Suatu ketika di era dakwah Nabiullah Musa alaihissalam terjadilah kasus pembunuhan seorang bani Israil. Korban adalah seorang hartawan yang kekayaannya luar biasa berlimpah tapi tidak memiliki anak sebagai ahli waris. Alhasil, banyak kerabat si korban yang menginginkan dan menanti warisan.
Singkat kisah, pertikaian pun terjadi diantara para kerabat si korban. mereka mengklaim sebagai yang berhak mendapatkan harta waris korban. semakin lama pertikaian semakin menjurus kepada saling fitnah dan saling tuduh sebagai pembunuh si korban.
Di situasi yang semakin rumit, ada salah seorang yang menengahi, “wes ojo gegeran....bukankah di antara kita ada Musa, sang Rasul Allah? Mari kita tanyakan perihal ini kepada beliau" ujarnya. Dan mereka pun berbondong-bondong segera menemui Nabiullah Musa alaihissalam.
"ya Nabiyullah Musa, salah seorang kerabat kami ada yang mati terbunuh, mintalah kepada Allah untuk menunjukkan siapa pembunuhnya" pinta Bani Israil.
Setelah mendengar curhatan dan permintaan dari orang-orang Bani Israil yang bertikai, Nabi Musa pun berdoa memohon petunjuk pada Allah agar menunjukkan rahasia di balik kematian si korban. Maka, Allah pun memerintahkan Musa agar menyuruh bani Israil menyembelih seekor sapi.
"ok.....Allah sudah memerintahkan padaku agar kalian menyembelih seekor sapi. sekarang bawalah padaku seekor sapi dan sembelihlah" perintah Nabi Musa.
Sebenarnya perintah yang sangat mudah. Akan tetapi karena watak "ngeyel" Bani Israil, mereka tidak segera melaksanakan perintah tersebut tapi justru bertanya lagi “sapinya yang berumur muda atau tua?". Nabi Musa menjawab "Tidak muda, tidak pula tua, umur pertengahan saja". Bani Israil bertanya lagi “Apa warna sapinya?”. Nabi Musa menjawab, “Warnanya kuning tua/keemasan”.
Dasar tukang "ngeyel", Bani Israil pun bertanya lagi “kira-kira bagaimana ciri-ciri kondisi sapi itu?". Nabi Musa dengan sabar pun menjawab lagi "sapi itu tak pernah digunakan untuk membajak sawah atau memberi air bagi tanaman. Sapi itu pun sangat bersih, tidak memiliki cacat”.
Akhirnya, Bani Israil menyadari kebodohan mereka. Mereka pun mencukupkan pertanyaan dan mulai mencari jenis sapi yang elok itu.
Coba bayangkan, dari perintah yang sangat mudah karena faktor "ngeyel" kebanyakan bertanya, akhirnya justru semakin sulit mendapatkan sapi itu. Andai mereka menurut saat perintah pertama, mereka bebas memilih sapi manapun.
Setelah kesulitan mencari kesana kemari, akhirnya mereka pun mendapatkan sapi dengan kriteria hasil ke-ngeyel-an mereka. itupun dengan harga yang sangat mahal. Konon harga sapi setara dengan harta waris si korban, sehingga habislah harta si korban hanya untuk membeli sapi tersebut.
Setelah sapi didapat, segeralah dibawa kehadapan Nabi Musa dan diperintahkan untuk disembelih. Setelah disembelih Nabi Musa pun memukulkan buntut sapi ke jasad si korban. Biidznillah, mayat korban pun bangun. Nabi Musa pun bertanya kepada korban siapa yang telah membunuhnya. Korban pun menjawab sambil menunjuk kepada salah seorang kerabatanya bahwa dialah pembunuhnya. Tapi dasar Bani Israil, tetap "ngeyel" tidak mengakui.
Itulah watak bani Israil. Minta petunjuk pada Allah dengan perantara Nabi Musa, sudah dapat petunjuk malah "ngeyel" membantah tidak mengakui.
eiiiiittssss.....jangan pongah dulu dengan merendahkan bani Israil. Kita pun sekarang sudah mulai terjangkit watak "ngeyelan" bani Israil. diperintahkan untuk melakukan yang mudah tapi karena ngeyel akhirnya jadi sulit. kalau istilah arek Suroboyo "dikongkon A jalukane B, C, D padahal ora mampu, suwe2 dadi ruwet. opo maneh dibumbuhi watak arep kemoncolen golek rai malah tambah ruweeeeetttttt".
Padukuhan Kupang Wetan, 1 Romadhon 1444 hijriah
Selamat berpuasa 🙏
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa yang santun dan bijak