyholic</i>? Kita telusuri
tanda-tandanya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">GIAT BELAJAR </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">vs</span></b><b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> GILA BELAJAR<br /><o:p></o:p></span></b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beberapa orang merasa bahwa belajar adalah kegiatan yang
menyenangkan. Banyak orang yang suka belajar ingin memuaskan rasa ingin tahunya
atau ingin mengejar suatu cita-cita. Terkadang untuk mencapai tujuan itu,
seseorang harus giat belajar. Hal ini terutama terlihat pada generasi muda di
Indonesia.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pesatnya perkembangan Indonesia membuat persaingan semakin
menantang. Banyak generasi muda berlomba-lomba menjadi yang terbaik agar bisa
lolos masuk sekolah dan universitas terbaik, perusahaan terbaik dan karir yang
terbaik.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Para siswa belajar keras termasuk ikut kursus dan bimbingan
belajar untuk masuk ke sekolah impian melalui ujian nasional dan seleksi masuk
universitas, beasiswa, dan kemudian seleksi kerja. Bahkan banyak yang
mengorbankan waktu keluarga.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Namun, banyak dari mereka mungkin mengalami depresi karena terlalu
banyak ekspektasi yang harus dipenuhi. Hal ini dapat berdampak pada cara mereka
belajar. Mereka akan belajar secara berlebihan (overstudy) sehingga dapat
mempengaruhi kesehatan mereka. Kondisi ini baru-baru ini mendapat perhatian dan
telah diusulkan sebagai kondisi klinis: <b><i>studyholism</i></b>.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">KAPAN MENGIDAP STUDYHOLIC</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">?<br /><o:p></o:p></span></b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Siapa pun dapat memiliki <i>studyholism</i>, terutama mereka yang
memiliki harapan tinggi pada tingkat pendidikan tertentu. Namun, tidak semua
orang yang suka belajar dianggap sebagai <i>studyholic</i>. Sampai sejauh mana
seseorang yang giat belajar dianggap sebagai <i>studyholic</i>?</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Studi Loscalzo dan Giannini pada 2020 mengidentifikasi beberapa
ciri seseorang yang cenderung memiliki <i>studyholism</i>.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">1. <b>Anda khawatir tentang masalah yang
berhubungan dengan belajar meski Anda tidak sedang belajar</b></span></span><span style="font-size: 12pt; text-indent: -18pt;">.
Seseorang yang khawatir tentang masalah studi meski mereka tidak belajar
mungkin cenderung memiliki studyholism. Kekhawatiran ini bisa muncul kapan
saja, seperti saat berlibur, berolahraga, bermain, dan aktivitas lain yang
tidak berkaitan dengan belajar.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-indent: -18pt;"><br /></span><span style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">2. <b>Anda tidak bisa bersantai karena Anda
khawatir tentang belajar</b></span></span><span style="font-size: 12pt; text-indent: -18pt;">. Seseorang yang tidak terus-menerus
peduli dengan belajar bisa menjadi gelisah. Perasaan tidak nyaman ini dapat
terjadi terus menerus dan mengganggu aktivitas.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-indent: -18pt;"><br /></span><span style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">3. <b>Anda selalu merasa cemas atau gugup
karena masalah yang berkaitan dengan belajar.</b></span></span><span style="font-size: 12pt; text-indent: -18pt;"> Seseorang
yang sering memiliki kecemasan berlebihan tentang berbagai masalah yang
berkaitan dengan belajar dapat cenderung memiliki studyholism. Kecemasan ini
biasanya datang terus menerus dan berulang-ulang. Seseorang tidak dapat
mengatur emosinya sendiri dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan
belajar.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; text-indent: -18pt;"><br /></span><span style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt;">4. <b>Anda merasa terbebani dengan semua hal
yang harus Anda lakukan.</b></span></span><span style="font-size: 12pt; text-indent: -18pt;"> Seseorang yang merasa terbebani oleh
tanggung jawabnya dapat cenderung memiliki studyholism. Seseorang yang tidak
bisa mengatur waktu dan dibebani dengan tumpukan masalah belajar dapat
menurunkan produktivitasnya.<br /></span><b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> <br /></o:p></span></b><b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">INI DIA GIAT BELAJAR<br /></span></b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Loscalzo dan Giannini juga mengidentifikasi ciri-ciri seseorang
yang giat belajar. Seseorang yang giat belajar berbeda dengan <i>studyholism</i>
karena tidak akan merasa tertekan atau terbebani dengan kegiatan belajarnya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /> </span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">1. <b>Anda bangga dengan kualitas pembelajaran Anda</b>. Seseorang
yang bangga dengan kualitas belajarnya merupakan orang yang giat belajar.
Mereka tidak akan merasa cemas atau tertekan dengan cara mereka belajar. Mereka
bangga dan terus memperbaiki diri.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">2. <b>Anda belajar sangat keras untuk mendapatkan nilai terbaik</b>.
Seseorang yang belajar untuk mendapatkan nilai terbaik termasuk orang yang giat
belajar. Mereka tidak akan belajar berlebihan sehingga mereka merasa cemas.
Mereka akan belajar cukup tapi tetap memberikan yang terbaik.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">3. <b>Keinginan Anda untuk mendapatkan nilai terbaik memotivasi
Anda untuk belajar.</b> Seseorang yang giat belajar dapat memotivasi dirinya
sendiri. Mereka akan belajar dengan giat karena itulah yang mereka inginkan.
Tidak ada paksaan yang mengharuskannya untuk mencapai targetnya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">4. <b>Anda melakukan yang terbaik untuk mendapatkan nilai terbaik.</b>
Seseorang yang giat belajar akan melakukan yang terbaik untuk mencapai
tujuannya. Nilai bukanlah tujuan utama, tapi dia akan berusaha sebaik mungkin
untuk itu.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">DAMPAK BURUK <i>STUDYHOLISM<br /></i></span></b><i><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Studyholism</span></i><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> adalah
suatu kondisi yang perlu dinilai oleh klinisi sehingga karakteristik seseorang
bisa dinilai dan diperbaiki. Namun, kesadaran terhadap studyholism diperlukan
karena seseorang dengan studyholism yang tidak segera mendapat penanganan yang
tepat dapat menimbulkan beberapa dampak negatif dalam hidupnya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Stres tinggi. Seseorang dengan studyholism dapat memiliki tingkat
stres yang tinggi. Stres ini biasanya muncul dari dalam diri karena
ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Mereka akan cenderung menyalahkan diri
sendiri atas apa yang tidak dapat mereka capai.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kualitas hidup yang rendah. Seseorang dengan studyholism memiliki
kualitas hidup yang rendah karena berbagai tekanan yang diterimanya. Sayangnya,
orang dengan studyholism cenderung melihat kegiatan belajar sebagai jalan
keluar. Hal ini membuat mereka terus berada di bawah tekanan yang luar biasa
jika tujuan mereka tidak terpenuhi lagi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Gangguan tidur. Seseorang dengan studyholism memiliki gangguan
tidur. Hal ini biasanya terjadi bukan karena mereka meluangkan waktu untuk
belajar dengan giat tapi karena pikiran mereka tidak tenang akibat tekanan dan
masalah belajar. Hal ini membuat mereka tidak dapat beristirahat dan malah
mencoba untuk tetap terjaga untuk memikirkan situasinya.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Prestasi akademik yang buruk. Seseorang dengan studyholism
cenderung memiliki prestasi akademik yang buruk. Hal ini terjadi karena mereka
melihat kegiatan belajar sebagai beban. Oleh karena itu, mereka tidak dapat
menerima berbagai ilmu dengan baik dan berdampak pada prestasi akademik yang
buruk.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><b><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">MENCEGAH STUDYHOLISM<br /></span></b><i><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Studyholism</span></i><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> memiliki
dampak yang luas, terutama pada generasi muda. Namun, bukan berarti kondisi ini
tidak bisa dicegah. Ada beberapa hal sederhana yang dapat Anda lakukan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Untuk lembaga pendidikan</b>. Anda dapat menciptakan iklim belajar
yang mendukung. Lingkungan belajar yang terlalu kompetitif di sekolah berkaitan
dengan <i>studyholism</i>, terutama pada generasi muda yang punya harapan
tinggi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Untuk orang tua.</b> Anda dapat menciptakan iklim belajar yang
menyenangkan dengan belajar bersama anak Anda. Pastikan Anda juga memberikan
pujian dan pengakuan atas prestasi anak Anda. Di sisi lain, pastikan Anda juga
hadir untuk menemani anak Anda saat mereka mengalami kegagalan di sekolah.
Jangan salahkan anak Anda atas cara mereka belajar, tapi Anda dapat
berkomunikasi untuk menentukan cara terbaik untuk belajar dan menghindari
tekanan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><br /></span><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><b>Untuk siswa</b>. Anda bisa memulainya dengan introspeksi. Apakah Anda
merasa nyaman belajar? Jika tidak, coba kenali hal-hal yang membuat Anda tidak
nyaman. Bisa jadi, hal tersebut berasal dari pikiran Anda sendiri.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">(sumber:</span><a href="https://theconversation.com/terlalu-terobsesi-untuk-belajar-mungkin-kamu-mengidap-studyholism-170575" style="font-size: 12pt;">https://theconversation.com/terlalu-terobsesi-untuk-belajar-mungkin-kamu-mengidap-studyholism-170575</a>)</div>
<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-62016569132180864862021-10-01T22:59:00.004+07:002021-10-01T23:02:17.905+07:00PENGEMBANGAN PROGRAM LAYANAN PERENCANAAN BELAJAR INDIVIDUAL (INDIVIDUAL LEARNING PLAN) BERBASIS TERAPI BERFOKUS SOLUSI<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Latar Belakang<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Program
Bimbingan dan Konseling (BK) Sekolah di Indonesia secara umum masih perlu
pembenahan. Berbagai faktor memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kondisi program BK di
sekolah-sekolah Indonesia. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
lemahnya program BK adalah faktor SDM guru BK (seperti: latar belakang
pendidikan dan karakter), sistem, iklim dan budaya sekolah.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Guru
BK sebagian mereka<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berlatar belakang
pendidikan Sarjana Strata 1 FKIP<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>non BK.
Simpulan tersebut diantaranya didukung data hasil identifikasi guru BK yang
mengikuti<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>PLPG di Rayon 13 FKIP UNS
sejak tahun 2008-hingga 2011,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>rata-rata
mereka yang berlatar S1 BK<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berkisar
antara 30-35%, sisanya adalah S1 non BK (Sutarno, 2009). Faktor lain yang
berpengaruh terhadap rendahnya kualitas program BK adalah rendahnya karakter
yang dimiliki guru BK seperti integritas, inovatif dan kreativitas,
professionalitas, kerja keras, sehingga dalam<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>menjalankan tugas dan fungsinya belum optimal. Kondisi ini dapat dilihat
dari produk dari perencanaan, pelaksanaan maupun hasil dari suatu program BK di
sekolah yang dari tahun-ke tahun berikutnya tidak ada perubahan yang
signifikan. Mereka mensikapi dan memaknai program BK sebagai kegiatan rutin dan
monoton. Di beberapa sekolah di suatu wilayah, penyusunan program BK dilakukan
secara bersama dalam forum Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) yang
hasilnya diterima sebagai model program BK. Model program tersebut selanjutnya
diterapkan di sekolah masing-masing, yang tentunya belum sejalan dengan visi,
misi, dan tujuan, serta kebutuhan sisiwa di sekolah masing-masing. Guru BK juga
nampak kurang menunjukkan sikap profesionalitas mereka, yaitu memiliki komitmen
untuk selalu berupaya mengembangkan diri melalui praksis BK di sekolahnya
maupun melakkan kajian-kajian ilmiahnya. Salah satu indicator kurang memiliki
sikap profesionalan ini dapat dilihat dari aktivitas mereka saat “mengikuti”
kegiatan ilmiah ke-BK-an seperti seminar, workshop dan sejenisnya. Pada saat
mengikuti kegiatan tersebut sebagian besar mereka lebih berorientasi pada
keinginan mendapatkan “sertifikat” alih-alih pengembangan kompetensi diri dan
peningkatan profesionalitas di bidangnya. Perolehan atau pengumpulan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sertifikat dari kegiatan ilmiah tidak lain
dalam upaya mereka untuk memenuhi persyaratan kelengkapan portofolio
program<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sertifikasi guru pada saat itu.
Kondisi tersebut ditangkap sebagai peluang<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>oleh lembaga-lembaga pelatihan yang tidak bertanggung jawab<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk berjualan sertifikat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan membayar tanpa adanya proses
pendidikan dan pelatihan yang sesungguhnya. Fenomena ini dijumpai saat para
assessor memverifikasi dokumen atau portofolio sertifikasi guru, termasuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>guru BK.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Berdasarkan
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa program BK di sekolah belum memenuhi
harapan SNPI khususnya standar mutu, proses, dan pengelolaannya. Begitu luas
perihal Program BK, diantara sisinya yang menarik untuk dikaji adalah struktur
program layanan perencanaan individual siswa. Program ini nampak belum banyak
tersentuh oleh para konselor di sekolah Indonesia pada umumnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Individual
Learning Plan (ILP)<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Perencanaan
belajar individual (<i>Individual Learning Plan</i> “ILP”) adalah “a format
that identifies what is to be achieved and looks toward the future” (Spear G.L,
2000). Spear mempertentangkan antara Learning Record<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(LR) versus Learning Plan. Learning Record<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diistilahkan pula sebagai Traditional Four
Year Plan yaitu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>A format that serves as
a learning record and looks toward the past (Lampiran 1: Contoh format LR);
sedangkan Individual Learning Plan sebagaimana dedefinisikan di atas (Lampiran
2: contoh format ILP). ILP merupakan salah satu dari struktur program BK di
sekolah. Muro dan Kottman (1995) mengemukakan struktur program bimbingan
diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>yaitu: Layanan dasar bimbingan, Layanan responsif, Layanan perencanaan
individual,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan Layanan dukungan sistem.
Klasifikasi tersebut selanjutnya digunakan dalam penyesusunan struktur program
BK di sekolah-sekolah Indonesia baik untuk jenjang SLTP maupun SLTA (Ditjen
PMPTK, 2007). Struktur program Layanan perencanaan individual dalam struktur
program BK diartikan sebagai proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan
dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya
berdasarkan pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Program layanan ini di
sekolah bertujuan untuk membantu siswa agar (1) memiliki pemahaman tentang diri
dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan (3) Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan,
dan rencana yang telah dirumuskannya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">ILP
memberikan tiga<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>manfaat bagi para siswa:
(1) menjadi benchmarks prestasi akademik, (2) memberikan perhatian pada siswa
apa yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terjadi padanya di luar gedung
sekolah; dan (3) memberikan suatu proses dan produk yang dapat membuka peluang
untuk mendapatkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pendidikan dan karir
di waktu mendatang (Spear G.L, 2000). Program ini dipersiapkan bagi para siswa
untuk selalu mengorientasikan belajarnya di masa depanya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Spear G.L (2000) mengembangkan tujuan belajar
yang berorientasi masa depan ke dalam tiga domain yaitu: rencana tindak
akademik (seperti: perencanaan studi, prestasi, kelulusan, dan sejenisnya);
rencanan tindak karir (seperti: perencanaan kelompok bidang pekerjaan,
perencanaan studi, pengalaman, pendidikan dan sejenisnya); dan rencana tindak
personal/sosial (seperti dalam berhubungan dengan <i>peer</i>, keluarga dan
teman, organsisai,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masyarakat dan
sejenisnya).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Rasional
program ILP dicanangkan di sekolah, karena program ILP memberikan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berbagai manfaat bagi siswa khususnya, dan
bagi guru dan sekolah serta orang tua pada umumnya. Spear (2008) menyatakan
bahwa ILP <br />
dapat mereduksi adanya kegagalan-kegagalan seperti: kegagalan untuk putus
sekolah, kegagalan untuk tidak terhubung dengan tujuan pendidikan di pergguruan
tinggi; kegagalan untuk terhubung dengan orang dewasa; dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kegagalan untuk masa transisi ke lingkungan
baru (Spear, 2008). Spear juga menyatakan bahwa ILP bermanfaat bagi siswa
diantaranya adalah: (1) Siswa akan bertanggung jawab terhadap masa depan
mereka;<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(2) Siswa dan orang tua
mendapatkan wawasan tentang pertumbuhan dan perkembangannya; (3) Orang tua
merasa lebih inform dan terlibat dalam perkembangan anaknya; (4) Siswa dan
orang tua termotivasi untuk terlibat dalam perencanaan untuk pasca-sekolah; (5)
Kecemasan siswa terhadap tujuan sekolah dan masa depan berkurang; dan (6)
Terjalin dan terkembangkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hubungan
antara sekolah, orangtua, dan siswa untuk memastikan keberhasilan akademik. Sedemikian
banyak manfaat ILP bagi siswa orang tua, guru dan sekolah disatu sisi, namum di
sisi lain program tersebut belum pula mendapatkan perhatian di sekolah-sekolah
khususnya di sekolah tingkat pertama (SMP atau MTs) di Indonesia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Hasil
survei sementara mengenai pemrogram ILP di sekolah dengan jumlah responden<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>103 guru BK, 60 konselor diantaranya adalah
konselor atau guru BK<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>SMP dan MTS, dan
43 konselor<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>SMA dan SMK. Rerata masa
kerja mereka<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagai guru BK 8,4 tahun.
