Kamis, 16 Desember 2021

MEMAHAMI KONSEP STUDI KELAYAKAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Pengantar
Kalau kita searching di internet, akan kita temukan studi kelayakan merupakan salah satu istilah yang lebih banyak dikenal di dunia bisnis daripada pendidikan. Dalam dunia pendidikan, apalagi spesifik untuk pembelajaran, referensi untuk ini masih sangat sedikit. Padahal studi kelayakan merupakan salah satu tugas yang termasuk pada tugas fungsi seorang pengembang teknologi pembelajaran. Untuk itu, maka tulisan singkat ini ingin mencoba membantu berbagi pengalaman tentang apa dan bagaimana studi kelayakan dilakukan dalam profesi pengembang teknologi pembelajaran.

Dalam dunia bisnis ada anekdot yang sangat populer, yaitu tentang dua orang staf pemasaran produk sepatu yang ditugaskan untuk melakukan studi kelayakan pembangunan pabrik sepatu di suatu daerah baru. Sasaran studi adalah lokasi yang sama, namun dilakukan secara terpisah oleh masing-masing petugas tersebut. Sepulang dari lapangan, petugas pertama melaporkan bahwa di daerah yang dikunjunginya tidak layak untuk didirikan sebuah pabrik sepatu, karena di daerah itu tidak ditemukan satu orang pun memakai sepatu. Tidak mungkin kita menjual sepatu pada mereka. Demikian lapornya. Sementara orang kedua datang belakangan dan melaporkan, “ini sebuah peluang besar”, karena di daerah yang dia kunjungi belum ada satu orang pun memakai sepatu, sehingga sangat layak di daerah tersebut didirikan pabrik sepatu. Bagaimana pendapat Anda?

Memahami Konsep Studi Kelayakan  
Dalam pelaksanaan tugas fungsinya, Pengembang Teknologi Pembelajaran menggunakan model pendekatan ADDIE (Analisis, Desain, Developmen, Implementasi, dan Evaluasi). Pada lampiran Permenpan No. 28 tahun 2017 tentang tugas fungsi pengembang Teknologi Pembelajaran, studi kelayakan dapat ditemukan pada dua tempat, yaitu pada tahap Analisis dan pada tahap Implementasi. Hal ini sering menjadi kebingungan terutama bagi para pemula. Biar gak bingung, maka harus kembali diingat, bahwa studi kelayakan dilakukan berdasarkan tujuan atau alasan dalam rangka apa studi kalayakan itu dilakukan. Jadi bisa saja sebuah studi kelayakan dilakukan dalam rangka analisis tentang kebutuhan pengembangan, artinya studi kalayakan yang dilakukan sebelum suatu kegiatan pengembangan dimulai. Tujuan studi kalayakan pada tahap analisis tentu saja dilakukan untuk menjawab apakah ada permasalahan atau kebutuhan pada satu lembaga atau instansi untuk mengembangkan suatu produk media pembelajaran, model pembelajaran, ataupun sistem pembelajaran guna menunjang kinerja lembaga tersebut.

Sedangkan pada tahap Implementasi atau penerapan, studi kelayakan dilakukan apabila ada suatu produk, baik berupa media ataupun model pembelajaran yang sudah siap untuk diimplementasikan. Dari mana produk tersebut diperoleh? Secara kronologis bisa dirunut dari langkah ADDIE itu sendiri. Maksudnya, untuk menghasilkan suatu produk, apabila kita memulainya dari NOL alias belum memiliki produk yang siap, maka kita mulai dengan melakukan analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan perancangan, dan pengembangan. Nah, setelah produk itu dikembangkan dan diuji cobakan, maka langkah selanjutnya produk tersebut dinyatakan siap untuk implementasi. Bagaimana dan di mana produk tersebut akan diimplementasikan, pertanyaan itulah yang perlu dijawab dengan sebuah studi kelayakan. Jadi studi kalayakan dilakukan sebelum sebuah produk dimanfaatkan secara masal. Studi kelayakan pada tahap implementasi umumnya ditujukan dengan fokus pada kelayakan lokasi implementasi.

