Minggu, 12 Desember 2021

MODUL LITERASI DIGITAL DI SEKOLAH DASAR

Literasi digital merupakan satu dari enam literasi dasar yang harus dikuasai siswa pada zaman sekarang. Literasi digital yang diterapkan di Sekolah Dasar (SD) berhubungan erat dengan pengimplementasian dari pencanangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sudah dijalankan pemerintah. Secara umum pencanangan gerakan literasi sekolah merupakan hasil refleksi terhadap evaluasi pencapaian melek literasi rata-rata penduduk Indonesia yang dilakukan dengan tes PISA ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil rata-rata tes membaca siswa Indonesia masih masuk dalam kategori rendah jika dibandingkan dengan negara peserta Asean. Hal itu dapat dilihat dari hasil uji Programe International Student Assessment (PISA) yang dilakukan tiga tahun sekali.

Sebagai respons dan tindak lanjut dari rendahnya penguasaan literasi peserta didik di Indonesia tersebut, pemerintah menganggap penting dilakukan upaya serius dan konkret untuk meningkatkan kemampuan berliterasi siswa di Indonesia. Upaya peningkatan literasi di SD menjadi sangat penting karena SD menjadi pondasi bagi gerakan literasi berikutnya, yaitu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Salah satu upaya penguatan melek literasi tersebut di tingkat SD adalah penguatan literasi digital. Penguatan literasi digital di SD dikaitkan dengan penguatan kegiatan ekstrakurikuler.

Penguatan literasi digital di SD terintegrasi pelaksanaannya dengan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian, pencapaian tujuan literasi digital di SD selaras dengan pencapaian tujuan ekstrakurikuler itu sendiri.

Adapun karakteristik ekstrakurikuler di SD itu sendiri merupakan kegiatan yang diselenggarakan dengan ciri[1]ciri dan sifat-sifat berikut.
1. Individual, yakni dikembangkan sesuai dengan potensi/bakat peserta didik masing-masing.
2. Pilihan, yakni dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
3. Memotivasi, yakni membangun semangat peserta didik untuk mengembangkan potensi/bakat melalui kegiatan yang diminati.
4. Kemanfaatan sosial, yakni dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.

Sebagaimana diatur dalam Permendikbud RI Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, bentuk kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa:
1. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya;
2. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;
3. Latihan olah-bakat dan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya;
4. Keagamaan, misalnya: Tahfiz QUR’AN, baca tulis ALQUR’AN, marawis, retreat; atau
5. Bidang pengembangan lainnya, yang disesuaikan dengan prioritas dan analisis potensi dan minat peserta didik di sekolah. (Kemdikbud. 2021. Ekstrakurikuler. http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/ekstrakurikuler).

Dengan kata lain, penguatan literasi digital di SD, bukan hanya menggunakan internet untuk mencari informasi atau hiburan, tetapi juga mengaitkannya dengan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Implementasi literasi digital dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang menarik dengan menggunakan sumber digital. Sementara itu, literasi digital dengan penggunaan, etika, penyadaran kolektif bermedsos bagi peserta didik di SD perlu diedukasi sesuai dengan penggunaan yang diperlukan dan terhindar dari perundungan, permainan (game) yang menjadi candu, korban medsos, dan korban kelalaian dalam pengelolaan waktu. Tercapai atau tidaknya tujuan literasi digital juga ditentukan oleh kesiapan bahan, baik untuk guru, siswa, maupun bahan untuk pembinaan guru; terutama yang berkaitan bahan pembelajaran ekstrakurikuler.

Untuk mempermudah sekolah dalam menerapkan literasi digital keapda siswa, maka Direktorat SD Kemdikbud menyusun modul khusus literasi digital jenjang Sekolah Dasar (SD).

Dalam modul tersebut diuraikan sekilas tentang literasi digital, juga dijelaskan tentang materi dan kegiatan serta praktik baik literasi finansial pada pembelajaran ekstrakurikuler. Meskipun demikian, pada bagian-bagian tertentu ada kegiatan yang dapat dan/atau telah dilakukan pada pendidikan di Sekolah Dasar.

Modul ini diharapkan mampu memberikan penguatan literasi digital di sekolah yang akan membantu guru dan siswa khususnya pada jenjang sekolah dasar atau yang setara. Oleh karena, bahan disusun lebih sederhana sehingga mudah dipahami dan diterapkan serta dikembang guru di sekolah sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah.

Pembaca dapat mengunduh file modul melalui URL berikut:

2 komentar:

  1. The exact materials of your toy performs a heavy consideration here, and body-safe materials are king. "Don't use toys created from something apart from silicone, borosilicate glass, or chrome steel. It's OK if a handle is manufactured from ABS plastic, however something going on or dildoes in your bits must be body-safe," Wright says. Arguably, Etsy is palms down the most effective place to get your palms on some intercourse toys that'll make your freak flag fly sky-high. It has customizable dildos in each shape and dimension, faux-tail butt plugs, and tons of other outlets with handmade toys. Minimalists swear by this site’s core assortment of vibrators and body care products. The elegant flutter-tip Vibe, just like the palm-sized Drop, has three super-quiet speeds, is manufactured from platinum-grade silicone and costs by way of a pretty-much-invisible gap in its side.

    BalasHapus
  2. Mohon maaf sy tdk bisa mengakses link yg bapak bagikan

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa yang santun dan bijak