Mereka menjadi guru BK<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di wilayah Dinas
Pendidikan kabupaten/kota Purwodadi, Sragen, Boyolali, Klaten, Temanggung,
Wonosobo, Banjarnegara dan Surakarta) sebagaimana Tabel 1. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Tabel 1. Pelaksanaan
Program Perencanaan Individual Menurut Guru BK SMP, MTs dan SMA, SMK di 8
Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah (N=93, dengan rata-rata masa kerja 8
tahun sebagi guru BK)<o:p></o:p></span></b></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"><o:p> </o:p></span></b></p>
<div align="center">
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-insideh: .5pt solid black; mso-border-insidev: .5pt solid black; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-table-layout-alt: fixed; mso-yfti-tbllook: 1184; width: 472px;">
<tbody><tr style="height: 2.75pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border: 1pt solid black; height: 2.75pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 2cm;" width="76">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">No<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td rowspan="3" style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid windowtext; border-top: 1pt solid black; height: 2.75pt; mso-border-bottom-alt: windowtext; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-right-alt: windowtext; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: black; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 81.05pt;" width="108">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Lembaga Sekolah<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td rowspan="3" style="border-left: none; border: 1pt solid windowtext; height: 2.75pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 31.5pt;" width="42">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">f<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td colspan="6" style="border-left: none; border: 1pt solid black; height: 2.75pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 184.5pt;" valign="top" width="246">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Melaksankan ILP<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 8.05pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td colspan="2" style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.05pt; mso-border-bottom-alt: windowtext; mso-border-left-alt: windowtext; mso-border-right-alt: black; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 61.5pt;" width="82">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Ya<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td colspan="2" style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.05pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 60pt;" width="80">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Tak terprogram<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td colspan="2" style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.05pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" width="84">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Tidak<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="height: 8.5pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.5pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-right-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">f<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.5pt; mso-border-bottom-alt: windowtext; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-right-alt: black; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: windowtext; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">%<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.5pt; mso-border-bottom-alt: windowtext; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-right-alt: black; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: windowtext; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">f<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.5pt; mso-border-bottom-alt: windowtext; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-right-alt: black; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: windowtext; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.25pt;" valign="top" width="39">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">%<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.5pt; mso-border-bottom-alt: windowtext; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-right-alt: black; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: windowtext; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 32.25pt;" valign="top" width="43">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">f<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid windowtext; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; height: 8.5pt; mso-border-bottom-alt: windowtext; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-right-alt: black; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: windowtext; mso-border-width-alt: .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">%<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;">
<td style="border-top: none; border: 1pt solid black; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 2cm;" valign="top" width="76">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">1<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 81.05pt;" valign="top" width="108">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">SMP dan MTs<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 31.5pt;" valign="top" width="42">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">60<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">1<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">2<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">9<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.25pt;" valign="top" width="39">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">17<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 32.25pt;" valign="top" width="43">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">50<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">83<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;">
<td style="border-top: none; border: 1pt solid black; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 2cm;" valign="top" width="76">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">2<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 81.05pt;" valign="top" width="108">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">SMU & SMK<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 31.5pt;" valign="top" width="42">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">43<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">4<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">12<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">9<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.25pt;" valign="top" width="39">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">27<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 32.25pt;" valign="top" width="43">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">20<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">61<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td colspan="2" style="border-top: none; border: 1pt solid black; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 137.75pt;" valign="top" width="184">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Jumlah<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 31.5pt;" valign="top" width="42">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">103<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">5<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">5<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">18<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.25pt;" valign="top" width="39">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">20<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 32.25pt;" valign="top" width="43">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">70<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: 1pt solid black; border-left: none; border-right: 1pt solid black; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 30.75pt;" valign="top" width="41">
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">75<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Berdasarkan
hasil studi awal sebagaimana data Tabel 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa
terdapat 5 orang guru BK (1 guru BK SMP dan 4 Guru BK SMA dari 93 orang )
menyatakan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>telah melaksanakan program
layanan ILP bagi siswa;<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>9 orang guru BK
SMP/Mts dan 9 orang guru BK SMA/SMK dari 103 responden merasa telah
melaksanakan layanan ILP, namun tidak terprogram secara utuh; dan 50 guru BK
SMP/MTs dan 20 guru BK SMA/SMK dari 103 responden tidak melaksanakan atau belum
mengetahui apa itu program ILP atau layanan perencanaan belajar individual
siswa. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru BK belum
melaksanakan program ILP. Bilamana ada sebagian kecil mereka yang telah
melaksanakan itupun merupakan bagian atau potongan-potongan dari program layanan
ILP alih-alih sebagai suatu kesatuan program yang utuh, sistematis dan yang
dilaksankan secara sistemik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Ada
beberapa rasional atau sebagai meta analisis yang dapat dijelaskan mengenai
hasil survei tersebut. Pertama, program perencanaan individual siswa telah
tercantum pada “Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Pada Jalur
Pendidikan Formal” yang diterbitkan Ditjen PMPTK Depdiknas. 2007. Bila
dicermati salah satu acuan dari rambu-rambu penyelenggaraan BK di sekolah
tersebut adalah <i>South Dakota Comprehensive School Counseling Model</i>
“SDCSCM” (Duncan, 2006).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dalam
rambu-rambu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tersebut dicantumkan salah
satu diantara 4 struktur program BK di sekolah adalah perencanaan individual;
sedangkan di dalam SDCSM di bagian XI terdapat jenis layanan Individual
learning plan. Bila analisis ini, diasumsikan benar adanya, maka dari sisi SDM
BK di sekolah yang menjadi responden tersebut<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>(maupun yang tidak menjadi responden) ketika dalam masa perservice
training (selama masa studinya sebelum tahun 2007) kemungkinan besar isi
kurikulumnya S1 mereka belum memuat program perencanaan individual. Ini berarti
bahwa bagi mereka yang bukan sarjana BK tentu saja jelas<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak memiliki kompetensi akademik yang
memadahi khususnya dalam program layanan perencanaan inidvidual, bagi merekapun
yang berlatar sarjana BK tamatan tahun 2000-an kemungkinan belum pula tercantum
secara eksplisit atau implisit tentang subtansi program perencanaan individual
dalam kurikulum yang mereka tempuh. Kedua, program perencanaan individual,
tentunya telah disosialisaikan setelah tahun 2007, barangkali diantara sebagian
besar mereka belum mendapatkan sosialisasi dari pihak yang berkompeten.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Terlebih
lagi para guru BK di sekolah cenderung<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kurang memiliki komitmen untuk mengembangkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diri<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>termasuk
menembangkan program-program BK di sekolahnya melalui<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penelitian dan kajian-kajian ilmiah di bidang
ke-BK-an. Kondisi ini diperparah lagi oleh sistim, iklim dan regulasi
penyelenggaraan program BK di sekolah yang jauh dari karakteristik profesional.
Peran dan fungsi guru BK sebagai pendisiplin siswa, mengatasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>problem-problem<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>siswa, pembina osis, pengajar mata pelajaran
seni-kria, pengisi jam kosong saat guru mata pelajaran berhalangan hadir, dan
sejenisnya adalah indikasi belum profesionalnya penyelenggaraan program BK di
sekolah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Meta
analisis terhadap hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa belum
terselenggarakannya program ILP di sekolah menjadi wajar terjadi, meskipun dari
sisi konsep, tujuan dan manfaatnya relevan adanya dan mampu untuk mendukung
keberhasilan studi siswa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">ILP
selalu diorientasikan pada kesuksesan siswa di masa depan. Dalam konteks
orientasi masa depan dapat dikonstruksi multi-dimensional multiple-step future
orientation models (model<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>multi demensi
dan multi langkah orientasi masa depan). Model ini pada awalnya dikembangkan
oleh Nurmi (1989, 1991). Model ini<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>terdiri tiga komponen yaitu: motivation, planning, and evaluation. Oleh
sebab itu, dalam proses ILP para siswa hendaknya ditumbuhkan motivasinya agar
sukses di masa depan. Cara memotivasi salah satunya dapat dilakukan melalui
pelatihan penumbuhan motivasi. Menurut Packkard (2003) mentoring (pelatihan)
dapat secara positif<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berpengaruh
terhadap motivasi pilihan karir murid.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Oleh sebab itu, ILP perlu dilakukan dalam upaya memberikan pengaruh
terhadap rintisan karir melalui penyiapan diri dalam belajar secara terprogram.
Bilamana siswa telah tumbuh motivasinya dapat diikuti dengan penyususunan ILP
dan dilanjutkan dengan pelaksanaannya. Selama proses implementasi ILP, para
siswa bersama dengan guru dan atau konselor, beserta orang tua akan selalu
memonitor dan mengevalusi perkembangan keberjalanannya program tersebut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Seginer,
Nurmi, and Poole (Seginer, Nurmi, & Poole, 1991; Seginer, 1995, 2000)
mengembangkan model Nurmi (1989, 1991)<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>tersebut dengan mencantumkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tiga
komponen yaitu motivasi, kognisi, dan tingkah laku serta hubungan antara
ketiganya yang berkait dengan orientasi masa depan (Gambar 1). <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGv_ZylJXkgVh5njgUZF3UTlKxL29gJVDMDV5nqLEcshyoKdOCfv4wW7BfvLT4EkIPQ6jqJbZrrEPiLUeol_NLfNQf1Vzt56kmG1D-bEqUXauvBo0rWNpn1hcik-pmMjMNivrAR7fZFtw/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="218" data-original-width="606" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGv_ZylJXkgVh5njgUZF3UTlKxL29gJVDMDV5nqLEcshyoKdOCfv4wW7BfvLT4EkIPQ6jqJbZrrEPiLUeol_NLfNQf1Vzt56kmG1D-bEqUXauvBo0rWNpn1hcik-pmMjMNivrAR7fZFtw/s16000/image.png" /></a></div><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Gambar 1. The future orientation thre component model<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Berdasarkan
model sebagaimana Gambar 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk dapat sukses
di masa depan, individu harus memberdayakan tiga komponen yaitu motivasi,
kognisi dan representasi (pengejawantahan) dalam bentuk berperilaku riil.
Komponen motivasi berkait dengan masa depan dapat diartikan sebagai dorongan
dari dalam diri seseorang untuk bertindak agar mencapai sesuatu yang diinginkan
di waktu mendatang. Kemampuan memotivasi merupakan keterampilan seseorang
memberikan dorongan baik kepada orang maupun dirinya sendiri, sehingga ia atau
dirinya melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen motivasi
terdiri dari value, ekspektansi, dan control diri. Value atau nilai diri yaitu sesuatu yang
berarti dan berharga bagi kehidupan individu. Value ini harus dimengertikan dan
dipahamkan terlebih dahulu pada fase persiapan ILP. Demikian pula aspek
ekspektansi dan kemampuan mengendalikan diri
menjadi bagian penting dalam persipan
proses melaksanakan ILP. Berkait dengan komponen motivasi, DuBrin (2009)
menyatakan bahwa untuk memotivasi dapat dilakukan dengan empat strategi: (1)
What’s In It For Me (WIIFM): apa gunanya buat saya?; (2) Penciptaan kebutuan;
(3) Penetapan tujuan; dan (4) Penciptaan harapan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Komponen
kognitif dalam aspek orientasi masa depan,
para peneliti telah tertarik pada tematik masa depan. Komponen kognitif dalam
model tersebut mempresentasikan orientasi masa depan dalam
dua demensi yaitu content (isi) dan valensi. Isi atau content memuat variasi domain kehidupan yang mana individu
mengkonstruk untuk masa depannya,
sedangkan valensi didasarkan pada asumsi
bahwa individu berhubungan dengan masa depan dalam term approach and avoidance
atau sebagai ekspresi harapan dan
ketakutan. Individu dalam fase persiapan
ILP juga harus dimengertikan atas komponen kognitif tersebut yang berkait dengan apa harapan untuk menjadi “sukses” dan ketakutan
tidak menjadi apa atau “kegagalan” apa yang harus dihindari agar tidak terjadi
di waktu mendatang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Komponen
behavior (tindakan) dalam model tersebut memuat dua aspek yaitu: mengeksplorasi
pilihan masa depan dengan cara mencari nasihat, mengumpulkan informasi; dan
berkomitmen untuk mencapainya. Istilah komitmen disini diartikan sebagai
tindakan atau upaya individu secara terus menerus tanpa putus asa untuk
mewujudkan tujuan di masa depannya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Bilamana,
model tersebut diaplikasikan dalam ILP maka yang harus dilakukan adalah
penyiapan siswa untuk menginternaslisasi 3 komponen tersebut. Tiga komponen
tersebut dapat dimaknai sebagai <i>soft skills</i> individu yang diperlukan
dalam menjalankan ILP. Proses penumbuhkembangan soft skills ini pada individu
dapat dilakukan melalui program pelatihan dalam konteks penyiapan ILP. Program penyiapan ini dapat dikatakan sebagai
fase awal dalam ILP.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Fase
kedua, adalah fase operasionalisasi atau
pelaksanaan ILP. Dalam fase pelaksanaan
ini memuat dimensi sasaran, isi, waktu strategi dan proses, serta seting tujuan
(goal setting). Demensi sasaran, berkait dengan siapa individu yang
hendak dikenai ILP, dan siapa saja yang secara signifikan ikut serta
menjalankan dan bertanggung jawab atas keberlangsungan program ILP tersebut. Misalnya, bilamana penerapan program ILP di SMP, maka
yang menjadi sasaran adalah seluruh siswa, sedangkan orang yang signifikan
terlibat adalah kepala sekolah, guru/wali kelas, konselor, dan orang tua siswa.
Demensi isi, sebagaimana telah dikemukakan
di atas yaitu memuat variasi domain kehidupan yang mana individu
mengkonstruk untuk masa depannya.
Misalnya, demensi isi bagi siswa antara lain memiliki keterampilan belajar dan
memanaj waktu belajar, prestasi akademik
yang optimal, melanjutkan studi yang dicita-citakan, keterampilan
merintis karir sesuai dengan harapan dan sejeninsnya. Demensi waktu, berkenaan
dengan periode waktu ILP dioperasionalkan. Periode waktu pelaksanaan ILP dapat
dibedakan atas jangka pendek, menengah dan panjang yang setiap periodenya
waktunya relatif sesuai kebutuhan. Dalam kontek ILP siswa SMP misalnya, periode
waktu dapat dikategorikan menjadi perode 3 bulan/semester untuk jangka pendek,
periode 1-2 tahun untuk jangka menengah,
dan perode 3-4 tahun untuk jangka panjang. Demensi strategi dan proses adalah
demensi yang memuat metode atau teknik, dinamika dan mekanisme sistem kerja
program ILP. Demensi strategi dan proses ini ditetapkan atas dasar hasil dari suatu kajian dan analisis yang
seksama terhadap suatu metode yang
dipandang memiliki pengaruh efektif
terhadap suatu program dalam hal ini adalah program ILP. Oleh sebab itu, dalam
demensi ini pemilihan strategi hendaknya didukung oleh kajian teoritik dan
hasil uji empiris atas keberhasilanya. Pemilihan strategi untuk diintervensikan
dalam proses program ILP menjadi pilihan yang harus dilakukan secara kritis dan taktis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Terapi Berfokus
Solusi<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Strategi
aplikasi Terapi Berfokus Solusi (TBS) merupakan salah satu alternatif yang
dipertimbangkan dalam ILP, karena berbagai dasar dan alasannya. Bilamana ILP
berorientasi pada masa depan memuat domain sukses belajar atau sukses akademik,
sukses personal dan sosial, serta sukses karir, maka metode TBS dapat diaplikasikan sebagai
strategi untuk pencapaian kesuksesan tersebut karena ia juga berorientasi pada
demensi sukses masa depan.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">Terapi berfokus solusi (TBS) sebagai salah satu
pendekatan konseling postmodern, diusung oleh beberapa tokoh yang dipeloporan
Insoo Kim Berg dan Steve De Shazer sebagai direktur eksekutif dan peneliti
senior di lembaga bantuan </span><i style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">Brief Family Therapy Center</i><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"> (BFTC) di
Milwaukee, Wisconsis, Amerika Serikat pada awal tahun 1980. Pada awalnya, TBS
sebagai pendekatan baru untuk terapi singkat (de Shazer, 1982) yang sebagian
berasal dari karya Mental Research Institute (Watzlawick, Weakland , &
Fisch, 1974 dan Milton Erikson Zeig, 1985 dalam Smock, dkk 2010). De Shazer dkk
(1986) mendeskripsikan prinsip yang mendasari TSBS yaitu ''memanfaatkan apa
yang</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">dimiliki klien untuk membantu
mereka memenuhi kebutuhan mereka, sehingga membuat hidup mereka memperoleh
kepuasan diri (hal. 208). TBS mengasumsikan bahwa klien adalah makhluk
potensial, sehat, dan berdaya. Dalam pandangan TBS individu</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">memiliki kekuatan yang aktif yang berarti
bahwa itu</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">bukan</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">karena mereka</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">tidak bisa memecahkan masalah tanpa mendapatkan pelatihan tambahan,
melainkan mereka memiliki kekuatan yang melekat pada dirinya, sehingga mereka
dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah mereka (Kelly;</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">Kim;</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">Franklin,</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">2008) termasuk dalam
ilmplementasi program ILP. Gambar 2 berikut merupakan wujud penerapan TBS di
sekolah yang menunjukkan bagaimana pemberdayaan kekuatam klien diperankan.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnuxJzJHqHdvzIXsERz-mYbrjptyyWscR8V04_b-OQH-omg3daxzghSG6D-o1Dhqfx2wuuCl1a_29SckSfUnz0ub5fMcqxTYjpU4eB97PD9hS9HrOGTP7eme28NseLSqO2wYusrnMjc6o/" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="291" data-original-width="322" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnuxJzJHqHdvzIXsERz-mYbrjptyyWscR8V04_b-OQH-omg3daxzghSG6D-o1Dhqfx2wuuCl1a_29SckSfUnz0ub5fMcqxTYjpU4eB97PD9hS9HrOGTP7eme28NseLSqO2wYusrnMjc6o/s16000/image.png" /></a></div><br /><p></p><p align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Gambar 1. Solution
building school (diadaptasi dari Kelly, Kim , dan Franklin C, 2008)<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">TBS
sebagai teknik terapi dalam membantu klien lebih berorientasi pada masa depan
alah-alih mendasarkan pada masa lalu sebagaimana terjadi pada pendekatan
konseling modern pada umumnya. Ini berarti
bahwa manusia itu kompeten mengatasi problem-problem yang dihadapinya temasuk
didalamnya mampu membuat rencana masa depannya. “Solusi” adalah kata kunci
mengantikan kata “problem” atau “masalah”. Manusia dalam berkehidupan tidak
perlu terpaku pada masalah, namun perlu berfokus pada solusi. Steve DeShazer
mengatakan bahwa untuk menyeleseaikan atau memecahkan suatu problem, kita tidak
seharusnya mengetahui penyebabnya terlebih dahulu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">TBS
tidak berfokus pada pemahaman terhadap masalah sebagai cara untuk berubah,
tetapi lebih berfokus pada pemahaman yang lebih banyak pada bagaimana ke
depan hal-hal yang lebih baik terjadi setelah masalah
terpecahkan. Dalam kontek ILP, problem
belajar siswa di masa lalu tidak menjadi focus perhatian, melainkan lebih berfokus
pada keberhasilan belajar apa saja yang akan diwujudkan di masa depan. DeShazer
juga menegaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara problem dengan
solusinya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Dalam
terapi TBS, klien memiliki tujuan sendiri yang akan ia capai, demikianpun dalam
program ILP siswa menetapkan tujuan-tujuan apa yang hendak dicapai di waktu
maendatang. Dengan kata lain, dalam TBS pertanyaan mengapa tidak lebih penting
daripada bagaimana. Bilamana pemecahaman
masalah atau perencanaan individu mendasarkan pada latar belakang masalah dan
sumber penyebabnya, maka itu hanya sama dengan Learning Record yang
merupakan suatu format layanan
konvensional yang berupa catatan hasil belajar dan melihat ke masa lalu;
berbeda dengan itu, program ILP merupakan suatu format yang mengidentifikasi
apa yang akan dicapai dan selalu melihat masa depan (Spear, 2000).<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Pada
intinya, terapis TBS akan membantu siswa mengembangkan visinya secara jelas dan membantu mereka melihat kehidupan yang lebih baik di masa depannya.