Bagaimana kalau kita akan melakukan sebuah studi kelayakan, tapi bukan untuk penerapan produk sendiri, misalnya kita akan melakukan studi kelayakan penerapan produk media karya pihak lain. Bolehkah? Tentu saja boleh. Kembali ke tujuan dari studi kelayakan itu sendiri, apakah untuk menerapkan produk hasil pengembangan sendiri ataukah untuk menerapkan produk pihak lain.

Contoh Tujuan Studi Kelayakan
Sebelum melakukan studi kelayakan, pastikan dulu, dalam rangka apa studi kelayakan ini kita lakukan. Apa tujuan yang ingin dihasilkan dari studi kelayakan ini? Tujuan akan memandu bagaimana metode studi kelayakan dilakukan. Untuk membedakan tujuan studi kelayakan secara mudah, maka berikut ini diberikan tiga contoh rumusan tujuan studi kalayakan.

Studi Kelayakan dalam rangka Analisis Kebutuhan
Studi Kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi sejauhmana dalam mendukung peningkatan proses pembelajaran pada lembaga (Instansi) XXX layak dan dibutuhkan pengembangan teknologi pembelajaran, baik berupa pengembangan media pembelajaran, model e-pembelajaran, ataupun sebuah inovasi sistem pembelajaran berbasis TIK. Secara lebih spesifik tujuan studi kelayakan dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Mendapatkan informasi terkait kebutuhan pengembangan media pembelajaran, baik media pembelajaran audio, video, multimedia, maupun hypermedia
  2. Mendapatkan informasi sejauhmana kebutuhan pengembangan model e-pembelajaran, baik terkait kebutuhan kurikulum, kesiapan SDM, maupun program peningkatan layanan pembelajaran.
  3. Mendapatkan informasi sejauhmana dukungan kebijakan payung regulasi, dan kesiapan pimpinan, serta organisasi lembaga dalam rangka penerapan pembelajaran berbasis TIK
  4. Mendapatkan informasi terkait sejauhmana kesiapan infrastruktur baik saran fisik, perangkat TIK, dan sistem yang akan dikembangkan dalam peningkatan layanan pembelajaran.
Studi Kelayakan dalam Rangka Penerapan Media Pembelajaran
Studi kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi terkait sejauhmana produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) layak dan dapat dimanfaatkan utuk menunjang peningkatan proses pembelajaran pada Sekolah Y di wilayah Z. Secara lebih spesifik sebagai berikut:
  1. Mendapatkan informasi terkait sejauhmana produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.
  2. Mendapatkan informasi terkait sejauhmana kelayakan kondisi lokasi, kesiapan infrastruktur, SDM, serta dukungan kebijakan sekolah setempat dalam rangka penerapan produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll)
  3. Mendapatkan informasi terkait sejauhmana respon guru dan siswa terkait kemungkinan dimanfaatkannya produk Media Pembelajaran X (Video, Audio, Multimedia, Hypermedia) yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) dalam pembelajaran.
Studi Kelayakan dalam Rangkan Penerapan Model Pembelajaran
Studi kelayakan penerapan model pada dasarnya hampir sama dengan penerapan media, namun untuk penerapan model diperlukan pendalaman terkait kesiapan guru-guru dalam memanfaatkan model sebagai solusi masalah pembelajaran yang dihadapi.