Sebagaimana dalam ILP para siswa diminta untuk merumuskan tujuan (goal setting), kemudian terapis meminta klien untuk mencari
bagian yang diinginkan yang sudah terjadi
sebelumnya dan memperluas pengaruhnya. Proses ini disebut dengan
exeptions (pengecualian). <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Dalam
proses terapi, O’Hanlon dalam Corey (2005) megemukan janganlah berlama-lama
menganalisis masalah dan sumber penyebabnya, namun segeralah bergerak dan bertindak dengan memulai upaya menemukan solusi-solusi
dan menyelesaikan atau memecahkan problemnya. Dalam fase ini, pertanyaan
penting yang perlu diperhatikan adalah kekuatan apa yang bisa membantu klien
dan terapis berinisiasi unutk berpindah dari upaya yang berorientasi problem ke
upaya berfokus solusi? Kekuatan itu tidak
terletak pada masa lampau, melainkan pada masa
kini dan masa depan. Pada persepktif masa kini dan masa depan, merupakan
kekuatan yang mendorong manusia untuk meraih kehidupan yang lebih sehat dan
tujuan-tujuan yang lebih membahagiakan dirinya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Berdasarkan
inspirasi dari Berg & Miller (1992) dan Walter & Peller (1992),
Prochaska & Neorcross (2003) merangkum tujuh karakteristik tujuan
terapeutik TBS, yaitu hendaknya: (1) Bersifat positif; (2) Mengandung proses;
(3) Memuat ide tentang kurun kini/sekarang; (4) bersifat praktis; (5) Merumuskan tujuan
se-spesifik-mungkin.”; (6) Menekankan pada internal locus of control; dan (7)
Menggunakan bahasa klien. Tujuh karakteristik TBS tersebut layak menjadi acuan dalam operasionalisasi dalam strategi
ILP. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Proses
terapiutik TBS secara keseluruhan mencakup dua aktivitas utama, yaitu (1)
aktivitas menumbuhkembangkang kesadaran (conciusness raising); dan (2)
aktivitas membuat pilihan sadar (choosing).
Dalam proses penumbuhkembangkan kesadaran terapis TBS membantu klien untuk menyadari
kekecualian-kekecualian (exceptions) dari pola-pola problem mereka. Disaat
menemukan kekecualian diharapkan klien memiliki kontro diri terhadap sesuatu yang selama dirasa sebagai
problem yang tak mungkin diatasi dapat
dikurangi. Perkeculian selalu ada dalam kehidupan setiap individu siswa.
Bagi siswa yang sangat sulit memfokuskan diri pada kekecualian yang positif,
terapis bisa mengajukan pertanyaan mukjizat (miracle question). Di samping itu, dalam kontek ILP
penumbuhkembangan kesadaran dapat dimulai pada saat membangun soft skills yaitu
pada fase penyipan program ILP.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Tahap
kedua yaitu membuat pilihan sadar. Pilihan sadar terhadap tujuan-tujuan yang
menentukan masa depan klien. Sejalan dengan semaskin meningkatnya kesadarannya
tentang kekecualian positif, mereka akan bisa membuat pilihan sadar untuk
menciptakan lebih banyak lagi kekecualian-kekecualian yang mungkin diterjadikan
pada dirinya di waktu mendatang.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Implementasi
startegi TBS dalam ILP, dapat dilakuan dengan mengembangkan langkah-langkah
pelaksanaan membangun solusi TBS. Langkah-langkah membangun solusi secara TBS
menurut DeShazer, dalam Prochaska & Norcross (2003) yaitu: (1) Memfokuskan
diri pada tujuan; (2) Sejenak mendengarkan klien membicarakan problem-problem;
(3) Memfokuskan diri pada solusi; (4) Memfokuskan diri pada kekecualian; (5)
Membuat penilaian diantara pilihan sadar dengan spontanitas; (6) Melangkah dari
perubahan-perubahan kecil ke perubahan-perubahan yang lebih besar; (7) Selalu
menyadari bahwa setiap solusi adalah unik; (7) Mengembangkan solosi dari
percakapan; (8) Menggunakan bahasa klien. Berkait dengan langkah tersebut
DeJong & Berg dalam Corey (2005), mendeskripsikan struktur
penumbuhkembangkan solusi yaitu (1) Klien diberi kesempatan untuk
mendeskripsikan problem-problemnya; (2) Terapis bekerja sama dengan klien untuk
segera mungkin mengembangkan tujuan-tujuan yang jelas; dan (3) Terapis
menanyakan kepada klien tentang saat-saat ketika problem-problem klien
terjadi atau ketika problem-problem klien berkurang. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Pada
akhir setiap relasi terapeutik penumbuhkembangkan solusi (solution-building
conversation), terapis memberikan ringkasan umpan balik (summary feedback)
kepada klien. Terapis bersama klien mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai,
dengan menggunakan skala penilaian (rating scale). Hal ini dapat dikerjakan dalam pelaksanaan
program ILP dimana para siswa selalu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pencapaian target-target yang hendak dicapai dalam kurun waktu tertentu atau
disetiap periode. Selanjutnya, mereka menganalisis dan mendiskusikan dengan
orang yang signifikan dan menindaklanjutinya dengan perencanaan baru untuk
lebih mencapai keberhasilan di waktu berikutnya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Dalam
TBS, relasi terapiutik siswa di pandang
sebagi ahli (<i>expert</i>). Ia yang
paling mengetahui tujuan-tujuan yang ingin dibangun. Tujuan-tujuan itu selalu
unik buat setiap siswa dan dibangunnya untuk menciptakan hari depan yang lebih
baik; sedangkan konselor sebagai pakar
tentang proses dan struktur terapi, membantu klien dalam membangun
tujuan-tujuan mereka performansi yang lebih baik, lebih menghasilkan solusi sukses. Relasi mendasar pada
perspektif ini adalah suatu kolaborasi (kerja sama) antara dua pakar.
Setiap pakar yaitu klien dan terapis–memberikan andil untuk penumbuhkembangkan
sebuah solusi bersama. Relasi terapis dengan klien ditunjukan untuk meraih
suatu tujuan. Mekanisme relasi dan
kolaborasi seperti tersebut diberlakukan selama proses pelaksanaan program
ILP. Simpulannya adalah bahwa uraian
mengenai apa, bagaimamana, dan mengapa TBS tersebut di atas merupakan alasan
dipilih strategi TBS sebagai alternatif mengimplementasikan ILP di
sekolah. Bukti-bukti empiris mengenai
keberhasilan TBS diterapkan di sekolah, nampaknya menjadi alasan lain yang
dapat mendukung alasan teroritik dipilihnya strategi TBS dalam pengembangan
program ILP.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Penerapan
TBS di sekolah telah tumbuh selama lebih dari 10 tahun terakhir dan terus
menjadi wilayah yang menarik bagi para peneliti, pekerja sosial sekolah yang
berbasis sekolah profesional. TBS telah diterapkan di sekolah dengan sejumlah
masalah, termasuk masalah perilaku dan emosional siswa, masalah akademik, dan
keterampilan sosial (Kelly, Kim , dan Franklin C, 2008). Bahkan Metcaff (1998 dalam Smock, dkk 2008)
menyarankan bahwa dalam penerapan TBS dalam dalam seting kelompok dapat membangkitkan semangat, terutama
ketika bekerja dengan individu yang
sedang berjuang melawan “perilaku di luar-kontrol,'' ---sebagaimana sedang
bermalas-malas untuk tidak bertindak dengan komitmen dalam proses pelaksanaan
ILP di sekolah---<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">De
Jong dan Hopwood (1996) memberikan gambaran dari hasil studi yang dilakukan
Kiser (1988) yaitu berupa survei periodik (4, 6, 12 dan 18 bulan pasca terapi)
sebagai tindak lanjut untuk menentukan
apakah klien mereka telah mencapai tujuan
atau mengalami kemajuan yang
signifikan. Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat keberhasilannya
mencapai 80%, dengan 65,6% memenuhi
tujuan mereka, dan 14,7% membuat perbaikan yang signifikan. Pada 18 bulan
berikutnya, 86% dari klien dihubungi melaporkan keberhasilan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Hasil
penelitian kedua yang dilakukan De Jong dan Hopwood (1996) terhadap 275 klien
dalam aplikasi TBS selama
November 1992 sampai Agustus 1993. Studi ini mirip dengan studi Kiser
(1988) yaitu peserta atau klien dihubungi 7 sampai 9 bulan pasca terapi untuk dimintai tanggapannya berkait
dengan penerapan teknik scaling
question di setiap sesi untuk mengukur
kemajuan mereka. Perlu diketahui bahwa <i>scalling question</i> merupakan
teknik andalan dalam TBS yaitu sebagai <i>tools
that are used to identify useful differences for the client and may help to
establish goals as well</i> (Michael S.,
Kelly Johnny S., dan Franklin K.C., 2008). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 136 tanggapan peserta, 45% melaporkan mencapai tujuan
mereka, 32% melaporkan beberapa kemajuan ke arah tujuan mereka, dan 23%
pelaporan menyatakan tidak ada kemajuan setelah penghentian terapi. Pada
pengukuran hasil sesi berikutnya ada 141 tanggapan dihitung berdasarkan catatan
sesi terapis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25% melaporkan kemajuan yang
signifikan, 49% melaporkan cukup mengalami kemajuan, dan 26% melaporkan tidak
ada kemajuan. Teknik ini digunakan konselor untuk membantu klien bergerak dari
suatu tahap tujuan ke-tujuan berikutnya atau menuju ke arah langkah-langkah
yang lebih bersemangat dan mudah ditangani (Michael S., Kelly Johnny S., dan Franklin K.C.,
2008). Teknik kedua yaitu <i>coping
question</i> (CQ). CQ <i>designed to elicit information about client resources
that will have gone unnoticed by them</i> (Michael S., Kelly Johnny S., dan Franklin K.C., 2008).
Teknik ini lebih menekankan pada upaya pemberdayaan sumberdaya internal:
keterampilan, kekuatan, kualitas, kepercayaan klien dan kapasitas mereka yang
berguna; dan juga sumberdaya external: relasi yang mendukung, seperti: mitra,
keluarga, teman, dan pendukung yang lainnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Dalam
konteks program ILP di sekolah barangkali para siswa sementara ini tidak merasa
adanya problem dalam proses studi mereka. Kondisi tidak merasa adanya problem
tersebut, menurut Bordin dan Pepinsky adalah termasuk satu diantara 6 problem
yang mereka istilahkan problem “<i>no problem</i>”. Pada umumnya para siswa
bukan merasakan adanya masalah dengan
kebiasaan rutinitas belajar mereka dan prestasi belajar mereka; orangtua juga
terbiasa merasa cemas dan kebingungan menentukan pendidikan studi lanjut anak-anaknya. Kondisi
tersebut barangkali, karena hal itu dirasakan oleh hampir semua masyarakat
Indonesia akhirnya dianggap suatu yang harus terjadi atau bukan disikapi sebagai
masalah. Melalui program ILP, problem tersebut dapat dikurangi, karena para
siswa, orang tua dan sekolah (guru dan konselor) secara bersama-sama mendorong
siswa membuat perencanaan secara individual berkenaan dengan prestasi akademik,
dan karir mreka di masa depan. Strategi program ILP dengan berbasis pada TBS
dipandang sebagai suatu alternatif pilihan untuk mengatasi problem-problem
tersebut.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Kesimpulan
<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan model layanan program perencanaan
individual (ILP) menjadi suatu yang bermanfaat bagi para konselor dan guru
khususnya bagi para siswa dan orang tua. Bagaimana program ILP dikembangkan
menjadi format atau model yang layak, dapat diterima (<i>acceptable</i>) dan memberikan manfaat bagi berbagai pihak
khususnya siswa dan para konselor dan guru di sekolah adalah permasalahan yang
hendak dijawab? Pemaduan
multi-dimensional multiple-step future orientation models (sebagai fase awal
persiapan program ILP) dan implementasi strategi TBS (fase pelaksanaan) nampaknya menarik diadop
untuk dikembangkan sebagai suatu model program ILP. <o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"> </span></b></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">DAFTAR
PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;"><br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Corcoran J.
(2005) <i>Building Strengths and Skills: A colloborative approach to
working with client</i>. New York: by
Oxford University Press, Inc.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Ditjen PMPTK Depdiknas. 2007. <i>Rambu-Rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Pada Jalur Pendidikan Formal</i>.
Jakarta: Ditjen PMPTK<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Duncan Kelly (2006) <i>South Dakota
Comprehensive School Counseling Model</i>. Souht Dakota: Northern State
University. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Harris G (2009) <i>The Art of
Quantum Planning: Lessons from Quantum Physics for Breakthrough Strategy,
Innovation, and Leadership</i>. San Francisco, Califoria: Berrett-Koehler
Publishers, Inc.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US"><a href="http://www.dpi.wisconsin.gov/sspw/counsl1.html"><span style="font-family: "Times New Roman",serif;">http://www.dpi.wisconsin.gov/sspw/counsl1.html</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">. Judith Kuse. <i>The
Wisconsin Comprehensive School Counseling Program Model</i><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Jackson Paul Z & McKergow Mark
(2002) <i>The Solutions Focus The
simple way to positive change</i>.
London: Nicholas Brealey Publishing <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Kelly M S., Kim J S.,
Franklin C. (2008) <i>Solution Focused Brief Therapy in Schools: A
360-Degree View of Research and Practice</i>. New York: Oxford University
Press, Inc<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Macdonald A. J. (2007)
<i>Solution-Focused Therapy Theory, Research & Practice.</i> Road,
New Delhi: SAGE Publications <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Metcalf Linda (2010)
<i>Solution-focused RTI :A positive and personalized approach to
response to intervention</i>. San Francisco: John Wiley & Sons, In<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Michael S. Kelly Johnny S. Franklin
K. C, (2008) <i>Solution–Focused Brief Therapy in Schools: A 360-Degree View of
Research and Practice</i>. New York: Oxford University Press, Inc.,<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Muro, James J & Kottman, Terry.
(1995). <i>Guidance and Counseling in the Elementary and Middle Schools. A
Practical Approach</i>. Wisconsin: Wm. C.Brown Communication, Inc.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Parckard B. B-L. (2003) <i>Student
training promote mentoring awarness and action</i>. The career development
quarterly. 51, 335-345<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Seginer R (2009) <i>Future
Orientation Developmental and Ecological Perspectives</i>. New York: Springer
Science Business Media<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Simon, Joel K. (2010) <i>Solution focused practice in end-of-life
and grief counseling</i>. New York: Springer Publishing Company<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Smock S. A., Trepper T. S. ,Wetchler J. L., McCollum E. E.
, Ray R dan Pierce K. (2008). <i>Solution-focused group therapy for level 1
substance abuser</i>. Journal of Marital and Family Therapy, 34, 107–120<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Smock S.A.; McCollum E. E. Stevenson dan Michelle L. (2010). <i>The
developing of the solution building</i>. Journal of Marital and Family Therapy,
36, 499–510<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; margin: 6pt 0cm 0cm 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
</p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif;">Willson Susan B, dan Dobson Michael S. (2008) <i>Goal setting: How
to create an action plan and achieve tour goals</i>. New York: American
Managemen<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiqroxMAlCxGB2eW2UIAqRKg9QNKkgqQ8-ASUXxtrgvfy45NRgdqKpzqskz2wVSoUYcOTcPd48a2ZsRHtxaqeC5I4eDFKimMvXy75ZTCBtT6YIhReJdcwnQwWus8POKv8UYsxxMglHG2gUYzRNUaLjmZyrnBsySBclQxqemZSonZk5mARBsSQxZr6UT=s960" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiqroxMAlCxGB2eW2UIAqRKg9QNKkgqQ8-ASUXxtrgvfy45NRgdqKpzqskz2wVSoUYcOTcPd48a2ZsRHtxaqeC5I4eDFKimMvXy75ZTCBtT6YIhReJdcwnQwWus8POKv8UYsxxMglHG2gUYzRNUaLjmZyrnBsySBclQxqemZSonZk5mARBsSQxZr6UT=w320-h400" width="320" /></a></div><br /><div style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><br /></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><br /></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Catatan:<br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Artikel ilmiah tersebut adalah tulisan asli dari sahabat kami Dr. Edy Legowo (1957 - 2021). Beliau wafat pada tanggal 14 Agustus 2021 karena Covid-19. Jabatan terakhir beliau adalah Kaprodi Bimbingan dan Konseling pada FKIP Universitas Sebelas Maret "UNS" Surakarta.<br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Artikel tersebut bisa ada di kami pemilik blog celotehpendidikan.com karena pada sejak tahun 2011 Almarhum bersama kami menempuh pendidikan S3 Bimbingan dan Konseling Sekolah di UM Malang. Pada saat itu beliau menitipkan tugas terakhir mata kuliah Studi Mandiri 3 kepada kami via email untuk diserahkan kepada dosen pengampu.<br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Sengaja kami unggah kembali tulisan beliau ini dengan satu alasan yakni agar ilmu beliau melalui tulisannya bermanfaat bagi pembaca dan menjadi ladang amal ibadah beliau hingga akhirat nanti.<br /></span><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Teruntuk Almarhumah.....alfatihah</span></div><br /><p></p><br /><p></p>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-29206314373286126012021-07-29T12:51:00.003+07:002021-07-29T12:51:28.921+07:00Untuk Mengenang Albert Bandura<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsrfcjC7uWDRNn-ltAki1jZ_Pg5Fy9hURzB2IG2nEHyjmT4DqQBlDDeq9mqeLUC8J2C8zb3S6PvcUW_QFid9Y6vPq1Jk5ogxAXIiO7p0ENMOOh-ZgtWa10uKH0urROfyYvTuJVxTiyInA/s1280/RIP+Albert+Bandura.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="944" data-original-width="1280" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsrfcjC7uWDRNn-ltAki1jZ_Pg5Fy9hURzB2IG2nEHyjmT4DqQBlDDeq9mqeLUC8J2C8zb3S6PvcUW_QFid9Y6vPq1Jk5ogxAXIiO7p0ENMOOh-ZgtWa10uKH0urROfyYvTuJVxTiyInA/w400-h295/RIP+Albert+Bandura.jpeg" width="400" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Kemarin tepat tanggal 28 Juli 2021 telah meninggalkan dunia salah seorang tokoh psikologi yang menggagas teori kognitif sosial atau awalnya diistilahkan dengan teori belajar sosial (social learning theory). Beliau juga terkenal dengan eksperimennya "boneka Bobo" yang menjelaskan bahwa pemelajaran bisa diperoleh dari mencontoh suatu tindakan (modelling study).</p><p style="text-align: justify;">Pada saat menempuh jenjang pendidikan Magister Psikologi di Pascasarjana UNTAG Surabaya, saya pernah menulis satu artikel tentang social learning theory Albert Bandura sebagai salah satu tugas perkuliahan. Untuk mengenang Albert Bandura dan sumbangsih beliau dalam dunia keilmuan, maka saya akan mempublikasikan kembali tulisan saya tersebut tanpa saya ketika ulang tetapi langsung saya capture atau tampilkan berupa gambar.</p><p style="text-align: justify;">selain mengenang Albert Bandura, tulisan ini juga sebagai momen untuk "ubek-ubek" long term memory saya saat kuliah S2 dulu.<br /></p><p style="text-align: justify;">akhir kalam.....selamat membaca dan semoga bermanfaat</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRngimFgKc6kZyeLv-KplzC8A80-22vy2wN1BHEIJdPyBimkhSBmoMcU-rRwgvZD9F-FJwPnxjO1TcLFs5zRytjuyoh6jTTbcHQ9qPq5y9_qUwcVkRo16dsOtrx8DmT6uL32as8Iqdc68/s1600/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.55.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1111" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRngimFgKc6kZyeLv-KplzC8A80-22vy2wN1BHEIJdPyBimkhSBmoMcU-rRwgvZD9F-FJwPnxjO1TcLFs5zRytjuyoh6jTTbcHQ9qPq5y9_qUwcVkRo16dsOtrx8DmT6uL32as8Iqdc68/w444-h640/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.55.jpeg" width="444" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJpalZALuyLvZgW4beDj3YohyTYEwfiBadVmjRwWMaJeK9mG8VMV8if9diH4IogDK62mdZiLxX5SudsOlJiwCNRFn1lwkCnDi_9sgl6JKr1URWlao0_6Hl0Yi68jcy3_eQ3eBet6ZofwU/s1600/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.55%25281%2529.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1017" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJpalZALuyLvZgW4beDj3YohyTYEwfiBadVmjRwWMaJeK9mG8VMV8if9diH4IogDK62mdZiLxX5SudsOlJiwCNRFn1lwkCnDi_9sgl6JKr1URWlao0_6Hl0Yi68jcy3_eQ3eBet6ZofwU/w406-h640/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.55%25281%2529.jpeg" width="406" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipgvBYxs7M6vISZJADdNQVas2HetsCOzaIc3Ug3TcMh3lkcGsrA5B910haUDwEMXZnA81xA1KN-o2DWsLuzOKKKpwvrQHqzSC9FS5a0I161V6pTUVkih75PAGZk1r3x6r10ZEZZeOLg6k/s1600/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.56.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1094" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipgvBYxs7M6vISZJADdNQVas2HetsCOzaIc3Ug3TcMh3lkcGsrA5B910haUDwEMXZnA81xA1KN-o2DWsLuzOKKKpwvrQHqzSC9FS5a0I161V6pTUVkih75PAGZk1r3x6r10ZEZZeOLg6k/w438-h640/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.56.jpeg" width="438" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTdDO6r-pr25aJ9pgK78oQ2XTbE2axl52zJtYrtkhRuHK8jedrzXjjIbhgnaEFsC-KGdNBGUkY5gey0oeDPNxJ0Gwdq4QlfYm1RG-3zawdsicURxZILV91KZ45IoG_Wgba8Pv3OJU0Nz4/s1600/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.56%25281%2529.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1079" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTdDO6r-pr25aJ9pgK78oQ2XTbE2axl52zJtYrtkhRuHK8jedrzXjjIbhgnaEFsC-KGdNBGUkY5gey0oeDPNxJ0Gwdq4QlfYm1RG-3zawdsicURxZILV91KZ45IoG_Wgba8Pv3OJU0Nz4/w432-h640/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.56%25281%2529.jpeg" width="432" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwlpDNRQv_Ap0dpojDbhNmlqOdxwfJk9AObzgW7EGfzPHECU0SB2MRPbUg5mtCr2zYXF2IvTsgiMpLEgGeRoBtkS07UNETzSzC7oUfWQ6jTR8WownfnQjlu-gfB-h6otwi2Si_gIDbBX8/s1599/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.56%25282%2529.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1599" data-original-width="1091" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwlpDNRQv_Ap0dpojDbhNmlqOdxwfJk9AObzgW7EGfzPHECU0SB2MRPbUg5mtCr2zYXF2IvTsgiMpLEgGeRoBtkS07UNETzSzC7oUfWQ6jTR8WownfnQjlu-gfB-h6otwi2Si_gIDbBX8/w436-h640/WhatsApp+Image+2021-07-29+at+12.24.56%25282%2529.jpeg" width="436" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-80421599785708553992021-06-19T13:36:00.000+07:002021-06-19T13:36:29.683+07:00ANAK KIJANG DI KOTA BUAYA; Bagian Kedua - "Anak Kijang"<p style="height: 0px; text-align: left;"></p><div style="text-align: justify;"><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Orang 1 : “<i>Woi….anak
Kijang…nak kemane</i>?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Orang 2 : “<i>takdee</i>…..”</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;"><br /></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Dialog tersebut hampir
terdengar setiap hari baik antara orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Dan
selalu jawabnya adalah “takde” yang berarti tidak ada. Terus terang sampai
sekarang pun aku tidak pernah memahami apa maksud dari jawaban “takde”. Jadi
jangan kaget jika suatu saat pembaca menginjakkan kaki di bumi Bintan dan ada
orang bertanya “<i>nak kemane pak/bu/kak/bang/dek/nak</i>” selalu dijawab “<i>takde</i>”.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Kenapa pula “Anak Kijang”???<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">“Anak Kijang” adalah nama
panggilan secara umum yang disematkan kepada warga usia anak-anak hingga remaja
yang berdomisili Kijang. Terkadang digunakan juga istilah “Budak Kijang”. Kata “Budak”
diambil dari bahasa Melayu yang bermakna “Anak”. Sedangkan untuk kalangan warga
dewasa dipanggil dengan sebutan “Orang Kijang”. Begitu juga sebaliknya, jika
Anak Kijang memanggil orang diluar Kijang akan menyebutkan nama daerahnya
seperti “Anak/Budak Pinang” (berdomisili di Kota Tanjung Pinang), “Anak/Budak
Uban” (berdomisili di Kelurahan Tanjung Uban), “Anak/Budak Berakit (berdomisili
di Desa Berakit), anak/budak Tenggel (berdomisili di Pulang Tenggel) dan
lainnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Kijang adalah nama salah satu
daerah di Kabupaten Bintan setingkat Kelurahan dengan strata administratif di
bawah Kecamatan Bintan Timur salah satu dari sepuluh kecamatan di Kabupaten
Bintan. Jangan pernah mengimajinasikan jika di Kijang ini banyak berkeliaran
binatang kijang atau rusa atau menjangan. Atau membayangkan jika nama Kijang
diambil dari nama khas binatang <i>endemic</i> dari daerah ini yaitu hewan
kijang. Karena semua itu salah. Tidak ada hewan <i>endemic</i> kijang di Kijang
bahkan tidak pernah tercatat di buku-buku sekolah dan pitutur para tetua
tentang keberadan hewan kijang di Kijang. Tidak di kota, di kampung-kampung
maupun di hutan. Jadi, nama Kijang sangat unik karena hingga saat ini tidak ada
seorangpun yang mengetahui dan bisa menjelaskan alasan historis yang logis dan
sahih tentang penggunaan nama hewan kijang untuk Keluarahan Kijang.
Satu-satunya hewan di Kijang yang masih ada dan digolongkan dalam marga
Tragulus (Bahasa Latin; kambing kecil) yang masih berkerabat dengan Kijang dan
Rusa adalah pelanduk atau kancil. Hewan yang terkenal dalam hikayat-hikayat
melayu dengan kecerdikan dan kebijaksanaannya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Beberapa ilmuan sejarah di
Kepri membuat kesimpulan bahwa nama Kijang diambil dari hewan kancil/pelanduk
ini. Dimana hewan ini masih jenis kerabat dari Kijang dan Rusa. Dan secara
historis Kerajaan Malaka (saat ini masuk wilayah Malaysia) menggunakan Pelanduk/Kancil
Putih sebagai lambang kerajaan. Dan secara historis pula Kerajaan Malaka dahulu
masuk dalam wilayah Kerajaan Riau termasuk juga Temasek (saat ini menjadi
Singapura). Tetapi alasan tersebut belum final hingga saat ini karena masih
menjadi perdebatan ilmiah dikalangan ahli sejarah di Kepri. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Waktu kecilku dahulu Bapakku
sering membawa pelanduk yang beliau beli dari hasil jeratan warga tempatan di
pulau tempat beliau bekerja. Jika pelanduk dalam kondisi sehat akan kami
masukkan kandang untuk dipelihara dan nantinya jika sudah bosan akan kami
potong. Jika pelanduk sudah dalam kondisi tidak sehat (biasanya karena terluka)
akan langsung di potong. Jadi sebenarnya nasib si pelanduk baik sehat atau
sakit sama saja, sama-sama di hujung pisau. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Ada pengalaman yang menarik
dan cukup merepotkan gara-gara nama Kijang. Di Sertifikat Akta Kelahiranku
tertulis keterangan lahir di Kijang. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
untuk keterangan kelahiran seharusnya tertulis nama Daerah Tingkat II atau
Kabupaten/Kota, seperti istri dan kedua anakku karena lahir di Surabaya maka
tercatat keterangan lahir di Surabaya. Sehingga aku selalu kesulitan untuk
pengisian beberapa form biodata karena di <i>option</i> pilihan daerah yang
dimunculkan adalah nama-nama Kabupaten/Kota bukan nama Kecamatan apalagi
Kelurahan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">“<i>what’s in a name? </i></span><i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">That
which we call a rose by any other name would smell as sweet</span></i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">”
(Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga
mawar, ia tetap akan berbau wangi) </span><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">kata
William Shakespeare. Karena ikut alasan eyang Shakespeare inilah maka aku
mengganti nama Kijang pada kolom tempat lahir di KTP dan Kartu Keluarga serta
kartu-kartu lainnya menjadi Kepulauan Riau. Nama boleh berganti tetapi kenangan
tidak akan hilang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Apa kabar kalian budak
Kijang??? <i>kaifa haalukum</i>..... ngopi yuuk....!!!<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;"><br /></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: right; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Surabaya, Padukuhan Kupang
Wetan – 19 Juni 2021; 03:30 dini hari<o:p></o:p></span></p></div><p></p>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-32326903697503236512021-06-18T21:31:00.003+07:002021-06-18T21:31:32.396+07:00ANAK KIJANG DI KOTA BUAYA; Bagian Kesatu - Bintan; Bumi “Segantang Lada”<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namaku Wahsun, aku lahir pada tanggal
sebelas bulan Juni tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh sembilan di sebuah
pulau terbesar diantara gugusan pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau. Pulau
Bintan itulah namanya. Pulau yang kental dengan adat istiadat asli nusantara,
pulau yang bahasa ibu-nya menjadi pondasi bahasa nasional rakyat Indonesia.
Yaaa….inilah pulau Bintan, tanah bertuah tempat Hang Tuah berguru menuntut ilmu,
bumi pujangga, bumi gurindam, bumi romantis dimana seorang sultan menghadiahkan
sebuah pulau untuk permaisurinya yang terkenal dengan pulau Penyengat, bumi
segantang lada……tanah Melayu…!!!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan
Kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Kepulauan Riau (berikutnya akan saya
tuliskan dengan singkatan “Kepri”) telah dikenal beberapa abad yang silam tidak
hanya di nusantara tetapi juga di manca negara. Wilayahnya mempunyai ciri khas
terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan,
karena itulah julukan kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk
menggambarkan betapa banyaknya pulau-pulau yang ada di Kepri ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Segantang lada” tidak hanya
menggambarkan banyaknya pulau-pulau di Kepri tetapi juga menggambarkan kondisi
multi etnis, multi budaya dan multi agama di pulau ini. Pulau kecil yang
harmonis dimana berkumpul ragam suku seperti Melayu sebagai suku asli Kepri, Bugis
yang menjadi bagian historis yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah Kepri, Batak,
Buton, Jawa, Bawean, Madura, Mandar, Cina, dan suku-suku lainnya. Kesemua suku
membawa dan memperkenalkan budaya dan adat istiadat sukunya masing-masing tanpa
pernah terjadi “gesekan” apalagi perang antar suku. Enam agama yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan Aliran Kepercayaan pemeluknya
bebas menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing tanpa pernah terjadi
konflik agama/kepercayaan. Pada masa kelam tahun 1998 saat di Jakarta terjadi
penjarahan dan pelecehan terhadap etnis Cina, di Kepri etnis Cina masih bisa
ngopi satu meja dengan etnis lain. Kok bisa??? yaa….karena ada suatu budaya di
Kepri yaitu “semua bisa diselesaikan di kedai kopi dan sambil nyeruput
secangkir kopi tentunya”. Karena kedai kopi jugalah penjualan koran tidak
pernah laku karena di kedai kopilah pusat penyebaran informasi (entahlah kalau
sekarang…..!).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk lebih mengenalkan Bintan, akan
saya tulis ulang alias <i>copas</i> sejarah Kabupaten Bintan yang saya ambil
dari website resmi Pemerintah Kabupaten Bintan di https://bintankab.go.id/sejarah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat
dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang
pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jauh sebelum ditandatanganinya <i>Treaty
of London</i>, kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga
menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di
Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia),
Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya
terletak di Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan
Semenanjung Malaka. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah Sultan Riau meninggal pada
tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh
Thoarden untuk daerah yang besar dan <i>Onder Districh Thoarden</i> untuk
daerah yang agak kecil.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemerintah Hindia Belanda akhirnya
menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah
keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu;</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Afdelling</span></i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau–Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman
yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai penguasa ditunjuk seorang Residen.</span><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-GB;"></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Afdelling</span></i><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Indragiri yang berkedudukan di Rengat dan diperintah oleh Asisten Residen
(dibawah) perintah Residen. Pada 1940 Keresidenan ini dijadikan Residente Riau
dengan dicantumkan <i>Afdelling</i> Bengkalis (Sumatera Timur) dan sebelum
tahun 1945–1949 berdasarkan Besluit Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17
Juli 1947 No. 9 dibentuk daerah <i>Zelf Bestur</i> (daerah Riau). </span><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-GB;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span>Berdasarkan
surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tengah tanggal
18 Mei 1950 No.9/Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan
Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh
Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kewedanan
Tanjungpinang meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan (termasuk kecamatan
Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang).</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kewedanan
Karimun meliputi wila-yah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kewedanan
Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kewedanan
Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan,
Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian berdasarkan Surat Keputusan
No. 26/K/1965 dengan mem-pedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari
1964 No. 524/A/1964 dan Instruksi No. 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur
Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/ 247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.