Studi kelayakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi terkait sejauhmana produk model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) layak dan dapat diterapkan utuk menunjang peningkatan kualiatas proses dan hasil pembelajaran pada Sekolah Y di wilayah Z. Secara lebih spesifik sebagai berikut:
  1. Mendapatkan informasi terkait sejauhmana produk model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.
  2. Mendapatkan informasi terkait sejauhmana kelayakan kondisi lokasi, kesiapan infrastruktur, SDM, serta dukungan kebijakan sekolah setempat dalam rangka penerapan model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll)
  3. Mendapatkan informasi terkait sejauhmana respon guru dan siswa terkait kemungkinan penerapan model e-Pembelajaran X (misal, Blended-blog, SOLE, Game, Kolaboratif, dll ) terintegrasi TIK yang telah dikembangkan oleh Pusdatin (LPMP, BPM, UPTD, dll) dalam pembelajaran.
Demikian contoh-contoh rumusan tujuan studi kalayakan. Ampun…ini bukan menggurui, tapi sekali lagi sekedar coba berbagi. Bagi teman-teman yang memiliki pengetahuan dan pengalaman berbeda, dipersilakan untuk memberikan koreksi dan oenyempurnaan.

Jangan Rancu dengan Uji Coba
Satu hal yang perlu disinggung juga di sini, mohon jangan rancu antara studi kelayakan dengan uji coba produk media atau model pembelajaran. Uji coba produk, biasanya dilakukan dalam rangkaian proses produksi. Misalnya, uji coba produk media pembelajaran dilakukan untuk memastikan bahwa suatu produk bisa dinyatakan final atau selesai. Kegiatan produksi atau development (D) merupakan tahap ketiga dalam model ADDIE. Tahap produksi biasanya dimulai dari menyusun naskah. Kemudian setelah naskah dinyatakan siap produksi, naskah diserahkan kepada team. Team produksi akan mengundang penulis, pengkaji dan seluruh kerabat kerja untuk melakukan rembuk naskah. Setalah seluruh team memiliki kesepahaman, maka kegiatan produksi dilaksanakan, biasanya dipimpin atau diarahkan oleh seorang stradara. Setelah selesai (versi alpha), maka sutradara mengundang team penulis dan pengkaji untuk melakukan preview. Preview ditujukan untuk memastikan bahwa produk media sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh naskah. Apabila ada yang harus diperbaiki, maka sutradara akan melakukan perbaikan sesuai saran. Apabila dinyatakan sudah sesuai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan. Uji coba lapangan ditujukan untuk mendapatkan respon langsung dari calon pengguna produk dan mendapatkan balikan untuk penyempurnaan produk. Jadi, kegiatan uji coba dilakukan masih dalam rangka kegiatan produksi.

Langkah-langkah dan Metode
Untuk melakukan studi kelayakan dengan mudah, ada baiknya lakukan langkah-langkah sederhana berikut ini, yaitu; baca dokumen, kumpulkan data, konfirmasi, dan rekomendasikan. 1). Baca Dokumen. Ada dua hal yang harus dipahami pada langkah pertama, yaitu pamahmi karaktersitik dari produk yang akan kita lakukan studi kelayakannya, dan yang kedua, pahami sasaran. Sebelum melakukan kepada pihak lain, pahami betul karakteristik produk Anda. Dengan memahamii karakteristik produk Anda sendiri, maka akan mudah Anda memperkirakan di mana produk tersebut akan dapat digunakan dengan baik. Selanjutnya, untuk memahami sasaran, Anda dapat lakukan dengan metode studi dokumentasi, yaitu membaca dokumen-dokumen yang relevan dengan tujuan studi kalayakan yang akan Anda lakukan. 2) Kumpulkan data. Untuk mendapatkan data, Anda dapat lakukan dengan metode studi dokumentasi, wawancara, kuesioner, observasi dll. Setelah data terkumpul dan olah, maka Anda dapat membuat kesimpulan sementara, yaitu kesimpulan yang Anda ambil secara sepihak berdasarkan data yang masuk, baik hasil studi pustaka, wawancara, jawaban kuesioner, dan observasi. Untuk mendapatkan data, tidak harus semua metode tersebut dilakukan. Anda cukup memilih salah satu dari metode tersebut. Namun sangat disarankan, sekurang-kurangnya gunakan dua metode perolehan data agar Anda memiliki kesempatan untuk melakukan perbandingan data. Kesimpulan yang diperoleh dari langkah kedua ini masih bersifat sementara. 3) Konfirmasi. Konfirmasi dilakukan dalam rangka untuk membangun komunikasi untuk mencapai kesepahaman antara Anda sebagai pihak pengembang dengan clien Anda sebagai pihak yang akan menerapkan produk Anda tersebut. Kesimpulan sementara Anda dapat menjadi sebuah rekomendasai apabila sudah dipahami dan diterima oleh clien Anda. Dalam hal ini, maka usahakan agar seluruh stake holder terkait dapat mengetahui maskud studi kelayakan ini. 4) Rekomendasi. Rekomendasi yang diperoleh dari sebuah studi kelayakan bukan sekedar berhenti pada laporan dan saran saja. Tapi harus dilanjutkan dengan kesepakatan langkah-langkah penerapan. Itulah sebabnya, kesepahaman antar kedua pihak sangat diperlukan.