UP/256 /5/1965 menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah
Administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1983, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1983, telah dibentuk Kota Administratif
Tanjungpinang yang membawahi 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang
Barat dan Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan
peraturan pemerintah No. 34 tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam. Dengan
adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian
Kabupaten Kepulauan Riau.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan Undang-Undang No. 53
tahun 1999 dan UU No. 13 tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan
menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten
Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9
kecamatan, yaitu : Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara,
Bintan Timur, Tambelan, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan
Teluk Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebahagian
wilayah Galang dicakup oleh Kota Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari 5 desa
yaitu Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian dengan dikeluarkannya
Undang-Undang No. 5 tahun 2001, Kota Administratif Tanjungpinang berubah
menjadi Kota Tanjungpinang yang statusnya sama dengan kabupaten. Sejalan dengan
perubahan administrasi wilayah pada akhir tahun 2003, maka dilakukan pemekaran
kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan
Bintan Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada
akhir tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No. 31/2003, maka
dengan demikian wilayah Kabupaten Kepulauan Riau meliputi enam Kecamatan yaitu
Bintan Utara, Bintan Timur, Teluk Bintan, Gunung Kijang, Teluk Sebong dan
Tambelan. Dan berdasarkan PP No. 5 Tahun 2006 tanggal 23 Februari 2006,
Kabupaten Kepulauan Riau berubah nama menjadi Kabupaten Bintan.</span><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Begitulah sekilas
tentang Bintan si “Bumi Segantang Lada”, bumi bertuah penuh berkah dengan motto
“Tak Berganjak; Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing” yang bermakna
mengandung makna kebesaran jiwa, kemuliaan dan semangat yang tak tergoyahkan
serta semangat kebersamaan untuk membangun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: right; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Surabaya, Padukuhan Pakis Wetan, 18 Juni 2021; 16:45 WIB<br /></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-ID" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"> <br /></span></div>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-63530708411926704672021-06-17T12:15:00.003+07:002021-06-17T12:15:30.490+07:00MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL SAM (SUCCESSIVE APPROXIMATION MODEL); HARUSKAH MENINGGALKAN ADDIE???<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuHEVF5qIyKpOdpgiKP0Go91kIKjeuuIAWKIJgBi8_payerJ4oRTeK1ExFiRJYsIDpPilQQXlRPtJ5_qqUYT1NTrwuAfi_fpFKj17ihqAvbG6CXBmk-vGfn_ns6DzfxUzPnSQdWTtk1BE/s580/6016600_orig.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black;"><img border="0" data-original-height="410" data-original-width="580" height="452" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuHEVF5qIyKpOdpgiKP0Go91kIKjeuuIAWKIJgBi8_payerJ4oRTeK1ExFiRJYsIDpPilQQXlRPtJ5_qqUYT1NTrwuAfi_fpFKj17ihqAvbG6CXBmk-vGfn_ns6DzfxUzPnSQdWTtk1BE/w640-h452/6016600_orig.png" width="640" /></span></a></div><p></p><p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">Tulisan </span>ini mencoba menganalisis <span lang="EN-US">m</span>engapa sebagian orang lebih memilih
meninggalkan model <span lang="EN-US">pengembangan desain </span>instruksional ADDIE untuk beralih kepada model <span lang="EN-US">pengembangan
desain </span>interaksional SAM
(<i>Successive Approximation Model</i>). <span lang="EN-US">D</span>alam <span lang="EN-US">tulisan</span> ini <span lang="EN-US">penulis tidak
akan menjustifikasi salah satu model kepada kesimpulan BENAR dan SALAH akan
tetapi penulis hanya</span> akan
membahas mengenai perbedaan mendasar antara <span lang="EN-US">kedua </span>model <span lang="EN-US">pengembangan </span>instruksional <span lang="EN-US">tersebut (</span>ADDIE dan SAM<span lang="EN-US">)</span>. <span lang="EN-US">Penulis juga akan
menjelaskan</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">m</span>engapa Michael Allen mengkritik model <span lang="EN-US">pengembangan
</span>instruksional ADDIE dan
apa kelebihan dari model interaksional SAM.<o:p></o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">S</span>ebagaimana kita ketahui ADDIE adalah
akronim dari sebuah proses linear yang terdiri dari lima tahapan besar yang
harus dilalui secara bertahap yaitu tahap <i>Analysis, </i><i><span lang="EN-US">D</span>esign, </i><i><span lang="EN-US">D</span>evelopt</i><i><span lang="EN-US">,</span><span lang="EN-US"> </span></i><i><span lang="EN-US">I</span>mplementation</i><span lang="EN-US">,</span> dan <i>Evaluation</i>. <span lang="EN-US">M</span>odel <span lang="EN-US">pengembangan </span>in<span lang="EN-US">s</span>t<span lang="EN-US">ruk</span>sional <span lang="EN-US">ADDIE</span> adalah sebuah <span lang="EN-US">model
</span><i>instru</i><i><span lang="EN-US">ct</span>ional</i><i><span lang="EN-US"> design</span></i> klasik yang awalnya dikembangkan di
dunia militer dan merupakan akar dari model<span lang="EN-US">-model </span><i>instru</i><i><span lang="EN-US">ct</span>ional</i><i><span lang="EN-US"> design</span></i> yang lain<span lang="EN-US"> (Payne, 2016)</span>. Sedangkan SAM atau <i>Successive Approximation
Model</i> merupakan model <i>instru</i><i><span lang="EN-US">ct</span>ional</i><i><span lang="EN-US"> design</span></i> yang dikembangkan oleh Michael Allen seorang
pioneri e-learning <span lang="EN-US">pada tahun 2012 </span>di Amerika<span lang="EN-US">,</span> dimana SAM memiliki <span lang="EN-US">delapan</span> langkah kecil secara berulang yang
tersebar ke dalam tiga tahapan yaitu tahap <span lang="EN-US">persiapan (</span><i>preparation</i><i><span lang="EN-US">
phase</span></i><span lang="EN-US">)</span>, tahap
iteratif desain<span lang="EN-US"> (<i>iterative</i> <i>design phase</i>)</span>, dan tahap interatif <span lang="EN-US">pengembangan
(<i>iterative</i> </span><i>development</i><i><span lang="EN-US">
phase</span></i><span lang="EN-US">) (Jung H., dkk., 2019)</span>.<o:p></o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">Dalam tahap
persiapan (</span><i>preparation</i><i><span lang="EN-US">
phase</span></i><span lang="EN-US">) terdiri dari dua aktifitas yaitu mengumpulkan
informasi (<i>information gathering</i>) dan SAVVY Start (<i>brainstorming</i>,
<i>sketching</i>, dan <i>prototyping</i>). Dalam </span>tahap iteratif desain<span lang="EN-US"> (<i>design</i>)
terdiri dari dua aktifitas yaitu perencanaan proyek (<i>project planning</i>)
dan desain tambahan (<i>additional design)</i></span>, dan <span lang="EN-US">pada </span>tahap iteratif <span lang="EN-US">pengembangan
(</span><i>development</i><span lang="EN-US">)
terdiri dari empat langkah yaitu <i>design proof, Alpha, Beta</i>, dan <i>Gold</i>.<o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 150%; margin: 0cm; text-align: justify;"><v:shapetype coordsize="21600,21600" filled="f" id="_x0000_t75" o:preferrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0">
<v:f eqn="sum @0 1 0">
<v:f eqn="sum 0 0 @1">
<v:f eqn="prod @2 1 2">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @0 0 1">
<v:f eqn="prod @6 1 2">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="sum @8 21600 0">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @10 21600 0">
</v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:formulas>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect" o:extrusionok="f">
<o:lock aspectratio="t" v:ext="edit">
</o:lock></v:path></v:stroke></v:shapetype><v:shape id="Picture_x0020_2" o:spid="_x0000_s1027" style="height: 182.25pt; left: 0; margin-left: 400.1pt; margin-top: -.05pt; mso-height-percent: 0; mso-height-percent: 0; mso-height-relative: page; mso-position-horizontal-relative: margin; mso-position-horizontal: right; mso-position-vertical-relative: text; mso-position-vertical: absolute; mso-width-percent: 0; mso-width-percent: 0; mso-width-relative: page; mso-wrap-distance-bottom: 0; mso-wrap-distance-left: 9pt; mso-wrap-distance-right: 9pt; mso-wrap-distance-top: 0; mso-wrap-style: square; position: absolute; text-align: left; visibility: visible; width: 451.3pt; z-index: 251658240;" type="#_x0000_t75">
<v:imagedata o:title="" src="file:///C:/Users/wahsun/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.png">
<w:wrap anchorx="margin">
</w:wrap></v:imagedata></v:shape><o:p> </o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiludQZquXZ0LqzMfdXcOwsKj761ykiQBV4V63Czc4hZwlCaqQs_SQ3LtXZaPX8TwaGbXmohaYEMLPQbatU18v_X4oIN-B2Gh0GCCS-NRpiEu2EOrd_sXT7OjRlOKmRwnkUxFx4NjtWznc/s640/sam-1-e1534632194230.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="218" data-original-width="640" height="218" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiludQZquXZ0LqzMfdXcOwsKj761ykiQBV4V63Czc4hZwlCaqQs_SQ3LtXZaPX8TwaGbXmohaYEMLPQbatU18v_X4oIN-B2Gh0GCCS-NRpiEu2EOrd_sXT7OjRlOKmRwnkUxFx4NjtWznc/w640-h218/sam-1-e1534632194230.png" width="640" /></a><o:p><br /></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><br /></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">Perbedaan Inti Antara ADDIE dan
SAM<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Secara lebih spesifik perbedaan dari
kedua model <span lang="EN-US">pengembangan </span>desain instruksional <span lang="EN-US">ADDIE dan SAM </span>ini dapat dilihat dari beberapa
karakteristik <span lang="EN-US">atau indikator pembeda yaitu proses, efisiensi waktu,
fleksibilitas, kebutuhan dan kolaborasi tim, dan sistim evaluasi. Penjelasan
ringkas dari setiap indikator pembeda sebagaimana penulis sederhanakan dalam
bentuk tabel berikut ini.<o:p></o:p></span></p>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody><tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td style="border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.9pt;" width="123">
<p align="center" style="margin: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US">INDIKATOR
PEMBEDA<o:p></o:p></span></b></p>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 163.0pt;" width="217">
<p align="center" style="margin: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US">ADDIE<o:p></o:p></span></b></p>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 195.9pt;" width="261">
<p align="center" style="margin: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US">SAM<o:p></o:p></span></b></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.9pt;" width="123">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Proses<o:p></o:p></span></b></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 163.0pt;" width="217">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Linear, dari fase ke fase<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">(bereskan fase sebelumnya sebelum melangkah ke
fase selanjutnya)<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 195.9pt;" width="261">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Rekursif dan Iteratif<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">(berulang / bersiklus secara agile / gesit /
fleksibel)<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.9pt;" width="123">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Efisiensi Waktu<o:p></o:p></span></b></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 163.0pt;" width="217">
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">Lamban dan berkepanjangan<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 195.9pt;" width="261">
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">Gesit dan cepat (agile)<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.9pt;" width="123">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Fleksibilitas <o:p></o:p></span></b></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 163.0pt;" width="217">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Lebih kaku<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">(sulit untuk kembali ke fase sebelumnya, jika
ada kesalahan perlu restart total)<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 195.9pt;" width="261">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Lebih fleksibel<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">(memungkinkan kembali ke fase sebelumnya,
karena evaluasinya cepat)<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.9pt;" width="123">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Kebutuhan dan Kolaborasi Tim<o:p></o:p></span></b></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 163.0pt;" width="217">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Kurang Kolaboratif<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">(bisa saja SME/client tidak paham isi produk,
stakeholder seringkali dilibatkan diakhir fase. Dapat berjalan bagaimana
kondisi tim)<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 195.9pt;" width="261">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Lebih Kolaboratif<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">(keterbukaan dibangun sejak awal, pelibatan
stakeholder dari awal. Butuh teamwork yang solid)<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 91.9pt;" width="123">
<p style="margin: 0cm;"><b><span lang="EN-US">Sistim Evaluasi<o:p></o:p></span></b></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 163.0pt;" width="217">
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">Bersifat final di setiap fase<o:p></o:p></span></p>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 195.9pt;" width="261">
<p style="margin: 0cm;"><span lang="EN-US">Kolaboratif dan berkelanjutan<o:p></o:p></span></p>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US">Proses <o:p></o:p></span></i></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">P</span>erbedaan paling utama dari <span lang="EN-US">model
pengembangan </span>desain
instruksional <span lang="EN-US">ADDIE dan SAM</span> adalah pada karakteristik prosesnya. Proses pada model
ADDIE dilakukan secara menyeluruh dan linier pada setiap fase besarnya.
Yang berarti bahwa satu fase harus selesai dan disempurnakan sebelum pindah
pada fase berikutnya. Pergerakannya yang linier membuat produk yang dikerjakan
harus benar-benar ditinjau sebelum bergerak maju setiap waktu. Hal ini bisa
saja menghambat serta menyebabkan prosesnya menjadi agak rumit. Pergerakan
linear ini juga berpotensi menyebabkan sulitnya atau bahkan mustahil untuk mundur
pada fase sebelumnya. Apabila di tengah perjalanan suatu proyek ditemukan
kesalahan atau sesuatu ide yang baru, ini bisa berakibat diperlukan pengolahan
penuh atau dilakukan perbaikan dari awal. Sedangkan proses pada model SAM
dilakukan secara rekursif dengan memecahkan persoalan kepada step-step yang
lebih kecil. Perjalanannya bersifat lebih iteraktif yaitu berulang ataupun
secara bersiklus yang dilakukan dengan gesit atau agile. Artinya bahwa
beberapa langkah dapat terjadi atau dilakukan pada saat yang bersamaan. Hal ini
memungkinkan perjalanan suatu proyek untuk mundur ke step atau bahkan fase
sebelumnya apabila terjadi perubahan dan koreksi atau muncul ide yang lebih
baik di tengah-tengah perjalanan proyek.<o:p></o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US">Efisiensi waktu<o:p></o:p></span></i></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Perbedaan karakteristik proses dari
kedua desain instruksional ini akan dijabarkan ke beberapa karakteristik
turunan agar kita lebih memahami perbedaan keduanya, yaitu pada karakteristik
efisiensi waktu. Karena prosesnya yang bersifat linear dan membutuhkan
penyempurnaan di setiap fase menyebabkan perjalanan model ADDIE menjadi lebih
lambat dan berkepanjangan. Sedangkan model SAM berpotensi lebih gesit atau
cepat karena konstruksi ide dibangun sejak awal dengan proses yang berulang.
Selain itu model SAM ini memungkinkan beberapa langkah dilakukan secara
bersamaan sehingga pada pelaksanaannya dapat dilakukan dengan lebih cepat. <o:p></o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US">Fleksibilitas <o:p></o:p></span></i></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">Dari </span>karakteristik fleksibilitas<span lang="EN-US">, m</span>odel ADDIE <span lang="EN-US">a</span>kan berpindah dari satu fase ke fase
berikutnya apabila dirasa produk sudah sempurna pada masing-masing fase yang
telah disepakati oleh beberapa komponen pemangku kepentingan. Sehingga apabila
terjadi kesalahan akan sulit untuk kembali pada proses sebelumnya atau bahkan
harus mengulangi semuanya dari awal. Sedangkan model SAM bersifat lebih fleksibel
karena evaluasi dilakukan secara berkelanjutan. Sehingga apabila ditemukan
kesalahan dapat segera dilakukan perbaikan dan dapat saja mundur ke step atau
fase sebelumnya dan tidak perlu mengulangi semuanya dari awal.<o:p></o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US">Kebutuhan dan kolaborasi tim<o:p></o:p></span></i></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Selanjutnya perbedaan pada
karakteristik kebutuhan dan kolaborasi tim. Dalam model ADDIE proses komunikasi
lebih banyak terjadi pada akhir setiap fase. Sehingga bisa saja <i>subject
matter expert</i> atau <i>client</i> tidak sepenuhnya paham mengenai isi dari
produk yang sedang dibangun. Sedangkan dalam model SAM kolaborasi benar-benar
dilakukan dan dibangun sejak awal terutama melalui proses <i>brainstorming</i><span lang="EN-US">, <i>sketching</i>,
</span>dan <i>prototyping</i>
pada step-step sejak awal<span lang="EN-US"> yang diistilahkan dengan SAVVY Start (Allen,
2007: 110; Rimmer, 2016)</span>.
<span lang="EN-US">Jika pengembangan dalam fokus pembelajaran di sekolah, maka kolaborasi
SAM harus terjadi antara <i>instructional designer</i> (bisa Pengembang
Teknologi Pembelajaran), Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, guru (fasilitator),
dan bahkan siswa (Wintarti, dkk., 2019).<o:p></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Proses kolaborasi antar semua pemangku
kepentingan ini juga tetap dijaga dan dilakukan sepanjang perjalanan proyek
pada setiap step dan fase yang dilakukan sehingga model ini lebih terbuka dan
diketahui oleh semua pihak. Namun konsekuensi akan hal ini adalah bahwa
dibutuhkan <i>teamwork</i> yang benar-benar solid dan komunikasi yang baik
antar semua komponen team<span lang="EN-US">.<o:p></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US">Sistim evaluasi<o:p></o:p></span></i></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Model ADDIE membutuhkan proses
evaluasi di setiap fase namun hanya bersifat sumatif dan biasanya akan bersifat
final ketika ingin melanjutkan ke fase berikutnya. Sedangkan dalam model SAM
evaluasi lebih bersifat kolaboratif dan memungkinkan masukan yang bersifat
konstruktif dari semua <span lang="EN-US">anggota tim</span>. Evaluasi yang dilakukan juga bersifat berkelanjutan
pada semua step yang dilakukan secara cepat dan fleksibel. </p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">Beberapa Kritik Michael Allen
Terhadap ADDIE<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Michale Allen mengembangkan model SAM
ini berdasarkan beberapa kritik atas kelemahan dari model ADDIE. Menurut Allen <span lang="EN-US">(2007:
xvi) desain instruksional yang baik harus memiliki dua faktor utama yaitu; (1) mengandung
unsur CCAF (<i>Context, Challenge, Activity, </i>dan<i> Feedback</i>)</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">dan
pembelajaran harus bermakna (<i>meaningful</i>), mudah diingat (<i>memorable</i>),
dan memotivasi (<i>motivational</i>). <o:p></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">P</span>embelajaran perlu adanya beberapa
pengalaman belajar yang disebut CC<span lang="EN-US">A</span>F yang terdiri dari <i><span lang="EN-US">Context </span></i>(konteks) di mana <span lang="EN-US">siswa/pebelajar</span> harus ditempatkan dalam pembelajaran
yang bersifat kontekstual dengan permasalahan <span lang="EN-US">yang dihadapi
oleh siswa</span>. <i><span lang="EN-US">C</span>hallenge</i> (tantangan), untuk menjaga agar
pelajar tetap fokus pada hasil belajar yang kita laksanakan.<span lang="EN-US">
Kemudian <i>A</i></span><i>ctivity</i><i> </i><span lang="EN-US">(aktifitas)</span>, pelajar harus melakukan sesuatu
ketika belajar. Aktivitas pembelajaran ini harus dibuat semirip mungkin dengan
kemungkinan apa yang dilakukan pada kehidupan nyata. Terakhir adalah <i><span lang="EN-US">F</span>eedback</i><span lang="EN-US"> (imbal balik)
s</span>ebagai konsekuensi dari
pilihan dan tindakan<span lang="EN-US"> a</span>pakah pembelajaran sudah baik atau belum dan apakah pembelajaran telah
mencapai hasil dan berguna bagi pebelajar. <o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin: 0cm; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSgK_msLgzVnC2EWRZQe1Bl3LVv8osTtTyNd-a2J1u1x9m2UVA0tV1_Jqkbk2tXWo4UZT-iQzxVIJhkkOsvY_IWZmoe2jg9ALF00q5OMsFeRHI-u1mqvDrp1OSi_JGyXWfnyV7R_iB_5c/s983/ccaf.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black;"><img border="0" data-original-height="583" data-original-width="983" height="380" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSgK_msLgzVnC2EWRZQe1Bl3LVv8osTtTyNd-a2J1u1x9m2UVA0tV1_Jqkbk2tXWo4UZT-iQzxVIJhkkOsvY_IWZmoe2jg9ALF00q5OMsFeRHI-u1mqvDrp1OSi_JGyXWfnyV7R_iB_5c/w640-h380/ccaf.jpg" width="640" /></span></a></div><p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Allen menginginkan agar
pengalaman belajar CC<span lang="EN-US">A</span>F ini terkoneksi dengan baik terhadap pelajar. Kemudian dapat
memberdayakan pebelajar untuk melakukan sesuatu dengan benar sehingga mereka
dapat melihat konsekuensi dari hal tersebut. CC<span lang="EN-US">A</span>F ini juga perlu diatur menjadi sebuah
tampilan pembelajaran yang mudah dipahami <span lang="EN-US">siswa</span> sehingga mereka tahu apa yang mereka
ketahui untuk menciptakan sebuah proses perkembangan diri <span lang="EN-US">setiap
siswa</span>. Michael Allen
melihat bahwa model ADDIE tidak terfokus pada pengalaman belajar seperti itu. <span lang="EN-US">Menurut
Michael </span>Allen<span lang="EN-US">,</span> ADDIE lebih fokus pada konten<span lang="EN-US">
meskipun</span> menurutnya
konten dapat menjadi solusi namun bukanlah keharusan menjadikannya sebuah
fokus. Michael Allen juga berpendapat bahwa model ADDIE cukup menyulitkan
karena mengharuskan menyelesaikan suatu proses sebelum mengerjakan proses yang
lain, hal ini dapat menghambat waktu. <o:p></o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">Kritik </span>Allen <span lang="EN-US">terhadap ADDIE
lainnya adalah terkait </span>kolaborasi.
<span lang="EN-US">Menurut Allen, ADDIE kurang memperhatikan dan memfasilitasi aspek
koneksifitas dan </span>kolaborasi<span lang="EN-US">. </span>Misalkan kolaborasi <span lang="EN-US">antar</span> tim, koneksi dengan klien, dan setiap
orang yang berkepentingan untuk memastikan bahwa proyek berjalan dengan baik. <o:p></o:p></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Micahel Allen <span lang="EN-US">juga </span>mengkritisi kesulitan untuk melakukan
perubahan atau pun koreksi di tengah-tengah proses dalam model ADDIE. <span lang="EN-US">M</span>enurut Allen<span lang="EN-US">,</span> kadang ide terbaik sering datang
terlambat dan bisa saja muncul di tengah-tengah perjalanan.<span lang="EN-US">
ADDIE yang sifatnya harus final di setiap tahap tentu akan sulit jika harus
mundur kembali ke tahap sebelumnya untuk melakukan perbaikan atau penambahan.<o:p></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Berdasarkan beberapa perbedaan
tersebut maka dapat kita simpulkan beberapa kelebihan dari model <span lang="EN-US">pengembangan
</span>desain instruksional SAM <span lang="EN-US">(Neibert, 2012) yaitu;<o:p></o:p></span></p>
<p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><i><span lang="EN-US">T</span>ime effectivity</i><i><span lang="EN-US"> and
efficiency</span>. </i>Model SAM memungkinkan untuk mendesain
instruksional yang efektif dan efisien secara gesit dan cepat. <span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p>
<p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><i><span lang="EN-US">C</span>olaborati</i><i><span lang="EN-US">ve</span></i>. Model SAM juga memungkinkan <span lang="EN-US">dilakukan</span> secara kolaboratif bersama tim yang
cukup besar untuk mengembangkan ide dan menarik pengetahuan dari rekan <span lang="EN-US">antar
tim.<o:p></o:p></span></p>
<p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><i><span lang="EN-US">Iterative</span></i><span lang="EN-US">. S</span>ifatnya yang iteratif yaitu
menggunakan pendekatan iteratif sejak awal sampai akhir sambil terus
menganalisis dan menyempurnakan pekerjaan saat sedang diproduksi. Pendekatan iteratif ini terdiri dari
proses <i>creation</i>, <i>feedback</i>, <i>implementation</i>, <i>tracking</i>,
<i>discovery</i> yang terjadi secara berulang dan terus-menerus.<span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p>
<p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><i>The Process Must Be Manageable</i><i><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">.</span></i><b><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"> </span></b>Kelebihan yang lain adalah struktur proses desain yang
menyeluruh. Kedelapan langkah yang terbagi ke dalam tiga fase iteratif model
SAM <span lang="EN-US">(fase persiapan, fase desain, dan fase pengembangan) </span>menyediakan kerangka menyeluruh
sebagai sebuah struktur proses desain. <span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p>
<p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US">S</span>ifat<span lang="EN-US"> SAM</span> yang fleksibel. Prosesnya yang bersifat rekursif dan iteratif sehingga
perjalanan proyek menjadi lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi. <span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p>
<p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Kelebihan
yang terakhir adalah evaluasi yang bersifat kolaboratif dan berkelanjutan.
Pernyataan evaluasi secara kolaboratif sejak awal proses akan menghasilkan
instruksional yang lebih efektif.<span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p style="margin: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">Dari uraian
diatas dapat dipahami bahwa Model SAM lebih memiliki keunggulan daripada model
ADDIE. Hal ini menjadi suatu kewajaran karena Michael Allen mengembangkan SAM
bertolak dari kritik konstruktifnya terhadap model ADDIE. Dengan kata lain SAM
merupakan antitesis daripada ADDIE. Sebagai antitetis tentu akan menunjukkan
aspek-aspek penyempurnaan daripada tesis.<o:p></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US">Akan tetapi,
meninggalkan ADDIE tentu bukan suatu hal yang bijak mengingat faktor “usia”
ADDIE yang matang dan telah teruji dalam memproduksi beragam desain
instruktisional perlu menjadi pertimbangan secara cermat jika dibanding “usia”
SAM yang masih seumur jagung.<o:p></o:p></span></p>
<p style="margin: 0cm; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Daftar
Pustaka<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Allen, Michael (2007). </span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Designing
Successful e-Learning</span></i><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">;</span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"> Forget What You
Know About Instructional Design and Do Something Interesting</span></i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">. San Francisco: Pfeiffer<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Payne, D.L.
(2016). <i>Mapping SAM to ADDIE</i>. California State University<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Jung H., Kim Y.
R., Lee H. and Shin Y. (2019). Advanced instructional design for successive
E-learning: Based on the successive approximation model (SAM). <i>Int. J.
E-Learning Corp. Gov. Heal. High. Educ</i>.18(2); 191-204<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Wintarti, A.,
Abadi, Fardah, D.K. (2019). The Instructional Design of Blended Learning on
Differential Calculus Using Successive Approximation Model. <i>Journal of
Physics: Conference Series</i>. doi:10.1088/1742-6596/1417/1/012064<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Rimmer, Trina
(2016). <i>An Introduction to SAM for Instructional Designers</i>. </span><a href="https://community.articulate.com/articles/an-introduction-to-sam-for-instructional-designers"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">https://community.articulate.com/articles/an-introduction-to-sam-for-instructional-designers</span></a><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">Neibert, Jennifer
(2012). <i>Book Review: Leaving ADDIE for SAM, by Michael Allen with Richard
Sites</i>.
https://learningsolutionsmag.com/articles/1012/book-review-leaving-addie-for-sam-by-michael-allen-with-richard-sites<o:p></o:p></span></p>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-73360203763771541152021-06-16T11:42:00.003+07:002021-06-16T11:42:46.596+07:00GEN-Z; PENDIDIKAN HARUS BERTRANSFORMASI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoJQiWQhbe7BmgcMbONnOj9gjql9_yV8bOtYsAij4ORweeMbTiRX29uLeUYNrhsWz67lzAs5mDwy_ccrO9-nUS_3nvlnriyGM32vsRbXDTZZegoBvwhxrJRNi-MRVQ8BwprXMxfHsCzfQ/s2048/hasil+sensus+penduduk+2020.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1638" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoJQiWQhbe7BmgcMbONnOj9gjql9_yV8bOtYsAij4ORweeMbTiRX29uLeUYNrhsWz67lzAs5mDwy_ccrO9-nUS_3nvlnriyGM32vsRbXDTZZegoBvwhxrJRNi-MRVQ8BwprXMxfHsCzfQ/w512-h640/hasil+sensus+penduduk+2020.jpg" width="512" /></a></div><br /><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 14pt;">Model Pembelajaran Berbasis Proyek (<i>Project Based
Learning Model</i>) Bagi Gen-Z<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Pada bulan Januari yang lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis
hasil Program Sensus Penduduk yang dilakukan tahun 2020 yang lalu. Kegiatan
sensus penduduk merupakan program rutin 10 tahunan yang dilakukan secara
periodik dan metodologis (sensus terakhir di tahun 2010). Tujuan dari program
sensus penduduk adalah menyediakan data jumlah, komposisi, distribusi, dan
karakteristik penduduk Indonesia menuju SATU DATA KEPENDUDUKAN INDONESIA (</span><i style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">de facto dan de jure</i><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">) dan hasilnya akan
ditindaklanjuti dengan penyediaan parameter demografi (fertilitas, mortalitas,
dan migrasi) serta karakteristik penduduk lainnya untuk keperluan proyeksi
penduduk dan indikator SDGs (</span><i style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Sustainable
Development Goals</i><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">) yang rencananya baru akan dilakukan oleh BPS pada bulan
September 2021.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Hasil sensus 2020 memberikan gambaran demografi Indonesia yang
mengalami banyak perubahan dari hasil sensus tahun 2010. Hasil sensus tahun
2020, jumlah penduduk Indonesia berjumlah 270,20 juta jiwa dengan komposisi
jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan. Penduduk laki-laki
sebanyak 136,66 juta jiwa (50,58%) sedangkan penduduk perempuan 133,54 juta
jiwa (49,42%). Pulau dengan tingkat populasi penduduk terpadat masih berada di
pulau Jawa dengan jumlah penduduk sebanyak 151,59 juta jiwa atau 56,10% dari
penduduk Indonesia. Sebaran penduduk terbesar kedua terdapat di Pulau Sumatera
dengan sebanyak 58,56 juta jiwa (21,68%). Pulau Sulawesi mempunyai sebaran
sebesar 7,36% dan Pulau Kalimantan mempunyai sebaran sebesar 6,15%, sedangkan
wilayah Bali-Nusa Tenggara dan Maluku-Papua masing masing sebesar 5,54% dan
3,17%. Sedangkan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Provinsi Jawa
Barat dengan jumlah penduduk 48,27 juta jiwa. Urutan berikutnya adalah Provinsi
Jawa Timur sebanyak 40,67 juta jiwa. Sedangkan provinsi dengan jumlah penduduk
paling sedikit adalah Provinsi Kalimantan Utara sebanyak 0,70 juta jiwa (BPS,
2020).<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Selain perihal jumlah penduduk berdasar jenis kelamin dan sebaran
setiap provinsi, hasil sensus 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia
berdasarkan kategori generasi yaitu <i>pre-boomer</i>
(lahir sebelum tahun 1945), <i>baby boomer</i>
(generasi yang lahir tahun 1946-1964), generasi X (generasi lahir tahun
1965-1980), Generasi Milenial (lahir tahun 1981-1996), Generasi Z (lahir tahun
1997-2012), dan <i>Post Generation</i> Z
(2013 dst). Sesuai prediksi dari berbagai kalangan, Indonesia tengah berada
pada periode yang dinamakan sebagai Bonus Demografi. Sebagian besar penduduk
saat ini berasal dari Generasi Z/Gen Z yaitu sebanyak 74,93 juta jiwa (27,94%).
Generasi Milenial yang digadang-gadang menjadi motor pergerakan masyarakat saat
ini, jumlahnya berada sedikit di bawah Gen Z, yaitu sebanyak 69,38 juta jiwa
atau 25,87% dari total penduduk Indonesia. Berikutnya adalah generasi X
sebanyak 58,65 juta jiwa (21,88%), generasi <i>Baby
Boomer</i> (31,01 juta jiwa / 11,56%), <i>Post
Gen</i> Z (29,17 juta jiwa / 10,88%), dan generasi Pre-Boomer (5,03 juta jiwa /
1,87%). Ini artinya, keberadaan Gen Z memegang peranan penting dan akan
memberikan pengaruh pada perkembangan Indonesia saat ini dan nanti.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Banyak para ahli menyatakan bahwa Gen Z memiliki sifat dan
karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Ryan Jenkins,
seorang penulis dan ahli generasi Z pada tahun 2017 dalam artikelnya berjudul <i>Four Reasons Generation Z will be the Most
Different Generation</i>
(https://blog.ryan-jenkins.com/2017/01/26/4-reasons-generation-z-will-be-the-most-different-generation)
menyatakan bahwa Gen Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang
berbeda serta dinilai menantang bagi suatu organisasi. Karakter Gen Z lebih
beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap
masyarakat kebanyakan. Satu hal yang menonjol, Gen Z mampu memanfaatkan
perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka. Teknologi mereka
gunakan sama alaminya layaknya mereka bernafas.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Generasi Z ini dilabeli juga sebagai generasi yang minim batasan (<i>boundary-less generation</i>). Secara usia,
Gen Z saat ini berkisaran antara usia 8-23 tahun yaitu usia “produktif”
dibangku sekolah/perguruan tinggi. Dengan karakteristik tersebut tentu pemangku
kebijakan pendidikan harus mampu meramu dan menyiapkan suatu konsep pendidikan
yang tepat bagi Gen Z. pendidikan harus mampu bertransformasi menjadi
pendidikan era Gen Z, tidak lagi pendidikan yang klasik (guru berbicara di
depan kelas, siswa mendengarkan sambil mengantuk).<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">David Stillman dan Jonah Stillman (beliau berdua memiliki hubungan
bapak dan anak) dalam bukunya <i>Gen Z
@Work: How The Next Generation is Transforming the Workplace</i> (2017)
memberikan gambaran lebih komprehensif tentang karakter Gen Z dengan
mengidentifikasi tujuh karakter utama Gen Z, yaitu: <i>phygital, fear of missing out (FOMO), </i>hiper kustomisasi<i>, </i>terpacu<i>, Weconomist</i>, <i>do it yourself</i>
(DIY), dan realistis. Gen Z berkarakter <i>phygital</i>
karena Gen Z yang lahir setelah era 1995 dimana segala aspek di dunia fisik
memiliki wujud yang ekuivalen di dunia maya. Dunia fisik dan dunia maya bukan
dua dunia yang terpisah, tetapi saling berkelindan. Gen Z berkarakter hiper
kustomisasi karena hidup di dunia maya yang sangat cair, gen Z selalu ingin
memiliki identitas unik yang membuatnya tidak larut dalam lautan massa. Mereka
tidak menyukai produk standar dan seragam. Mereka mengkostumisasi apapun, mulai
daftar lagu, film, logo, dan sebagainya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">FOMO (<i>Fear of Missing Out)</i>.