Indikator Kelayakan
Sekurang-kurangnya terdapat enam aspek indikator kelayakan yang selanjutnya dapat Anda kembangkan pada indikator yang lebih rinci lagi. Aspek-aspek kelayakan tersebut, secara umum mencakup;
  1. Keseuaian dengan kebutuhan, misalnya; Produk sangat sesuai dan siap untuk diterapkan dan menjadi solusi permasalahan yang selama ini dihadapi. Atau, Produk merupakan inovasi baru yang perlu diterapkan di lapangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
  2. Kesiapan infrastruktur, misalnya; Infrastruktur, baik fisik, perangkat TIK, maupun aplikasi tersedia sehingga produk layak untuk diterapkan.
  3. Kesiapan SDM, misalnya; tersedia tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya yang memiliki minat, kompetensi, dan siap untuk mengimplementasikan produk media atau model pembelajaran dalam kegiatan belajar memgajar di kelasnya.
  4. Kesiapan teknis, misalnya; secara teknis implementasi dapat dilakukan, baik terkait pengaturan jadwal, program, alat, orang, dll dapat disiapkan dengan baik.
  5. Dukungan kebijakan dan program, misalnya; kebijakan pimpinan dan program kerja tersedia untuk melaksanakan inovasi pembelajaran.
  6. Perkembangan teknologi, misalnya; inovasi di bidang media atau model pembelajaran yang memanfaatan teknologi mutakhir akan lebih mendapat respond yang baik dibandingkan dengan teknologi yang lama. Namu demikian, dalam teknologi pembelajaran maka pemilihan teknologi harus lebih mengutamakan aspek tepat guna daripada sekedar latah semata.
Beberapa Studi Terdahulu
Untuk mengakhiri tulisan ini, berikut kita singgung beberapa kegiatan studi kelayakan yang sudah dilakukan terdahulu. Pada tahun 2006, Pustekkom melakukan sebuah studi persiapan penerapan model pembelajaran telekolaborasi melalui portal e-dukasi.net. Jakarta (DKI Jakarta), Gresik (Jawa Timur), Ciamis (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bandar Lampung (Lampung), Makassar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) Pekan Baru (Riau) dan Banda Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam). Chairun Nissa, dkk melaporkan hasil studi itu antara lain; 1) Pada umumnya peserta studi pelaksanaan telekolaborasi e-dukasi.net yang meliputi kepala sekolah, guru dan siswa mendukung kegiatan telekolaborasi proses pembelajaran. 2) Peserta setuju untuk melaksanakan telekolaborasi melalui fitur forum diskusi pada e-dukasi.net dengan menggunakan model ”Learning Circle” yang sudah familiar bagi sebagian besar guru yang bersedia menjadi moderator. Secara lebih rinci dan detil dapat dibaca pada laporan studi setebal 75 halaman tersebut. Walaupun pada judul disebutkan sebagai studi persiapan, sesungguhnya yang sudah dilakukan adalah studi kelayakan. Dalam studi ini, model yang menjadi subjek studi adalah model pembelajaran telekolaborasi melalui portal e-duksi.net. Artinya, Pustekkom saat itu sudah mengembangkan sebuah produk berupa model pembelajaran telekolaborasi yang akan diterapkan di sekolah.