Dengan perubahan di linimasa yang terus mengalir, Gen Z selalu khawatir
ketinggalan informasi. Mereka takut tidak <i>update</i>,
ketinggalan gosip, isu terbaru, dan menjadi tidak relevan di kalangan
teman-temannya. berkarakter <i>weconomist</i>
karena pada saat bertumbuh, Gen Z telah hidup dengan fasilitas <i>platform</i> ekonomi yang memungkinkan
berbagi, seperti Uber, Grab, AirBnB, dan lain-lain. Mereka selalu ingin mencari
jalan untuk terus memanfaatkan sumber daya bersama tanpa harus melakukan
investasi besar. Berkarakter DIY (<i>Do it
Yourself</i>) karena Gen Z dibesarkan dengan aneka tutorial yang membuat mereka
bisa mempelajari apapun secara asinkron mandiri seperti melalui Youtube. Hal
ini menjadikan Gen Z tumbuh menjadi generasi yang percaya diri dan merasa bisa
melakukan apapun sendiri. Sikap mental ini didukung oleh orang tua yang
merupakan generasi X yang tidak mengikuti jalur-jalur tradisional. Yang
berikutnya adalah berkarakter <i>competitive</i>
dimana karakter ini tumbuh dari hasil pengalaman mereka saat orangtua mengalami
krisis ekonomi membuat Gen Z lebih kompetitif dibandingkan generasi sebelumnya.
Mereka ingin menjadi bagian dari tim pemenang, bukan pecundang. Berkarakter
realistis karena sebagai sosok yang mengalami kekhawatiran usai peristiwa
serangan teroris 11/9 dan krisis ekonomi, Gen Z cenderung bersikap pragmatis.
Semisal, mereka berhitung apakah perlu kuliah atau tidak berdasarkan
rasionalitas kepentingan mereka. Jika menurut mereka kuliah akan menguntungkan
maka mereka akan menjalaninya dan sebaliknya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Tujuh karakter utama Gen Z ini dapat menjadi indikator bagi
pemangku kebijakan pendidikan dalam menentukan bagaimana strategi pendidikan
yang efektif diberikan kepada siswa kategori Gen Z. Dengan karakter <i>phygital</i>, guru harus banyak melakukan
pengamatan tentang bagaimana siswa memadukan sisi fisik dan digital dalam cara
mereka berinteraksi, hidup, dan belajar. Ini kemudian akan menjadi landasan
bagi guru untuk menentukan metode pembelajaran yang akan gunakan. Guru harus
semakin terbuka dan terbiasa menggunakan media pembelajaran berbasis digital,
agar siswa tetap dapat aktif dan tersambung dalam pembelajaran dalam berbagai
kondisi pembelajaran yang ada. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Gen Z berkarakter FOMO dengan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
tentang berbagai hal, khususnya hal-hal baru. Karakter FOMO menjadikan siswa
terpacu untuk mengetahui berbagai hal dari sumber-sumber informasi yang
tersebar dan mudah diakses saat ini semisal situs pencarian google. Dalam hal
ini, pendidikan perlu menjadi media yang terbuka dan mewadahi berbagai
informasi yang diperlukan siswa tidak hanya pada hal yang berkaitan dengan
pembelajaran, tetapi juga keterampilan hidup. Guru harus mampu mengkurasi
informasi apa saja yang memang bermanfaat bagi siswa, dan yang tidak.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Hiper kustomisasi merupakan karakter lainnya dari Gen Z dimana
terbiasa menentukan kebutuhan apa yang mereka butuhkan dan perlu dapatkan. Hal
ini dilakukan oleh mereka dengan cara berselancar di dunia maya. Dalam konteks
pendidikan, memberikan kebebasan siswa menentukan cara belajarnya merupakan
sebuah kebutuhan. Guru perlu untuk mampu melakukan personalisasi cara-cara
belajar bagi setiap siswa, dan memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk
mencari sumber belajar di luar aktivitas bersekolah. Karakter hiper kustomisasi
menyebabkan siswa juga menjadi terbiasa mengkritisi banyak hal di
sekelilingnya, termasuk memberikan masukan terhadap media-media belajar yang
selama ini digunakannya. Penting bagi ekosistem pendidikan untuk memberikan
ruang kepada para siswa untuk menyampaikan gagasan dan penilaiannya tentang
proses belajar yang mereka jalani sehari-hari, termasuk berkesempatan
merekonstruksi harapan mereka tentang pendidikan di masa depan. Yang utama dari
peran guru adalah memberikan pemahaman pada siswa agar selalu memberikan ide
dan kritik yang konstruktif secara asertif.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Dalam praktik pembelajaran saat ini, siswa menjadi sangat
kompetitif dengan keragaman potensi yang dimilikinya. Ini perlu menjadi catatan
penting bagi pendidikan khususnya guru untuk mampu memfasilitasi karakter
terpacu tersebut melalui berbagai media yang mampu mengakomodasi potensi siswa
yang beragam, tanpa mengarahkan pada upaya memperbandingkan antara siswa yang
satu dan yang lainnya. Siswa perlu lebih banyak diapresiasi dan menjadikan praktik
tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan dari upaya-upaya reflektif semua
pihak dalam memperbaiki kualitas pembelajaran.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Karakter lain dari Gen Z adalah Weconomist. Pada karakter ini, Gen
Z lebih menyenangi kegiatan yang sifatnya berkelompok dan selalu terkoneksi
dengan rekan sejawatnya. Dalam pembelajaran, karakter ini dapat difasilitasi
dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu siswa
dan mengkondisikan siswa untuk saling berkolaborasi dalam menyelesaikan
tugas-tugas pembelajaran yang diberikan. Era dunia maya, siswa justru perlu
lebih banyak didekatkan dengan sesamanya, untuk dapat saling belajar dan saling
memberikan <i>peer review</i>, dengan tetap
menempatkan guru sebagai fasilitator belajar. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Model <i>project based learning</i>
dapat diterapkan di kelas untuk membangun karakter Gen Z yang lebih senang DIY
(<i>Do It Yourself</i>). Dengan pembelajaran
berbasis project, siswa bisa secara asinkron belajar mandiri melalui
video-video tutorial semisal youtube untuk mengembangkan produk dari
projectnya. Dengan begitu, imajinasi dan kreativitas siswa akan lebih terasah.
Tetapi guru tetap menjadi fasilitator belajar dengan kesediaannya menjadi
rujukan pertanyaan jika ada hal yang tidak dipahami oleh siswa. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Selain penerapan pembelajaran yang bersifat mandiri, demokratis,
dan membuka ranah yang luas bagi penciptaan dan penemuan hal-hal baru dalam
pembelajaran. Guru perlu menciptakan iklim belajar yang mampu membangun self
regulation pada diri siswa. Siswa perlu dikuatkan untuk realistis tentang
kehidupan dan masa depannya. Guru harus menyampaikan kepada siswa terkait
peluang, tantangan dan hambatan yang mungkin nantinya akan dihadapi oleh siswa
dalam mencapai impian cita-cita mereka.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: times; font-size: 12pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: times;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (<i>Project
Based Learning Model</i>) Bagi Gen-Z</span></b></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Melihat karakter generasi Z (Gen-Z) yang multitasking atau
terbiasa dengan teknologi, maka guru dapat meramu pembelajaran di sekolah
dengan menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakter generasi
Z, diantaranya: <i>inquiry based learning,
problem based learning, experiential based learning, task based learning, theme
based learning, cooperative learning, project based learning </i>dan <i>flipped classroom model</i> (Kusumaningtyas
dkk., 2019). Model yang satu tidak berarti lebih unggul daripada model yang
lain, semua bergantung pada bagaimana kemampuan guru mengimplementasikan model
yang diterapkan secara baik dan benar. Dalam makalah ini, penulis hanya
memfokuskan pada tawaran secara konseptual penerapan <i>Project Based Learning Model</i> dalam pembelajaran. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: times;"><i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Project Based
Learning Model</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"> pada awalnya dikembangkan oleh Howard Barrows (1969) di McMaster
University di Kanada. Ketika itu pendekatan pembelajaran ini digunakan atas
dasar pertimbangan bahwa pengetahuan berkembang cepat dan peserta didik tidak
mungkin menguasai semua pengetahuan dalam kurun waktu tertentu (semester).
Karena itu peserta didik diminta bekerja dalam kelompok untuk mengidentifikasi
pengetahuan yang sudah dikuasai, yang perlu dikuasai, bagaimana menguasainya
dan kemana mencari akses informasi untuk bisa memecahkan masalah. Konsep <i>Project Based Learning</i> tersebut sesuai
dengan beberapa karakter Gen-Z yaitu <i>phygital</i>,
<i>Do It Yourself</i>, dan <i>realistic</i>. <i>Phygital </i>karena <i>Project Based
Learning</i> dapat berjalan optimal jika didukung dengan penggunaan
sumber-sumber atau media-media pembelajaran berbasis digital. <i>Do It Yourself</i> karena siswa baik secara
mandiri maupun bersama tim kelompoknya menemukan sendiri core problem dan
solusinya. <i>Realistic </i>karena <i>Project Based Learning</i> dapat memuaskan
rasa keingintahuan Gen-Z terhadap suatu permasalahan dari hasil project yang
nyata. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Secara definisi, Michael M. Grant (2002) menjelaskan bahwa <i>Project Based Learning</i> (PjBL) merupakan
suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu
investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara
konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset
terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. Peran
guru dan tutor sangat penting dalam memfasilitasi dan mengarahkan proses
pembelajaran. Proses pemecahan masalah bisa bervariasi.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Dalam <i>Project Based Learning</i>
guru menuntun pertanyaan dan berperan lebih aktif ketika siswa melaksanakan proses
belajar. <i>Blended learning</i> ataupun <i>flipped classroom</i> bisa dilaksanakan
ketika guru menggunakan <i>Problem Based
Learning</i> atau <i>Project Based Learning</i>.
Siswa bisa melaksanakan proses pencarian dan pengumpulan informasi dengan
mengakses sumber-sumber <i>online</i>,
menggunakan sumber-sumber multimedia secara <i>online</i>,
menyiapkan bahan laporan dan presentasi secara <i>online</i>, bekerja sama dengan kelompok untuk mengerjakan proyek atau
melaksanakan kritik dan evaluasi kegiatan.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Adapun langkah‐langkah pembelajaran dengan <i>Project Based Learning Model</i> adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik dibagi dalam kelompok‐kelompok
kecil dan masing masing kelompok melaksanakan proyek nyata (<i>connecting the problem</i>).<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Masing‐masing kelompok diberikan penjelasan
tentang tugas dan tanggung jawab (<i>setting
the structure</i>) yang harus dilakukan oleh kelompoknya dalam praktik.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik di masing‐masing kelompok
berusaha maksimal untuk mengidentifikasikan masalah bisnis (<i>visiting the problem</i>) yang dihadapi
sesuai pengetahuan yang dimiliki; (a). mengidentifikasi masalah dengan seksama
untuk menemukan core problem yang sedang dihadapi dan (b) mengidentifikasi cara
untuk memecahkan masalah.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">4.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Peserta didik di masing‐masing kelompok
mencari informasi dari berbagai sumber (buku, pedoman dan sumber lain) atau
bertanya pada pakar yang mendampingi untuk mendapatkan pemahaman tentang
masalah (<i>revisiting the problem</i>). <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">5.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Berbekal informasi yang diperoleh peserta
didik saling bekerjasama dan berdiskusi dalam memahami masalah dan mencari
solusi (<i>produce the product</i>) terhadap
masalah dihadapi dan langsung diaplikasikan. Pelatih bertindak sebagai
pendamping.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">6.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Masing‐masing kelompok mensosialisasikan
pengalaman dalam memecahkan masalah kepada kelompok lainnya untuk mendapatkan
masukan dan penilaian (<i>evaluation</i>)
dari kelompok lainnya. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Tahapan atau sintaks Project Based Learning Model yang lain adalah
seperti yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) sebagai pendukung dari Kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Penentuan pertanyaan mendasar.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam
melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia
nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar
topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Mendesain perencanaan proyek.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Perencanaan dilakukan secara kolaboratif
antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan
akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Menyusun Jadwal.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif
menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini
antara lain: (a) membuat <i>timeline</i> untuk menyelesaikan proyek, (b)
membuat deadline penyelesaian proyek, (c) membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (d) membimbing peserta didik ketika membuat cara
yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (e) meminta peserta didik untuk
membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">4.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Memonitor peserta didik dan kemajuan.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan
monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.
Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas
peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">5.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Menguji Hasil.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar
dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">6.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Mengevaluasi Pengalaman.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan
peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap evaluasi peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Sebagaimana model-model pembelajaran yang lain, <i>Project Based Learning Model</i> juga
memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Beberapa kelebihan dari <i>Project Based Learning Model</i> menurut
Purnawan (2007) yaitu: <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya
di dalam pembelajarannya, membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan dan
untuk membuat keputusan dalam proses belajar.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai
disiplin ilmu.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah,
memperhatikan dunia nyata, dan mengembangkan keterampilan nyata.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">4.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Menyediakan peluang unik karena pendidik
membangun hubungan dengan peserta didik, sebagai pelatih, fasilitator, dan <i>co-learner</i>.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">5.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Menyediakan kesempatan untuk membangun
hubungan dengan komunitas yang besar. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">6.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">7.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">8.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Memberikan pengalaman pada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">9.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia
nyata.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">10.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Selain beberapa kelebihan tersebut, <i>Project Based Learning Model</i> juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan dari <i>Project Based Learning</i>
antara lain; memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah, membutuhkan
biaya yang cukup banyak, banyak pendidik yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional di mana pendidik memegang peran utama di dalam kelas, banyaknya
peralatan yang harus disediakan, peserta didik yang memiliki kelemahan dalam
percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, ada kemungkinan
terdapat peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok, ketika topik
yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dan dikhawatirkan peserta
didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Daftar Pustaka<o:p></o:p></span></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Badan Pusat Statistik (2020). <i>Berita Resmi Statistik</i> No.
07/01/Th.XXIV, 21 Januari 2020<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Grant, M.M. (2002). Getting A Grip of Project Based Learning:
Theory, Cases and Recomandation. <i>Meredian A Middle School Computer
Technologies Journal</i>, Vol. 5 (1); 1-3<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Jenkins, Ryan (2017). Four Reasons Generation Z will be the Most
Different Generation.</span><span lang="EN-US"><a href="https://blog.ryan-jenkins.com/2017/01/26/4-reasons-generation-z-will-be-the-most-different-generation"><span style="color: windowtext; font-size: 12pt; text-decoration-line: none;"> </span></a><a href="https://blog.ryan-jenkins.com/2017/01/26/4-reasons-generation-z-will-be-the-most-different-generation"><span style="color: #1155cc; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">https://blog.ryan-jenkins.com/2017/01/26/4-reasons-generation-z-will-be-the-most-different-generation</span></a></span><u><span lang="EN-US" style="color: #1155cc; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span></u></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Kemendikbud. 2013. <i>Bahan Sosialisasi Kurikulum 2013</i>.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: times;">Kusumaningtyas, Ratri dkk. (2020). Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Guru Melalui Model dan Media Pembelajaran bagi Generasi Z. <i>Jurnal
WARTA LPM</i>, Vol.3 (1); 54-62<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: times;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Purnawan, Yudi (2007).</span><span lang="EN-US"><a href="http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/12/18/deskripsi-model-pbl-pembelajaran-berbasis-proyek"><span style="color: windowtext; font-size: 12pt; text-decoration-line: none;"> </span></a><a href="http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/12/18/deskripsi-model-pbl-pembelajaran-berbasis-proyek"><span style="color: #1155cc; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/12/18/deskripsi-model-pbl-pembelajaran-berbasis-proyek</span></a></span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;"><span style="font-family: times; font-size: 12pt; text-align: left;">Stillman, David & Stillman, Jonah (2017). </span><i style="font-family: times; font-size: 12pt; text-align: left;">Gen
Z @Work: How The Next Generation is
Transforming the Workplace</i><span style="font-family: times; font-size: 12pt; text-align: left;">. New York: HarperCollins Published</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></p>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-73895252823417842152021-05-04T13:30:00.000+07:002021-05-04T13:30:24.407+07:00UJI AHLI INSTRUMEN KOMPETENSI TIK GURU<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv1da-pTTpuYIccaT8U8VEB-CtM1UIi0Kvy-YmkX2uhXQwgaeAjOrXYtj1l8mUpswkXsitoDVVhjBDdCLQH3ZXRgUOuZz7aX0LtPnzTTct7gBuPCR1Ha4CKmr5ebitNCrl_eRuHUazbXw/s1280/WhatsApp+Image+2021-04-28+at+15.40.05.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1280" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv1da-pTTpuYIccaT8U8VEB-CtM1UIi0Kvy-YmkX2uhXQwgaeAjOrXYtj1l8mUpswkXsitoDVVhjBDdCLQH3ZXRgUOuZz7aX0LtPnzTTct7gBuPCR1Ha4CKmr5ebitNCrl_eRuHUazbXw/w640-h400/WhatsApp+Image+2021-04-28+at+15.40.05.jpeg" width="640" /></a></div><br /><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;">Instrumen atau alat ukur ibarat stetoskop atau alat tensimeter yang
digunakan dokter memeriksa pasien. Seandainya alat tersebut cacat tanpa ada
yang ada mengetahui, tentu hasil pengukuran detak jantung dan tekanan darah
pasien menjadi tidak valid. Dampaknya terjadi kekeliruan diagnosa terhadap
sebuah penyakit dan ini sangat membahayakan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><br /></span></div><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Itu disampaikan Guru Besar Pascasarjana UNESA Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. di
kegiatan validasi ahli (<i>expert judgment</i>) instrumen</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;"> pengukuran kompetensi TIK guru dalam
pembelajaran</span><span style="font-size: 12pt;">.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div></span><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Dalam kegiatan yang diselenggarakan secara daring melalui zoom pada hari
Rabu (28/4/2021) tersebut, Tim PTP (Pengembang Teknologi Pembelajaran) LPMP
Provinsi Jawa Timur mempelajari tentang Pengembangan Instrumen dalam Keilmuan
Teknologi Pendidikan</span></div></span><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Pengembangan tersebut, bagian dari naskah model pelatihan peningkatan
kompetensi bagi guru khususnya jenjang SD dan SMP tentang Penyusunan Desain
Pembelajaran dengan Model </span><i style="font-size: 12pt;">Flipped</i><span style="font-size: 12pt;"> </span><i style="font-size: 12pt;">Classroom</i><span style="font-size: 12pt;"> berbantu </span><i style="font-size: 12pt;">Google
Workspace for Education</i><span style="font-size: 12pt;"> melalui akun </span><b style="font-size: 12pt;">belajar.id</b><span style="font-size: 12pt;">.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div></span><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Model pelatihannya mengacu ke standar kompetensi keluaran UNESCO Tahun 2018
yaitu </span><i style="font-size: 12pt;">UNESCO ICT Competency Framework for Teacher; Version 3</i><span style="font-size: 12pt;">.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div></span><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Ada 3 level kompetensi TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) yang wajib
dikuasai guru menurut UNESCO yaitu level 1 (literasi </span><i style="font-size: 12pt;">digital</i><span style="font-size: 12pt;">), level 2
(pendalaman pengetahuan), dan level 3 (kreasi pengetahun).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div></span><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Maka perlu ada pengembangan instrumen yang mampu secara valid mengukur
ketiga tingkat (level) kompetensi TIK yang wajib dimiliki oleh guru tadi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div></span><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Sambil menimba ilmu pengembangan instrumen di atas, saat ini Tim PTP LPMP
Provinsi Jawa Timur juga sedang mengembangkan modul-modul pelatihan untuk
setiap levelnya (3 level kompetensi TIK bagi guru versi UNESCO).</span></div></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"> </span></div></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;">Harapannya melalui instrumen yang mampu mengukur secara valid level
kompetensi guru di bidang TIK tersebut akan diperoleh hasil pemetaan dan tindak
lanjut treatmen yang tepat sasaran bagi mereka.</span></div></span><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial; font-size: 12pt;"> </span></div></span><span style="font-family: arial;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Guru yang belum memiliki pengetahuan tentang TIK (literasi <i>digital</i>)
akan mendapatkan treatmen peningkatan kompetensi dengan modul level 1.</span><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Bagi yang telah memiliki kompetensi literasi <i>digital </i>maka akan
“masuk kelas” modul level 2.</span><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Sedangkan
mereka yang sudah mumpuni di kedua level di atas (level 1 dan 2), akan masuk ke
kelas modul level 3.</span></div><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"> </span></div><o:p><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Kegiatan pada Rabu, 28 April lalu ini, sebenarnya merupakan tahap 3 dari
serangkaian tahapan proses pengembangan instrumen pengukuran tingkat kompetensi
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran bagi guru jenjang SD dan SMP</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt;">.</span></div></o:p></span></span><span style="font-family: arial;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"> </span></div></span><span style="font-family: arial;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Di tahap 1 telah dilakukan kajian kepustakaan. Di tahap 2, dilakukan
penyusunan <i>blueprint</i> dan pertanyaan dalam instrumen.</span><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">Sedangkan tahap 4 nanti, akan ada kegiatan uji coba instrumen dan
pengukuran derajat kesahihan (validasi), keandalan (<i>realibility</i>),
tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda soal.</span></div><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"> </span></div><o:p><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Berbagai tahapan tersebut secara akademik perlu dilakukan melihat sangat
pentingnya peran sebuah instrumen dalam proses pengukuran.</span></div><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Berita juga dapat dibaca pada laman LPMP Provinsi Jawa Timur </span><span style="text-align: left;">https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/uji-ahli-instrumen-kompetensi-tik# </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div></o:p></span></div>Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-67291164958581464332021-04-05T00:42:00.000+07:002021-04-05T00:42:20.650+07:00MIRIS!!! TINGKAT KEBERADABAN INDONESIA TERENDAH SE-ASIA TENGGARA<div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAA0wxtp6zZSpqzS1VPb54b5qKkgzD9G8DnAs1LDdn72oDP_b8t20_xfByYEUpQF36CkT190uihxiHdQvA2hShiv4NnWvSVujpJs1UrNKv2lGx6Zs1DYomOQzAKNJbwNlt46FIM1LYzD0/s1584/hasil+DCI+microsoft+2020.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="830" data-original-width="1584" height="324" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAA0wxtp6zZSpqzS1VPb54b5qKkgzD9G8DnAs1LDdn72oDP_b8t20_xfByYEUpQF36CkT190uihxiHdQvA2hShiv4NnWvSVujpJs1UrNKv2lGx6Zs1DYomOQzAKNJbwNlt46FIM1LYzD0/w643-h324/hasil+DCI+microsoft+2020.jpeg" width="643" /></a></div></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Microsoft</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> pada bulan Februari 2021 yang lalu baru saja merilis
hasil survei mereka yang diberi judul </span><i style="text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12.0pt;">Digital
Civility Index</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> (DCI)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">atau </span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Indeks Keberadaban Digital </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">yaitu survei terkait</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> </span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">tingkat
keberadaban pengguna internet atau netizen sepanjang tahun 2020. </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Miris!!! Hasil survei
sangat </span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">memprihatinkan</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> dimana </span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">tingkat keberadaban (<i>civility</i>) netizen
Indonesia sangat rendah</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> bahkan terendah se-Asia Tenggara</span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">.</span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> <span lang="EN-US">Untuk peringkat dunia, Indonesia menduduki peringkat
ke-29 dari 32 negara. Belanda berada pada peringkat teratas untuk level dunia
(DCI=51;Rank=1) dan Singapura peringkat teratas untuk Asia Tenggara
(DCI=59;Rank=4).</span></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt;">Skor Indonesia memang
naik delapan poin, dari 67 pada tahun 2019 menjadi 76 pada tahun 2020, tetapi
Indonesia tetap menjadi negara dengan warga netizen paling tidak beradab di
Asia Tenggara.</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> <span lang="EN-US">Miris!!! Apalagi Indonesia adalah negara dengan falsafah dasarnya
Pancasila dan negara yang berketuhanan, seharusnya lebih bisa menunjukkan
perilaku yang beradab dan berahlaqul karimah.</span></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Definisi istilah k</span><span style="font-size: 12.0pt;">eberadaban </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">atau <i>civility</i>
</span><span style="font-size: 12.0pt;">dalam laporan </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">DCI Microsoft</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">yaitu </span><span style="font-size: 12.0pt;">terkait
dengan perilaku berselancar di dunia maya dan aplikasi media sosial, termasuk
risiko terjadinya penyebarluasan berita bohong atau hoaks, ujaran kebencian
atau <i>hate speech</i>, diskriminasi, misogini</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> (kebencian terhadap perempuan)</span><span style="font-size: 12.0pt;">, <i>cyberbullying</i>, <i>trolling</i> atau tindakan
sengaja untuk memancing kemarahan, <i>micro-aggression</i> atau tindakan
pelecehan terhadap kelompok marginal (kelompok etnis atau agama tertentu,
perempuan, kelompok difabel, kelompok LGBTQ dan lainnya) hingga ke penipuan, <i>doxing</i>
atau mengumpulkan data pribadi untuk disebarluaskan di dunia maya guna
mengganggu atau merusak reputasi seseorang, hingga rekrutmen kegiatan radikal
dan teror, serta pornografi.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Survei DCI dilakukan oleh Microsoft antara bulan April hingga Mei tahun
2020 dengan jumlah responden sebanyak 16.000 orang di 32 negara yaitu Argentina,
Brazil, Kanada, Chili, Kolombia, Meksiko, Peru, Amerika Serikat, Belgia, Denmark,
Perancis, Jerman, Hungaria, Irlandia, Itali, Belanda, Polandia, Rusia, Spanyol,
Swedia, Britania Raya, Australia, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
Taiwan, Thailand, Vietnam, Afrika Selatan, dan Turki.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Hasil s</span><span style="font-size: 12.0pt;">urvei </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">diperoleh data
sebanyak </span><span style="font-size: 12.0pt;">47</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">% responden </span><span style="font-size: 12.0pt;">pernah terlibat dalam </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">perilaku </span><i><span style="font-size: 12.0pt;">bullying</span></i><span style="font-size: 12.0pt;"> di
dunia maya</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> (<i>cyberbullying</i>)</span><span style="font-size: 12.0pt;">, 19</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">% </span><span style="font-size: 12.0pt;">bahkan mengatakan pernah menjadi </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">korban</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt;"> </span><i><span style="font-size: 12.0pt;">bullying</span></i><span style="font-size: 12.0pt;">. Kelompok </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">usia </span><span style="font-size: 12.0pt;">yang
paling terpapar </span><i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">cyber</span></i><i><span style="font-size: 12.0pt;">bullying</span></i><span style="font-size: 12.0pt;"> adalah generasi Z </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">yaitu generasi usia </span><span style="font-size: 12.0pt;">yang lahir antara tahun 1997-2010 (4</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">7%</span><span style="font-size: 12.0pt;">), kelompok milenial atau yang lahir antara tahun
1981-1996 (54</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">%</span><span style="font-size: 12.0pt;">), generasi X atau yang lahir
antara tahun 1965-1980 (39</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">%</span><span style="font-size: 12.0pt;">) dan kelompok <i>baby-boomers</i>
atau yang lahir antara tahun 1945-1964 (18</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">%</span><span style="font-size: 12.0pt;">).</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt;"><br /></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEginL0PTCT5MaltphruZT7_n6fMpJGj06f1TULDFIvQ9xmdzA9gquSSePCXfDw8dBEtDSbS50g3QJRnHXe21ZZvbO8n4W4dgYYEXOUGiyRmNuaBVR9PCaZ3raeUkQeXodwGDqZh6NYFryk/s804/hasil+DCI+microsoft+2020+rentang+usia2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="632" data-original-width="804" height="315" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEginL0PTCT5MaltphruZT7_n6fMpJGj06f1TULDFIvQ9xmdzA9gquSSePCXfDw8dBEtDSbS50g3QJRnHXe21ZZvbO8n4W4dgYYEXOUGiyRmNuaBVR9PCaZ3raeUkQeXodwGDqZh6NYFryk/w577-h315/hasil+DCI+microsoft+2020+rentang+usia2.jpeg" width="577" /></a></div></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt;"><br /></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Yang lebih membuat miris lagi, </span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">netizen
yang dinilai ikut mendorong anjloknya tingkat keberadaban adalah orang dewasa
atau yang berusia di atas 18 tahun, skornya mencapai +16. </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Kelompok usia yang
seharusnya bisa memberikan contoh perilaku baik malah sebaliknya menjadi pendukung
perilaku ketidakberadaban. </span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Mengingat
jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai lebih dari 202 juta orang
atau lebih dari 73 persen total penduduk, </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">poin +16</span><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> ini tentu mencemaskan.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><br /></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIBmoKfqdA9vO6Mwat3wgHBrXNhW3wBdVmdZgqI48gC8h7ixFBdPhZ_XrdPS7-KWlQlC2SvHtv5ggFSDuudqCkwfeitlHK9BEagmfOJSV6xlSYIsd5gFQXkIZGZrGaEqOklL0c0mUKtW8/s800/hasil+DCI+microsoft+2020+rentang+usia.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="598" data-original-width="800" height="395" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIBmoKfqdA9vO6Mwat3wgHBrXNhW3wBdVmdZgqI48gC8h7ixFBdPhZ_XrdPS7-KWlQlC2SvHtv5ggFSDuudqCkwfeitlHK9BEagmfOJSV6xlSYIsd5gFQXkIZGZrGaEqOklL0c0mUKtW8/w587-h395/hasil+DCI+microsoft+2020+rentang+usia.jpeg" width="587" /></a></div><span style="font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><br /></span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Hasil survei</span><span style="font-size: 12.0pt;"> juga </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">memperoleh data
harapan besar responden</span><span style="font-size: 12.0pt;"> netizen</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> akan adanya
instansi/lembaga yang turut serta </span><span style="font-size: 12.0pt;">memperbaiki
tingkat keberadaban lewat berbagai hal, yaitu 59</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">% dari unsur </span><span style="font-size: 12.0pt;">perusahaan media </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">sosial.</span><span style="font-size: 12.0pt;"> Nilai itu setara dengan yang berharap agar media ikut
memainkan peran yaitu 54</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">%</span><span style="font-size: 12.0pt;">. Sementara
yang berharap pemulihan dilakukan oleh pemerintah mencapai 48</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">%</span><span style="font-size: 12.0pt;">, oleh institusi pendidikan 46</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">%</span><span style="font-size: 12.0pt;">, dan oleh institusi keagamaan 41</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">%</span><span style="font-size: 12.0pt;">.</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Paska Microsoft mempublikasikan hasil survei DCI-nya, apa yang dilakukan
oleh netizen Indonesia? Miris!!! Bukan instrospeksi diri, tetapi malah “menyerang”
akun Instagram Microsoft dengan komentar-komentar bernada negatif yang justru
malah membenarkan label “tidak sopan” hasil DCI (berita dapat dibaca di https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210301072208-185-611992/microsoft-masih-tutup-komentar-ig-soal-netizen-ri-tak-sopan).</span></div><div style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Semoga 46% dan 41% benar-benar menjadi data yang bisa membuka mata
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama Republik Indonesia bahwa perbaikan
ahlaq menjadi suatu hal yang dibutuhkan sangat mendesak di NKRI kita yang
tercintai ini. perbaikan kurikulum penting tapi perbaikan ahlaq sangat lebih penting. Ingatlah maqolah (<i>quote</i>) dari Abdullah Ibnu Mubarok seorang
ulama sufi dalam kitab </span><span style="font-size: 12.0pt;">Adabul ‘</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">A</span><span style="font-size: 12.0pt;">lim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari</span><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-size: 12.0pt;">“</span><i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">nahnu ila qolilin minal adab, ahwaju minna ila
katsiirin minal ‘ilmi</span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">” (k</span><span style="font-size: 12.0pt;">ita lebih
membutuhkan adab meskipun sedikit dibanding ilmu meskipun banyak</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">).<o:p></o:p></span></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5360141657217344884.post-10091819286961609022021-03-10T23:23:00.000+07:002021-03-10T23:23:10.171+07:00TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Perbedaan
antara teori pembelajaran dengan teori belajar biasa diamati dari posisional
teori nya, apakah berada pada tataran teori deskriptif atau preskriptil Bruner
(dalam Dabeng, 1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif
dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal sedangkan teori
deskriptif karena tujuan utama belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori
belajar hanya menaruh perhatian pada huungan diantara variabel-variabel hasil
belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebalik nya, teori ini menaruh perhatian
pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar dapat terjadi proses belajar.
Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol
variabel-variabel yang di spesifikasikan dalam teori belajar agar dapat
memudahkan belajar. (C. Asri Budiningsih, 2004).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Asri
Budiningsih, 2004 dalam buku Belajar dan Pembelajaran menjelaskan bahwa upaya
dari Bruner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif dan teori
pembelajaran yang perspektif dikembangkan lebih lanjut oleh Reigeluth dan
kawan-kawan, menyatakan bahwa</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"> </span><i style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt;">principle and
theories of instructional design ray e sttade in either a descriptive or
perspective form</span></i><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">.
Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel
kondisi dan metode pembelajaransebagai givens dan menempatkan hasil
pembelajaran sebagai variebel yang diamati. Dengan kata lain, kondisi dan
metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai
variabel tergantung. Lebih lanjut dijelaskan bahwa teori-teori dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang prespkriptif, kondisi dan hasil pembelajaran
di tempatkan sebagai givens dan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel
yang di amati.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Dengan
demikian, kondisi dan hasil pembelajaran sebagai variabel bebas, sedangkan
metode pembelajaran di tempatkan sebagai variabel tergantung. Hubungan antara
variabel inilah yang menunjukkan perbedaan antara teori pembelajaran antara
yang deskriptif dan prespkriptif. Reigeluth (dalam Degeng, 1990) mengemukakan
bahwa teori prespkriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif
dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran di maksudkan
untuk memberikan hasil. Itulah sebab nya variabel yang di amati dalam
mengembangkan teori-teori pembelajaran yang prespkriptif adalah metode yang
optimal untuk mencapai tujuan. Sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran
yang deskriptif, variabel yang di amati adalah hasil belajar sebagai efek dari
interaksi antara metode dan kondisi.<br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Perbedaan
teoritis di atas pada akhirnya mengarah kepada konsekuensi pada peredaan
profesi pada teori deskriptif dan teori prespektif. Proposisi untuk teori
deskriptif menggunakan struktur logis “. Bila... maka sedangkan untuk teori
preskriptif menggunakan struktur “agar melakukan ini......” (Landa dalam
Degeng, 1990).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Landa
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">(dalam </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Degeng, 1989)</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">menjelaskan
bahwa <i>the major difference between them (instructional theory and learning
theory) is that isnstructional theories ..... deal with relationships between
teachers or teaching actions as causes and students psychological and/ or
behavioral process as effect (outcomes), whereas learning theories... deal with
relationships between learners or learning-action as causes and psychological
or behavioral prosesses as effects (outocomes)</i>.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Dengan
kata lain, teori pembelajaran menghubungkan antara kegiatan pembelajaran dengan
proses-proses psikologis dalam diri siswa sedangkan teori belajar mengungkapkan
hubungan antara kegiatan siswa dengan proses-proses psikologis dalam diri
siswa. Atau teori belajar mengungkapkan hubungan antara fenomena yang ada dalam
diri siswa. Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode pembelajaran.
Bila tidak maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting, sebab
banyak terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenar nya
teori belajar.Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran,
sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Contoh:
teori belajar deskriptif</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">.<br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Jika
membuat rangkuman buku teks yang dibaca, maka referensi terhadap isi buku teks
itu akan lebih baik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Contoh:
teori belajar preskriptif</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">.<br /></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Agar dapat mengingat isi
buku teks yang di baca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut
berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.</span></div>
Wahsun Yasinhttp://www.blogger.com/profile/18014240333227730913noreply@blogger.com0