Manikowati (BPM Semarang) melakukan studi kalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids bagi PAUD. Permasalahan dalam studi ini adalah sebagai berikut: a) bagaimanakah tingkat kebutuhan pengembangan model multimedia teaching aids PAUD? b) bagaimanakah tingkat kelayakan model multimedia teaching aids PAUD yang dikembangkan BPMP. Hasil analisis didapatkan bahwa multimedia teaching aids dibutuhkan oleh sekolah-sekolah PAUD dan dibutuhkan oleh pengguna untuk memotivasi dalam proses pembelajaran, untukmewakili konten materi yang diajarkan, serta dibutuhkan untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran (learning sources). Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa model multimedia teaching aids untuk PAUD dengan format sajian yang berbeda dari sebelumnya layak dikembangkan. Studi yang dilakukan Manikowati ini memiliki dua sisi sekaligus, yaitu sebagai sebuah studi analisis kebutuhan dan sekaligus kelayakan penerapan media teaching aids untuk PAUD yang sudah dikembangkan oleh BPM Semarang.

Inayah, BPMR Yogya telah melakukan penelitian dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Radio Edukasi. Penelitian ini diadakan pada tanggal 7 – 9 Februari 2007, dengan tujuan mendapatkan data yang berupa pendapat, masukan maupun saran yang berkaitan dengan radio edukasi/pendidikan. Hasil penelitian diperoleh informasi dari lapangan bahwa masyarakat menginginkan adanya radio pendidikan dengan menampilkan acara yang menarik dan dikemas secara kreatif dengan konsep radio yang matang. Kegiatan penelitian ini lebih merupakan sebuah studi kelayakan yang dilakukan dalam rangka analisis kebutuhan.

Studi kelayakan lainnya dilakukan oleh Muthmainah, dengan judul, Studi Kelayakan Pengembangan Aplikasi Bank Soal pada Portal Rumah Belajar. Studi kelayakan ini, nampaknya seperti mengkombinasikan antara analisis kebutuhan pengembangan aplikasi Bank Soal dengan uji coba aplikasi yang sedang dikembangkan. Hasil penghitungan rata-rata pendapat responden dengan UEQ tools dapat di interpretasikan bahwa aplikasi Bank Soal memiliki daya tarik yang baik dan alur pembuatan evaluasi yang cukup jelas; efisien dan praktis; mendukung evaluasi guru; aman untuk diakses siswa; memotivasidan menarik minat guru dan siswa untuk melakukan evaluasi secara online; serta merupakan sebuah inovasi pembelajaran yang mengikuti perkembangan teknologi dalam hal kegiatan evaluasi pembelajaran.
 
Sumber Referensi
  1. Hairun, Nisa, Studi Persiapan Telekolaborasi e-dukasi.net (Pengkajian dan Pengembangan belajar melalui telekolaborasi di www.e-dukasi.net), Pustekkom 2006
  2. Inayah, Studi Kelayakan Pendirian Radio Edukasi, Teknodik, Vol 14 No. 1, Juni 2010
  3. https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/448/285
  4. Manikowati, Studi Kelayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD, Teknodik Vol 16 No. 3, Sept th 2012
  5. https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/28/28
  6. Muthmainah, Siti, Studi Kelayakan Pengembangan Aplikasi Bank Soal, Rumah Belajar, Jurnal Teknodik, vol 21 No. 1, Juni tahun 2017
  7. https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/263/209
  8. Sadiman, Arief dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pemanfaatan, dan Pengembangannya, edisi revisi 2020, Pusdatin.
  9. (Penulis: Ade Kosnandar/PTP Ahli Madya Pusdatin – Kemdikbud, sumber: http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/03/memahami-konsep-studi-kelayakan-teknologi-pembelajaran/)
 

(Penulis: Ade Kosnandar/PTP Ahli Madya Pusdatin–Kemdikbud, sumber: http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/03/memahami-konsep-studi-kelayakan-teknologi-pembelajaran/)

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa yang santun dan bijak